Wednesday, November 2, 2016

#GesiWindiTalk: 5 Questions for Parents Part. 2

Di #GesiWindiTalk minggu lalu, saya dan Windi Teguh jawab 5 pertanyaan out of 100 pertanyaan yang kami ambil dari sini, website Ronit Baras, seorang parenting blogger and speaker.

Baca: 5 Questions for Parents Part. 1

Kali ini, kami mau lanjutin jawab 5 pertanyaan lagi, nomor 6 sampai 10.


Saya sengaja nggak nyicil baca 100 pertanyaan nya secara mendalam. Cuman baca sekilas aja. Baca pertanyaan nomor 6-10 ini bener-bener bikin saya mikir deh. Berat juga ternyata punya anak, yah. Hahaha.

So let's start!

Baca jawaban-jawaban versi Windi Teguh:



Saya nomerin pakai 6-10 yah, soalnya nomor 1-5 udah di postingan kemarin dan ini kan ngelanjutin.

6) How will you support your kids financially when you can't work (because you are pregnant, sick, or injured)?

Sebelum baca pertanyaan ini, jujur, saya dan Adit belum pernah mikirin. HAHAHA. Begitu baca, then we're like, "Oh iya ya... Kalau misal (amit-amit) nanti ada kondisi di mana Adit sakit cukup serius dan cukup lama padahal dia adalah tulang punggung keluarga kami, lalu gimana?"

Dan akhirnya kami diskusiin ini.

Adit: Bakal cari kerjaan freelance yang rely on internet. Misalnya cari di upwork[dot]com. Kan dulu aku juga pernah nyoba kan ambil kerjaan dari situ. Intinya pekerjaan yang minim mobility, as sekarang ada banyak pilihan. Kalau bener-bener nggak bisa kerja, then maybe we'll rely on saving dan investasi.

Gesi: Mungkin saya bakal menerima tawaran-tawaran monetizing blog yang selama ini nggak saya terima, seperti misalnya content placement. Sebenernya saya bikin policy sendiri bahwa blog Diari Mami Ubii ini nggak menerima partnership bertipe content placement. But, someday kalau kami kepepet dan ndilalah saya dapat tawaran itu, maybe saya terima aja. Di masa kepepet kan apa aja yang bisa jadi duit asalkan halal pasti kita sabet aja. Tapi, kalau misalnya nggak ada tawaran sama sekali, then maybe saya akan balik bikin-bikin headband/bandana bayi, seperti yang pernah saya lakukan dulu di tahun 2013.


7) Where do you want your kids to grow? (City, outback, small town..) Why?

Nah kalau ini, saya dan Adit sudah pernah, bahkan sering banget, ngebahas. We want Ubii and Aiden to grow up in Jogja. Kami berdua sama-sama sependapat soal ini. Our childhood was fun. Saat saya ke Jakarta, saya pasti pacaran sama Adit, jalan-jalan berdua. Sering banget kami menjumpai anak-anak dan remaja tanggung sedang main. What we saw about them, it's not a fun childhood in our definition.

Asyik sama gadget, berlomba-lomba tampil kece (kami pernah lihat anak berseragam SMP sudah pakai make up yang kentara banget dan alis yang kelihatan banget pakai pensil alis), dan dengan lepasnya swearing pakai kata-kata kasar. We don't want that.

Ya, memang, fenomena itu bukan hanya mungkin terjadi pada remaja-remaja tanggung metropolitan. Oke. Betul. Banyak juga kok remaja tanggung daerah yang juga kaya begitu. BUT, saya dan Adit juga nggak bisa deny bahwa peer pressure remaja metropolitan dan remaja daerah tetap beda. Di Jogja ya ada remaja kekinian bin urakan kayak di Jakarta. BUT, at least, saya dan Adit lihat remaja kaya gitu tuh masih jaraaang. Meanwhile, di Jakarta, kebalikannya. Yang selalu kami lihat adalah gambaran remaja masa kini seperti yang saya jembreng di atas.

Mungkin itu jadi alasan yang cukup serius kenapa sampai saat ini saya masih memutuskan untuk stay di Jogja, alih-alih ikut Adit ke Jakarta. Selain karena faktor kecocokan dengan terapis Ubii, of course.


8) What kind of religious or spiritual philosophy would you like to introduce to your kids?

Ini agak sensitif, as I and Adit are having different religions. I'm a Christian, meanwhile Adit's a Moslem. So, please, if you wanna give comments about this matter, pilih-pilih diksi kalian yah. Komentar kasar akan saya hapus.

Baca: Merayakan Natal di Tengah Perbedaan

Baca: Cinta Yang Kuterima dari Mereka Yang Berbeda Agama

Saya dan Adit sepakat bahwa Ubii dan Aiden akan ikut saya. Adit gives a full permission regarding this matter. Menurut Adit, ibu adalah sosok orangtua yang menghabiskan waktu lebih banyak bersama anak ketimbang ayah. Bukan berarti peran ayah nggak penting. But, let's be realistic. Ayah yang bekerja pagi-sore sementara ibu di rumah all the time, pasti ibu yang lebih banyak sama anak-anak kan?

Apalagi untuk kami sekarang yang LDR-an. Adit cuman ketemu Ubii dan Aiden saat weekend. Peran Adit dalam mengasuh anak-anak tentu jadi berkurang banget porsinya. So, for us, it makes sense that the kids will go with me.

Ketika saya tanyakan lagi ke Adit, dia menambahkan.

Adit: I don't give a shit selama mereka tahu dan mengamalkan kebaikan. Kindness itu penting banget. Akan jadi percuma jika tahu agama namun lalu merasa agama nya paling benar sehingga tidak menghargai orang lain yang berbeda agama. 


9) What kind of kids would you want them to be?

Saya dan Adit punya jawaban masing-masing, walau intinya sih sama aja yah.

Adit: Yang mandiri, cheerful, dan tahu apa yang mereka mau. Smart like their mom and flexible like their dad.

Culturally speaking: I don't want my kids to forget where they come from. Mereka punya dua darah yang lumayan beda kan yah, Javanese and Chinee. Aku mau mereka mengenal 2 kebudyaan itu tanpa perlu jadi chauvinist.

Morally speaking: Aku pengin anak-anakku bisa comprehend good and bad tanpa harus merasa paling benar. Aku pengin mereka tumbuh jadi pribadi yang compassionate, mindful, dan (semoga) berguna buat orang lain.

Gesi: Saya berharap Ubii dan Aiden tumbuh jadi anak-anak yang punya empati. Yang tidak menilai orang lain hanya dari kulit luarnya saja. Yang tidak meyakini stereotype semisal "Orang tatoan pasti preman dan nggak bener" kalau belum kenal personal nya.

Baca: Parents with Tattoos Can Be Great Parents Too!

Saya berharap mereka punya mimpi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari mimpi saya dan Adit. Namun, saya juga berharap mereka tahu bahwa hidup nggak selalu mudah dan perjalanan menggapai mimpi nggak selalu mulus. Saya berharap mereka bisa dealing with kekecewaan dan kejatuhan. Saya berharap mereka selalu akan bangun tiap kali mereka jatuh. But above all, saya berharap Ubii dan Aiden tumbuh dengan keyakinan bahwa keluarga adalah tempat untuk mereka pulang. Bahwa bagaimana pun pilihan mereka, apa pun jalan hidupnya, keluarga adalah di mana mereka selalu diterima, apa adanya.

Baca: Catatan untuk Para Orangtua: Dulu Saya Pernah Menjadi Karin Novilda


10) How far apart do you want your kids' ages to be? 

Udah punya 2 anak, dan kami masih kepengin punya 1 anak lagi. Jadi jawabannya untuk anak ke-tiga, yah.

Adit: 3 years, just like my brother and I. Aku seneng aja dia bisa memposisikan dirinya sebagai teman dekat, tapi tetap bisa mengayomi. Kalau aku sama Anin (adik Adit) 7 tahun itu kayaknya kejauhan deh.

Gesi: Kayaknya saya belum kebayang kalau Aiden punya adik saat dia berumur 3 tahun deh. Hahahahaha. Justru saya kepengin jaraknya agak jauh nanti untuk anak ketiga. So, untuk hal ini, saya dan Adit beda maunya.

***

Nah itu deh jawaban saya dan Adit untuk pertanyaan nomor 6-10. Mau ikut jawabin juga, nggak? Yuk colek-colek pasangan dan obrolin bareng. Mau share di mari juga monggo, boyeeeh. Intinya kita curcol masal. Eh, ya nggak curcol juga deng ya. Tapi bikin plan sama-sama. Sembari curcol.

**teuteup**

**Gesi anak curcol**

**hestek HambaCurcol**

BHAY!



Love,





10 comments:

  1. Asiiik dapet bahan diskusi lagiii...
    Aku sama Ayah Shoji juga dari budaya berbeda. Ya mereka malah bisa merangkul antara Minang dan Jawa. Kalau bisa sih fasih dua bahasa daerah itu juga hahahah *ambisiemak*

    ReplyDelete
  2. Wah kalo aiden punya adek tambah rame kayaknya keluarga mamii ubiii..

    ReplyDelete
  3. Semenjak ada Raya jarang diskusi kayak gini2 (dulu sering) sekarang susah bener dah kl mau diskusi, yg ada itu anak teriak2 depan wajah hahahaha XD kalau diskusi malem2 malah ketiduran, yo wes lah pasrah -_-"

    ReplyDelete
  4. Poin nomor 9 nya suka Gesi, yup tumbuh dengan rasa empati, biar ubii aiden nggak gampang nyinyirin orang ya, seneng ya ikut seneng, sedih ya ikut merasakan sedihnya. Great parents gesi dan adit.

    ReplyDelete
  5. Menarik nih, Nanti mau diskusi ah sama suami tentang 100 pertanyaan ini. Thanks for sharing mami Ubii. Love

    ReplyDelete
  6. Saya sama suami sering ngobrolin dan saling bertanya seputar anak dan kehidupan kami. Tapi pertanyaan ini belum pernah saya tanyakan, tanyain ah ke ayahnya MArwah hehe

    ReplyDelete
  7. Jadi keidean bikin ginian juga.
    Btw tentang nambah anak ketiga sama euy. Tapi kebalik, aku maunya nggak terlalu jauh sama Ayyas, soalnya aku masih pengen kuliah. Sementara suami pengennya nanti2 aja terutama kalau udah pindah dari Palopo. Yowes so far pagernya belum dicopot deh, wkwkwk.

    ReplyDelete
  8. Suka deh kak, sama yang nomer delapan. Kedua orang tua saya pun selalu mengarkan untuk saling menghargai antar agama, ortu memang berbeda agama tp dulu waktu saya masih sd disuruh milih sendiri mau ikut siapa. wkwkwk kok jadi curcol ya...

    ReplyDelete
  9. beda budaya, beda keyakinan
    tapi tetep bisa ngobrol dan diskusi hal penting kek gini
    aku, sama-sama budaya dan keyakinan, sering bgt beda pendapat :(

    ReplyDelete
  10. Belum nikah mbak, jadi belum bisa nanya hal serupa, tapi catat ah. Jadi bahan diskusi besok kalau udah nikah hehe. Makasih sharingnya mbak, semoga ubi dan aiden selalu sehat ya mbak :D

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^