Saturday, August 30, 2014

Mimpi untuk Kesehatan Indonesia

Puji syukur, tulisan ini diapresiasi sebagai
20 Karya Terbaik - Lomba Blog Mimpi Properti
21 September 2014, Taman Ismail Marzuki, Jakarta
Dok. @Eka_Fikry
***

Mimpi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, adalah angan-angan. Sedangkan mimpian adalah cita-cita yang mustahil atau susah dicapai. Benar, sesuatu tanpa upaya nyata memang hanya akan berakhir menjadi mimpi di siang bolong.
Sumber
Mungkin itulah yang terjadi pada saya saat mendapati putri saya memiliki kebutuhan khusus (special needs kid) akibat infeksi virus Rubella di trimester pertama kehamilan saya, mengejar mimpi yang tak realistis.

Friday, August 29, 2014

Make an Impact, Save a Baby


Lagi-lagi saya pengen nulis yang berhubungan dengan TORCH, khususnya Rubella. Semoga belum pada bosan ya, karena bakal ada informasi yang bermanfaat dalam blogpost ini. *sok kepedean* *digiles*

Cerita ini bermula kira-kira awal Mei lalu (tsaah kayak mau dongeng ajah). Awal Mei kemarin, ada mas-mas yang mengkontak saya via Facebook message. Namanya Mas Cixo dari Siloam Hospitals. Ia bilang kalau Siloam Hospitals pengen mengundang saya menjadi narasumber dalam acara TORCH mereka. Tentu dong saya bersedia. Apa pun acaranya dan siapa pun yang mengundang, asalkan berhubungan dengan TORCH dan bisa bermanfaat, saya pasti mau banget mengusahakan.

Long story short, setelah tim Siloam berembuk, mereka menyepakati kalau acara talkshow akan berupa taping di studio Berita Satu TV dan talkshow itu akan ditayangkan di channel Berita Satu TV. So, saya harus ke Jakarta dong. Dan kebetulan banget ya, saat itu saya memang lagi ada wacana untuk bawa Ubii ke Jakarta karena kami perlu menyervis alat bantu dengar Ubii di hearing centre di bilangan Jakarta Timur. So, yeah, Jakarta, we're coming! :))

Friday, August 22, 2014

Indonesia Sehat & Kreatif Berawal Dari Rumah

Puji syukur, tulisan ini diapresiasi sebagai
Juara III Anugerah Jurnalistik AQUA (AJA) IV - Kategori Tulisan Umum
23 Oktober 2014, Erasmus Huis, Jakarta
dan
Tulisan terpilih peserta #ngaBLOGburitAQUA Klaten

***



Anak gaul era 90-an mana yang nggak kenal iklan Aqua di atas? Saya sih hapal banget.. Ting ting ting.. AQUA! Iklan AQUA itu memang jadul banget, kalau nggak salah sekitar tahun 1996. Sejadul kemasan botol AQUA yang masih beling. Tapi semua anak 90-an pasti setuju kalau iklan itu cess banget. Keren, bo. Dulu saya masih ada di bangku SD saat ada iklan AQUA versi orkestra ini. Yang terlintas di pikiran saya dulu cuma, "Itu beneran nggak sih cuma tang-ting-tang-ting botol bisa jadi irama?" Dulu, saat saya menganggap AQUA hanya air minum yang biasa saja. Dulu, sebelum saya mengenal AQUA lebih jauh.

Pada tanggal 12 Juli 2014 lalu akhirnya saya berkesempatan mengenal AQUA dari dekat dengan mengikuti #ngaBLOGburitAQUA di Pabrik AQUA Klaten bersama rombongan blogger lainnya. Dari situ saya mengerti kalau AQUA lebih dari sekedar bisnis profit-oriented semata lewat implementasi AQUA Lestari.


Sekilas tentang AQUA Lestari untuk Indonesia yang Lebih Sehat

Jangan sampai cuma saya yang mengenal AQUA Lestari ya. Sayang banget kalau informasi ini saya simpan sendiri. Jadi, AQUA Lestari adalah buah pemikiran dari Antoine Riboud (pemimpin DANONE) dan Tirto Utomo (pendiri AQUA). Ini adalah wujud komitmen ganda AQUA Group bahwa bisnis wajib dibarengi dengan kontribusi sosial untuk masyarakat. Visi AQUA Lestari untuk Indonesia yang lebih sehat direalisasikan melalui banyak program, salah satu di antara nya adalah akses air bersih dan penyehatan lingkungan. Program ini diwujudkan dengan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan ibu dan anak  (posyandu, pengobatan gratis, pemberian makanan tambahan bagi balita, dan penyelenggaraan tes deteksi kanker serviks), penyediaan air bersih, dan pemberian bantuan 2000 unit tangki air bersih. Program ini dicanangkan berkelanjutan untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar Pabrik AQUA Klaten. Dengan program tersebut kita bisa tahu bahwa komitmen ganda AQUA bukan sekedar isapan jempol belaka. Hal itulah yang saya dapatkan di Pabrik AQUA Klaten.


Fakta tentang Air

Setelah puas mengamati Pabrik AQUA Klaten dari dekat, saya dan rombongan bergerak ke Desa Karanglo. Di sana saya mendapat banyak informasi yang menarik tentang air dari Bapak Heru Hendrayana (UGM Yogyakarta). Buat saya, yang paling menarik adalah air bersifat hidup. Bapak Heru menjabarkan teori the hidden message from water yang dipopulerkan oleh Masaru Emoto. Menurut teori ini, air dapat 'mendengar' kata-kata, 'membaca' tulisan, dan 'mengerti' pesan. Semakin kuat konsentrasi si pemberi pesan, maka pesan akan semakin dalam tercetak di dalam air. Paham kah saya? Ya. Percaya kah saya? Hmm, belum.


Untuk mengujicoba teori bahwa air itu hidup, saya melakukan eksperimen sederhana di rumah sehari setelah #ngaBLOGburitAQUA. Saya ingin membuktikan sendiri kalau air bisa 'mendengar,' membaca', dan 'menerima' pesan. Caranya simple sekali:
  1. Siapkan 2 botol yang diisi air sama banyak.
  2. Siapkan kacang hijau sama banyak untuk ke-2 botol. Kenapa saya pakai kacang hijau segala? Biar air nya nggak kesepian. Tsah.
  3. Siapkan 2 kertas untuk melabeli botol air. 'Kata-kata positif' dan 'Kata-kata negatif.' 
Voila! Siap bereksperimen.


Setiap sore saya rutin 'mengirim' pesan pada air dalam 2 botol tersebut. Air di botol 'kata-kata positif' saya beri kata-kata seperti bersih, sehat, murni, jernih, pintar, baik, bersih, segar, dan kata bernada positif lainnya. Nggak lupa diakhiri dengan ucapan "I love you" dengan intonasi yang riang dan ceria. Air di botol dengan label 'kata-kata negatif' saya beri kata-kata seperti kotor, jorok, dekil, pandir, menyebalkan, jahat, suram, dan kata berkonotasi negatif yang lain. Untuk air di botol negatif ini selalu saya teriaki, "I hate you!" dengan intonasi yang kasar dan melengking. Saya mulai eksperimen ini tanggal 13 Juli 2014 sambil harap-harap cemas. And... it works! Saat postingan ini saya buat eksperimen sederhana saya sudah menunjukkan hasil. Air yang saya beri kata-kata positif lebih bersih. Sebaliknya, air yang saya beri kata-kata negatif terlihat lebih kotor dan keruh.


WOW! Jadi teori bahwa air bersifat hidup adalah benar, saudara-saudari. Nggak percaya? Cobain deh di rumah. :))

Air AQUA untuk Indonesia Sehat

Dengan sifatnya yang hidup tersebut, tentunya air bisa memberikan manfaat yang menyehatkan jika diperlakukan dengan baik, yaitu dengan pengolahan yang sesuai prosedur dan higienis. Memahami prinsip tersebut, AQUA memiliki komitmen untuk menghargai dan melestarikan air dan lingkungan dengan menyeimbangkan neraca air, mengendalikan kualitas air, dan mengelola sumber daya air dengan konsep dari hulu ke hilir dalam Kebijakan DANONE AQUA terhadap Perlindungan Sumber Daya Air.


Dari komitmennya yang menghargai air dan lingkungan, bukan suatu hal yang mengherankan jika AQUA telah mendapat berbagai penghargaan secara kontinyu di bidang pelestarian air dan lingkungan. Di antaranya MDGs Awards  kategori Pelestarian Lingkungan di tahun 2010, Indonesia Green Awards Penginspirasi Bumi dari La Tofi School of CSR di tahun 2, Indonesia Sustainable Business Awards di tahun 2012, Runner Up Penghargaan Indonesia MDG Awards kategori Layanan Air Bersih dan Sanitasi untuk program WASH di tahun 2013, dan yang terbaru Indonesia Green Awards dari La Tofi School of CSR untuk upaya AQUA dalam konservasi sumber daya air dan pengelolaan sampah terpadu di tahun 2014.

Dalam upayanya menghadirkan air yang layak minum untuk Indonesia yang lebih sehat, AQUA memiliki proses yang nggak main-main. Berikut langkah-langkahnya:
  1. Memilih sumber mata air terbaik yaitu di ketinggian pegunungan vulkanik. Dengan itu, air yang didapat adalah air yang mengandung mineral dari lapisan batuan yang cukup dalam.
  2.  Menetapkan 9 kriteria dalam memilih sumber mata air terbaik. Kriteria-kriterianya meliputi: aliran air, parameter fisik, parameter kimia, parameter mikrobiologi, lingkungan mata air, stabilitas fisik, stabilitas kimia, kesinambungan sumber air, dan infrastruktur.
  3. Memiliki 5 tahapan penelitian, yaitu identifikasi & uji kelayakan, studi geologi, studi geoelektrik, eksplorasi, dan pendayagunaan sumber air.
  4. Melakukan 5 tahapan penelitian tersebut minimal 1 tahun.
  5. Menetapkan Sistem Integrasi Tak Terputus sejak dari sumbernya untuk memastikan air yang dihadirkan AQUA terjaga keasliannya.
Hal yang saya sebutkan di atas dijelaskan oleh Bapak Heru Hendrayana (Ahli Hidrogeologi) dan Bapak Dudi Amrullah (Ahli AQUA) dalam video ini:


Nah jadi nggak ada ragu lagi kan bahwa air AQUA yang kita konsumsi itu layak minum dan menyehatkan?

Air AQUA untuk Keluarga Sehat

Sebagai seorang ibu, sudah menjadi kewajiban saya untuk memilih yang terbaik untuk keluarga. Sebagai seorang ibu dengan anak berkebutuhan khusus dengan upaya penyembuhan yang masih terus berjalan, tanggung jawab saya untuk memilih produk terbaik yang menyehatkan menjadi lebih besar. Upaya penyembuhan dan membangun kesehatan tentu saja berawal dari rumah. Apalagi 79% dari jantung manusia dan 75% dari otak manusia adalah air, sehingga konsumsi air yang cukup adalah pilar inti menyehatkan keluarga saya. Dari awal saya mempercayakan kunci kesehatan dasar ini pada air AQUA. Saya selalu membiasakan keluarga kami minum air yang cukup. Satu atau dua galon AQUA saja nggak cukup di rumah saya. Ada 3 galon AQUA yang siap menemani kami sehari-hari. Untuk suami, saya selalu membiasakan menyiapkan botol minum dengan air AQUA untuk dibawa bekerja. Untuk anak saya, membuat susu, jus, atau madu pun selalu menggunakan air AQUA. Rutinitas memasak juga lagi-lagi bersama air AQUA.


Itu di rumah. Bagaimana kalau sedang di luar rumah? AQUA masih setia menemani perjalanan kami. Di rumah saya rutin menyetok air AQUA kemasan botol 600 ml dan 1500 ml. Air AQUA kemasan botol tersebut saya jadikan bekal saat keluarga bepergian. Daripada di tengah jalan kehausan lalu jajan es cendol di warung, minum air putih tentu lebih menyehatkan. Dengan ini saya untuk menanamkan kebiasaan minum air di mana saja, nggak hanya di rumah. Ini juga cara sederhana saya untuk mengajarkan kedisiplinan pada anak saya. Harapannya, melihat Mami nya rutin membawa bekal air ke mana pun, ia jadi tertular untuk disiplin minum air. Harapan saya yang lain ialah ketika anak saya sudah mulai bisa merekam peristiwa nanti, yang ia ingat pertama kali adalah kebiasaan untuk menyehatkan badan.


Air AQUA juga ambil bagian dalam upaya penyembuhan anak saya. Anak saya rutin mengikuti fisioterapi sebanyak tiga kali seminggu. Setiap sesi berdurasi satu jam dengan diakhiri oleh terapi oral motorik. Terapi oral motorik dilakukan menggunakan jari terapis yang dibebat dengan kain kasa yang dicelupkan dalam air matang. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan mengunyah anak saya dan meningkatkan kemampuan menggerakkan lidahnya. Dalam harapan yang terselip di tiap sesi terapi oral motoriknya, saya meyakini bahwa air yang digunakan juga harus air yang menyehatkan, bukan sembarang air. Maka saya selalu membawa air AQUA kemasan gelas untuk menemani sesi terapi anak saya.


Tamu adalah raja yang wajib kita perlakukan dengan baik, itu yang saya yakini. Nggak cuma keluarga saya dong yang perlu disehatkan dengan air AQUA. Maka dari itu, suguhan yang menyehatkan untuk tamu juga nggak kalah penting. Untuk teman-teman yang berkunjung, saya menyediakan air AQUA kemasan gelas 240 ml. Pilihan saya jatuh pada kemasan gelas karena lebih cantik ditata di meja ruang tamu. Hehehe.


Reuse dan Recycle Bersama AQUA

Sebagai keluarga dengan konsumsi air yang cukup banyak, tentu di rumah saya ada banyak sekali kemasan AQUA. Kenapa nggak dimanfaatkan saja? Dengan memanfaatkan bekas kemasan air, saya turut berpartisipasi menjaga lingkungan dengan sederhana, sesuai kemampuan saya. Bekas kemasan air bisa banget kok di- reuse dan recycle. Menurut sumber ini, reuse berarti memakai kembali material layak pakai dan recycle berarti mengolah kembali barang bekas agar dapat digunakan lebih lanjut.

Untuk reuse, saya memanfaatkan bekas kemasan AQUA gelas untuk wadah cat. Setiap air AQUA gelas sudah habis diminum, saya kumpulkan gelas-gelasnya. Saya letakkan di dekat cat-cat yang biasa saya pakai untuk bermain bersama anak saya. Jadi saat akan menggunakan cat nggak perlu buang-buang waktu mencari wadah untuk menuangkan cat nya. Hemat waktu dan tenaga.


Bekas kemasan AQUA botol pun bisa banget di-reuse, yaitu untuk sarana bermain dan belajar bersama anak saya. Saya suka mencari kegiatan yang menyenangkan untuk anak saya. Salah satu favorit saya adalah Discovery Bottle. Walau terkesan begitu-begitu saja, tapi discovery bottle sangat bermanfaat. Untuk discovery bottles ini, saya memilih kemasan 330 ml sesuai kemampuan menggenggam anak saya. Ini discovery bottles yang saya buat:

  1. Beras berwarna. Stimulasi penglihatan dengan warna merah dan pendengaran pasca anak saya memakai hearing aids
  2. Kawat hias. Stimulasi penglihatan dengan benda panjang dan warna-warni dan stimulasi indra peraba dengan tekstur kawat hias yang lembut dan kasar.
     
  3. Lonceng dan kertas marmer kelap-kelip. Stimulasi bunyi berfrekuensi tinggi untuk pendengaran dan stimulasi penglihatan.
  4. Pom-pom. Stimulasi penglihatan dengan benda bulat dan warna.
  5. Air berwarna dan bebek plastik. Mengamati bebek yang berenang dalam air.
Selain digunakan kembali, bekas kemasan AQUA sangat memungkinkan untuk di-recycle. Banyak benda yang bisa dibuat dari kemasan AQUA. Yang paling saya suka adalah gelang. Mudah dan murah. Dengan membuat gelang sendiri dari kemasan AQUA, suami pun ikut senang karena saya nggak perlu nodong untuk beli aksesoris. Hehehe. It's a very fun thing to do.


Asyiknya membuat gelang sendiri adalah saya jadi bisa menentukan warna yang saya inginkan untuk dipadupadankan dengan pakaian saya. Matching, kan? :) Kalau sudah dipakai, nggak kelihatan kok kalau gelang ini bermodal botol plastik bekas. Nggak kalah dengan gelang-gelang yang dijual di toko aksesoris.


Benda lain yang sangat mudah dibuat dengan memanfaatkan bekas kemasan air mineral AQUA botol adalah wadah spidol/pena/pensil. Tinggal potong bagian atas, jadi deh. Tapi kalau punya bahan-bahan lain, boleh dong sedikit diberi hiasan. Dengan wadah seperti ini, spidol atau pena saya jadi nggak berceceran.


Rak di rumah terasa plain sekali tanpa pajangan? Yuk, bikin sendiri saja. Rak di rumah jadi cantik sekaligus ikut mengurangi sampah. Kali ini saya memanfaat bekas AQUA gelas.


Botol-botol bekas juga bisa disulap menjadi hiasan. Yang paling gampang menurut saya adalah bunga plastik. Hanya perlu menggunting dan menempel sedikit. Lumayan, saya nggak perlu beli bunga untuk menghias rak dan ruangan di rumah.


Selain untuk mempercantik rumah, botol AQUA bekas juga bisa di-recycle menjadi benda yang bermanfaat, yaitu piggy bank alias celengan. Celengan ini saya manfaatkan untuk uang recehan. Jadi nggak ada cerita di rumah saya uang receh tercecer ke mana-mana. Uang koin kalau sudah terkumpul kan bisa jadi uang kertas juga. Dengan ini, saya berharap anak saya nantinya tertarik untuk belajar menabung. Dari sampah berupa botol plastik bekas, saya bisa membuat sesuatu yang dapat digunakan dan mengajarkan nilai pada anak saya plus mengurangi sampah botol plastik. See? Sampah nggak melulu nggak berguna, kan?


Melestarikan lingkungan, bagi saya, nggak harus muluk-muluk. Nggak perlu dengan hal-hal wah kalau memang kapasitas kita terbatas. Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah adalah cara yang saat ini paling pas untuk saya sebagai ibu rumah tangga. Yang perlu diingat adalah bahwa sampah nggak selalu menjijikkan dan nggak ada faedahnya. Mindset tentang barang bekas atau sampah perlu diubah bersama supaya anak-anak pun ikut tertarik dan tergerak untuk melakukan reuse dan recycle karena ternyata ini mengasyikkan.


Melestarikan Air Bersama Keluarga

Hal yang nggak kalah penting untuk ditumbuhkan dalam keluarga selain hidup sehat dan melestarikan lingkungan adalah...melestarikan air atau water conservation. Air, selain bersifat hidup, juga berarti kehidupan. Kehidupan seperti apa yang bisa berjalan tanpa adanya air? Saya kira nggak ada. Walau tampaknya air tersedia dengan melimpah, tetap saja air harus dijaga dan dilestarikan. Ya, tampaknya. Faktanya, menurut sumber ini, prosentase air yang segar di seluruh bumi ini hanya 3%. Dari 3% air segar tersebut, hanya 1% saja yang tersedia untuk air minum sedangkan 2% nya ada dalam bentuk beku di glasier. Lalu ke mana 97% nya? 97% nya adalah air garam yang nggak bisa dikonsumsi manusia. 1% air layak minum untuk mencukupi banyaknya populasi manusia di muka bumi ini, yakin betulan cukup selamanya? Dan jangan lupa, tanaman dan hewan pun juga butuh air. Sangking tingginya jumlah kebutuhan air dan tingginya angka perusakan lingkungan, satu per tiga dari populasi dunia sedang mengalami kesulitan ketersediaan air bersih dan buruknya kualitas air yang mereka konsumsi. Efeknya nggak main-main: berbagai macam penyakit, kekurangan gizi, dan gagal panen. Bagaimana dengan keadaan di Indonesia? Hampir sama mirisnya. Menurut sumber ini, ada beberapa hal yang patut menjadi keprihatinan kita bersama:
  • Kawasan mata air di Gunung Ciremai, Cirebon terus menyusut, dari 1500 mata air kini tinggal 52 mata air saja karena penggundulan hutan dan penggalian.
  • Adanya ancaman desertifikasi (degradasi lahan sehingga semakin gersang) sehingga diprediksi daerah sejuk seperti Tawangmangu, Malang, dan Brastagi bisa tinggal kenangan kalau nggak dilestarikan dengan baik.
  • Sumber mata air Baumata, di daerah Kupang, makin menyusut karena penebangan liar di kawasan hulu hutan.
  • Ada 119 mata air di Kulonprogo yang saat ini kritis dan terancam hilang.
Bayangkan betapa mengerikannya hal itu. Itu baru dari 1 artikel saja saya googling dan artikel tersebut tertanggal 30 Oktober 2013. Kalau saya mencari sumber lain dengan tulisan yang lebih baru, entah kabar baik atau semakin buruk yang akan saya baca. Ada yang lebih mengiris hati lagi sebetulnya, yaitu UNESCO memprediksikan bahwa kekurangan pasokan air akan menjadi masalah dunia di tahun 2020.

Tahun 2020... 6 tahun lagi. Kita masih punya waktu untuk melestarikan air dengan pemakaian yang lebih bijak. Cara paling mudah namun konkret adalah membiasakannya di rumah. Sadar benar bahwa pelestarian air berawal dari rumah dan ini harus dimulai sekarang juga, AQUA memiliki kampanye Dari Kita yang berisi 15 tips penghematan air secara sederhana. Yang sudah saya lakukan adalah:
  1. Nggak merendam makanan beku di dalam air. Taruh saja di tempat hangat. Biasanya saya menaruhnya di atas kompor.
  2. Membersihkan sesuatu seperti meja dan rak (saya nggak punya kandang) dengan kanebo sehingga nggak butuh banyak air.
  3. Segera memperbaiki kalau ada keran yang bocor.
  4. Memperbanyak lahan resapan di pekarangan.
  5. Minta pada mas Bejo, pemotong rumput langganan, untuk nggak memotong rumput terlalu pendek.
  6. Nggak membuang sisa air minum. Biasanya sisa hanya sedikit saja, nggak sampai seperempat gelas. Tapi bisa dimanfaatkan untuk menyikat sisir/sandal/sepatu.
  7. Memakai baskom besar untuk mencuci piring.
  8. Saat menyabun piring atau tangan, keran air dimatikan. Ini juga berlaku di warung makan. Jangan sampai punya pikiran, "Ah nggak papa lah airnya nyala terus, toh bukan aku yang bayar tagihan airnya, kan makan di sini juga udah bayar!"
  9. Mengingatkan suami supaya nggak terlalu berlebihan saat menyiram tanaman.
  10. Mencuci motor hanya kalau sudah sangat kotor. Kalau hanya berdebu, masih bisa dibersihkan dengan kemoceng atau kanebo.
  11. Meminta suami menetapkan jadwal menyiram tanaman, yaitu di pagi hari sebelum berangkat kerja.
Ada beberapa hal lainnya yang biasa saya dan keluarga lakukan di rumah, yaitu:
  1. Menadahi air hujan dengan ember. Bisa untuk menyiram tanaman keesokan harinya.
  2. Mencuci saat mesin cuci sudah penuh. Sedikit-sedikit mencuci padahal baju kotor masih sedikit sangat memboroskan air.
  3. Menadahi air sabun yang keluar dari mesin cuci. Air sabun tersebut bisa dipakai untuk mengepel atau menyiram toilet.
  4. Memantau rekening air setiap bulan. Bukan karena pelit, tapi untuk memastikan pemakaian air di rumah masih dalam tahap sewajarnya dan nggak berlebihan.
  5. Nggak jauh-jauh dari kamar mandi saat mengisi bak mandi supaya air nggak meluber percuma hanya karena saya terlambat mematikan keran.
  6. Mematikan keran washtafel saat menggosok gigi.
  7. Minta pada suami dan teman yang merokok supaya nggak membuang puntung rokok dalam toilet karena puntung rokok butuh beberapa kali disentor/flush supaya bisa masuk ke dalam septic tank. Puntung rokok saja sudah a big NO! Apalagi tissue atau pembalut, saya bisa murka.
  8. Menutup gelas/cangkir yang dipakai untuk minum agar nggak cepat kotor sehingga nggak perlu gonta-ganti gelas/cangkir berulang kali dalam sehari. Boros gelas = boros air untuk mencucinya.
  9. Menaruh es batu yang terlalu banyak atau terjatuh di pot tanaman, nggak dibuang begitu saja.
Selain pamflet Dari Kita milik AQUA di atas, ada beberapa pamflet lainnya untuk mengingatkan kita akan pentingnya menggunakan air secara bijaksana. Mari sebarkan pamflet-pamflet ini supaya semakin banyak keluarga yang tergerak untuk menghemat air.

Sumber
Sumber
Sumber
Sumber
Indonesia Yang Lebih Sehat Berawal dari Rumah, Saat Ini

Saya percaya keluarga adalah fondasi dasar yang utama untuk memulai, membiasakan, dan mewujudkan segala kebaikan. Kebiasaan hidup sehat wajib dimulai dengan minum air dan menyediakan air sehat yang mengandung mineral untuk keluarga. Sebisa mungkin, kebiasaan itu nggak hanya mendekam di rumah, namun juga dibawa ke luar rumah dengan membawa bekal air sebagai pengganti jajan es yang kurang menyehatkan.

Bagi saya, sehat nggak melulu soal fisik yang kuat. Tapi juga tentang sehat daya pikir dan kreatifitas. Saya yakin Indonesia butuh anak-anak bangsa yang juga punya critical thoughts selain stamina yang dahsyat. Untuk itu pola pikir kreatif wajib ditunjukkan pada anak sejak dini, yaitu dengan memanfaatkan dan mengolah kembali barang bekas supaya mereka mengerti asyiknya berkreasi dan puasnya menghasilkan sesuatu dari barang yang mungkin dipandang nggak ada gunanya sama sekali. Mengasah kreatifitas juga dapat mengajarkan arti menghagai usaha.

Berkreasi dengan sampah bukan hanya membawa kebaikan bagi diri sendiri, tapi juga pada bumi kita tercinta, Indonesia. Dengan prinsip reuse dan recycle, kita melakukan aksi nyata dalam melestarikan lingkungan dari sampah. Kalau reuse dan recycle dirasa kurang pas, mari kita cari cara lain yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-masing. Pasti ada. Pasti bisa. Apa pun itu, mulailah dari keluarga. Dari rumah.

Dari rumah banyak hal yang bisa kita lakukan, juga untuk melestarikan air. Perkara berkebun, memasak, mencuci, dan mandi tampaknya sepele. Tapi hal sesepele apa pun jika dilakukan dengan konsisten dan kontinyu, tetap memberikan manfaat. Jangan tunggu besok, jangan tunggu lusa. Ingatlah mata air negara kita sudah semakin berkurang. Tengoklah penebangan liar yang tak ada habisnya seakan lupa bahwa air juga bisa habis. Jangan tunggu besok, jangan tunggu lusa. Bergabunglah dengan gerakan-gerakan yang mendukung pelestarian air dan lingkungan.

Untuk hidup lebih sehat, mengurangi sampah, menjaga lingkungan, dan menggunakan air dengan lebih bijaksana, saya memilih bergabung bersama gerakan Dari Kita dari AQUA yang berpedoman pada AQUA Lestari, yaitu untuk melestarikan air dan lingkungan. Saya mulai dari rumah. Saya mulai bersama keluarga saya. Saya melakukan aksi sederhana untuk Indonesia yang lebih sehat dan kreatif..SEKARANG.

Change your habits today! Save water! (Sumber)


Bagaimana dengan kamu? :)




Referensi Tulisan:
  1. www.aqua.com (informasi dan gambar tentang AQUA)
  2. www.youtube.com/user/sehatAQUA (video AQUA)
  3. www.iptekindonesiae.blogspot.com
  4. www.savewater.com.au
  5. www.sustainability.about.com
  6. www.safeyourearth.blogspot.com

Referensi Gambar (Selain AQUA):
Sudah dicantumkan di bawah masing-masing gambar dengan link hidup.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Anugerah Jurnalistik AQUA (AJA) IV dengan tema "Air dan Kehidupan, Untuk Indonesia yang Lebih Sehat."

http://www.aqua.com/kabar_aqua/berita-perusahaan/anugerah-jurnalistik-aqua-

Friday, August 15, 2014

Mejeng di For Her Jawa Pos


Hai hai hai, kali ini saya mau berbagi cerita sambil bernarsis ria ya. Hehehe. Pengen cerita tentang pengalaman saya diulas di media cetak Jawa Pos dalam rubrik For Her. Walau ini bukan kali pertama saya diizinkan Tuhan diulas di media, tetap saja pengalaman ini punya warna dan cerita tersendiri untuk saya. Terima kasih untuk Mbak Puspita, reporter yang luwes juga Mas Bayu, fotografer yang sabar untuk kesempatan berharga ini.

Kesempatan ini datang dengan cara sederhana. Suatu siang menjelang sore ada telepon dari Mbak Puspita. Mbak Puspita menanyakan kesediaan saya untuk diulas di Jawa Pos. Kebetulan Mbak Puspita memang sedang mencari sumber di Jogja. Selain saya, ada juga Mbak Herlina Dewi, PimRed Stiletto Book, yang akan ikut diwawancara. Rencananya saya akan diwawancara di kantor Stiletto saja biar sekalian dan Mbak Puspita lebih hemat waktu dan tenaga cari lokasi. Berhubung lokasi nggak di rumah, otomatis saya harus menitipkan Ubii di rumah Eyang nya. Jadi, pertama-tama, saya izin ke suami dulu, boleh nggak. Syukurlah, suami saya yang budiman itu *tsah* kasih lampu ijo. Yeay!

Setelah Mbak Puspita dan Mas Bayu sampai di kantor Stiletto, agenda pertama adalah foto-foto dulu untuk liputannya karena Mas Bayu masih ada tugas lain jadi nggak bisa menunggu kami selesai wawancara. Walau saya amatir, boleh kan saya berbagi tips. Barangkali bermanfaat kalau kalian diulas di media yang butuh foto on the spot juga. Hehehe.

Tips supaya cethar membahana di media cetak ala Gesi:
  1. Sebelum hari-H tanya dulu ke orang media, ada dress code nggak *halah* Takutnya salah kostum kan. Hehehe.
  2. Pilih pakaian yang sopan tapi tetap kamu banget.
  3. Enaknya sih pilih outfit yang adem karena foto-foto itu bisa keringetan loh. (Atau cuma saya ya?)
  4. Kalau info wawancara sudah datang jauh hari sebelumnya, mending pilih pakaian jauh-jauh hari juga biar nggak makan waktu pagi-pagi bingung mau pakai baju apa. Saya nggak pilih baju jauh-jauh hari. Pas hari-H, baru sadar ternyata baju yang saya rencanakan mau dipakai masih di laundry. Ihiks. Gagal deh tampil maksimal.
  5. Kalau kamu ngerasa nggak fotogenik, jangan malu jangan galau minta bantuan fotografer atau reporter nya untuk mengarahkan pose yang oke. Malu bertanya sesat di jalan. Malu minta bantuan alhasil foto nggak cethar.
  6. Kalau kamu terbiasa foto dengan angle dari samping atau memiringkan kepala supaya pipi tembem kamu tersamarkan, PLEASE, latihan dulu foto dengan pose 'normal' di depan cermin. Untuk Jawa Pos, ternyata nggak bolehin narasumber foto dengan gaya alay kepala miring walaupun kita sudah nunjukkin gimana tembemnya pipi kita kalau foto dari depan. Jadi, biar nggak kagok foto dengan angle yang nggak biasanya kita lakukan, mending latihan dulu deh. Hehehe.
  7. Kalau kamu merasa nggak oke difoto sehingga pengen diulang-ulang-ulang sampai ada foto yang kamu rasa paling spektakuler mending, jangan sepelekan pentingnya mencairkan suasana dengan ngobrol dan bercanda bareng fotografer dan reporter. Lumayan bisa nutupin rikuh nya. Mereka juga jadi lebih sabar. Huehehehehe.
  8. Kalau akhirnya kamu beneran nggak juga dapat foto yang oke terus minta ulang-ulang, jangan lupa bilang 'Maaf ya ngerepotin' dan 'Makasih banyak-banyak ya' sama fotografer dan reporternya. Hihihihi.
Sesi foto kemarin bener-bener bikin saya keringetan. Saya terbiasa foto dengan angle dari samping atau memiringkan kepala saya karena pipi saya tuh tembem bukan main. Kalau di foto dari depan, astaga, muka saya jadi pipi semua isinya. Meweknya, Mbak Puspita bener-bener wanti-wanti kalau di Jawa Pos sebaiknya nggak foto model begitu. Hiks. Pupus sudah harapan saya untuk tampil kece di foto. Berhubung sama sekali nggak terbiasa foto dari depan, foto saya jelek terus (Yang mau ngejek silahkan grr). Akhirnya saya sering minta fotonya diulangi. Hehehe. Setelah diulang-ulang, foto saya....masih jelek. Pasrah deh. Aslinya ya begini. Tapi Mbak Puspita nggak membiarkan saya menyerah *tsah bahasanya*. Mbak Puspita yang akhirnya malah makin getol mengarahkan gaya saya dan meminta Mas Bayu untuk mengulangi foto. Syukurlah, akhirnya dapet juga foto yang mendingan (maksudnya muka saya ya, bukan kualitas fotonya) dan nggak alay.

Ini foto saya dengan angle miring dari samping yang ditolak mentah-mentah sama Mbak Puspita. Tapi syukurlah, saya kebagian simpen foto ini buat kenang-kenangan. Hehehe.


Nah ini foto dari depan yang dikehendaki Jawa Pos. Bandingkan sama foto dengan pose dan angle ala Gesi. Yang ini pipi semua, kan? :'))))


Selesai foto-foto, wawancara dimulai. Awalnya Mbak Puspita mewawancara Mbak Herlina Dewi duluan. Saya nungguin sambil ngerusuhin kantor Stiletto. Hehehe. Kelar ngobrol dengan Mbak Dewi, giliran saya pun tiba. So let's get started! Mbak Puspita tampak sudah cukup well-prepared dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Wawancara berlangsung santai dan mengalir sambil ditemani secangkir kopi. Setelah pertanyaan-pertanyaan yang Mbak Puspita siapkan sudah habis, Mbak Puspita bertanya, "Masih pengen cerita tentang apa nih Mbak Ges?" Jadi hari itu saya puas dan seneng banget dengan sesi wawancara nya. Rasanya semua hal yang ingin saya bagikan baik tentang Ubii, Rumah Ramah Rubella, dan buku saya yang berjudul Letters to Aubrey bisa saya ceritakan selengkap-lengkapnya (semoga ya).


Akhirnya profil saya benar-benar ada di rubrik For Her koran Jawa Pos hari Rabu, 6 Agustus 2014 kemarin. Overall saya suka banget dengan tulisan Mbak Puspita. Caranya menceritakan, memberikan judul, memberikan caption foto, dan menggambarkan apa yang saya alami itu pas banget menurut saya. Thank you very much, Mbak Puspita! Thank you, Jawa Pos! :))

Nah ini profil saya yang ditulis oleh Mbak Puspita di Jawa Pos, barangkali ada yang pengen baca tapi nggak sempat beli koran nya. :)

***

Hati Hancur Cinta Tak Luntur

Grace Melia Kristanto, 25, tidak menyadari adanya virus dalam tubuhnya semasa hamil. Hingga kemudian sang buah hati lahir dengan kondisi congenital rubella syndrome. Hatinya hancur. Namun, cinta pada si kecil tak pernah luntur. Bahkan, Grace berjuang membuat wadah untuk orangtua seperti dirinya.

TAK ada yang curiga pada kondisi kesehatan bayi dalam kandungan ketika Grace Melia mengalami demam dan ruam di tubuh. Kata dokter, Grace hanya perlu beradaptasi karena baru pindah dari Jawa ke luar pulau. Apalagi, ini adalah kehamilan pertamanya. Grace yang semula khawatir kembali lega.

Hingga saat anaknya lahir pada 19 Mei 2012. Kondisi bayi yang diberi nama Aubrey Naiym Kayacinta itu tidak begitu baik. Terlambat menangis dan sulit bernapas pertanda ada kelainan pada otak dan jantung. Ubii, panggilan sayang Aubrey, melakoni serangkaian tes. Mulai tes ekokardiografi, tes pendengaran, hingga USG otak. Semua hasilnya merupakan kabar buruk. Grace ditanya dokter, "Dulu ibu kena rubella, ya. Sebelum hamil ibu tes TORCH tidak?"

Untuk kali pertama dalam hidupnya, istri Aditya Suryaputra itu mendengar TORCH dan rubella. "Pulangnya saya langsung googling, ditemani suami. Saya baca sambil bergetar, bahkan tak sanggup melanjutkan bacaan. Semuanya cocok, gejala sejak kehamilan hingga kejanggalan perkembangan Ubii sekarang," kenang ibu muda kelahiran 1989 itu saat ditemui di Jogjakarta pekan lalu.

Ubii mengalami congenital rubella syndrome sehingga menderita gangguan pendengaran berat, kelainan jantung, dan retardasi (kelainan) motorik. Pada kasus sejenis, biasanya anak terinfeksi rubella bawaan alias sejak lahir, mengidap katarak hingga kebutaan. Syukurlah mata Ubii sehat.

Rubella adalah salah satu kawanan TORCH, yaitu toxoplasma gondii (toxo), rubella (campak jerman), cyto megalo virus (CMV), dan herpes simplex virus (HSV). Jika seorang ibu punya virus itu pada dirinya, ketika hamil besar kemungkinan mengakibatkan gangguan kesehatan bawaan yang fatal pada jabang bayi. "Itu pentingnya screening TORCH sebelum hamil. Dampaknya pada anak semengerikan ini. Saya merasa bersalah sekali pada Ubii," ungkap alumnus Sastra Inggris Univeritas Sanata Dharma Jogjakarta tersebut.

Menurut informasi dokter, memang virus yang ada di tubuh ibu tidak bisa hilang. Tapi, ada saat virus itu lemah. Bila kesehatan ibu dijaga dengan baik sehingga virus menjadi lemah, jabang bayi bisa baik-baik saja.

Menghadapi kenyataan itu, Grace shock, sedih, dan putus asa. Tapi dia sadar bahwa Ubii membutuhkan ibu yang kuat untuk menyokongnya menjadi anak yang kuat juga. Grace segera mencari grup diskusi bagi orangtua yang dikaruniai anak-anak seperti Ubii. Selain butuh teman seperjuangan, Grace butuh banyak informasi untuk membesarkan Ubii. "Ternyata banyak anak yang lahir seperti Ubii karena ketidaktahuan orang tua seperti saya. Padahal, dengan screening TORCH dan vaksin, hal seperti ini bisa dicegah," jelas perempuan yang aktif sebagai mami blogger itu.

Grace pun tergerak untuk mengampanyekan sadar TORCH dan mewadahi segala macam informasi tentang rubella. Dia membuat note di Facebook, menulis di blog pribadi, hingga akhirnya berbagi di komunitas parenting. Responsnya luar biasa. "Akhirnya, saya bikin Rumah Ramah Rubella secara online. Ada informasi mulai dari pencegahan sampai penanganan. Kami anggap semuanya keluarga dalam satu rumah yang sedang berjuang bersama," jelas Grace.

Rumah Ramah Rubella dibentuk pada 2 Oktober 2013. Kini lebih dari 1000 anggota bergabung. Dengan Rumah Ramah Rubella, semua bisa saling menyokong. Misalnya di luar pulau jawa, apalagi di Jayapura, masih banyak kekurangan tenaga medis. "Ada anggota dari Jayapura mau CT-scan anaknya di Jakarta dibantu anggota di Jakarta. Ditampung menginap dan direkom rumah sakitnya," cerita Grace mencontohkan.

Rumah Ramah Rubella pun membuat channel YouTube untuk melihat video sesi fisioterapi dan panduannya untuk bisa dilakukan sendiri di rumah. "Tidak semua orang tua punya akses membawa anaknya fisioterapi. Terkendala jarak atau biaya, video ini bisa membantu," imbuh Grace yang belum berencana menambah momongan karena masih ingin fokus membesarkan Ubii itu.

Beberapa kali Grace atau Rumah Ramah Rubella mendapat kesempatan untuk tampil di depan publik seperti diundang ke acara talk show atau pembicara di seminar-seminar parenting dan kesehatan. Tentu saja ini disambut gembira. "Impian kami, bahaya TORCH itu dapat diketahui sebanyak mungkin orang," harap Grace.

Perempuan yang tahun ini terpilih sebagai Kartini Next Generation versi Kementrian Komunikasi dan Informatika itu ingin orang aware TORCH sebelum tertular dan menurun pada anaknya. (puz/c17/ayi)

BERDASAR PENGALAMAN: Grace dalam salah satu gathering yang diadakan Rumah Ramah Rubella

***

Bukukan Perasaan di Letters to Aubrey

PADA minggu-minggu pertama kelahiran Ubii, Grace belum tahu apa yang terjadi pada buah hatinya itu selain kebocoran jantung. Ubii sangat rewel. Tidak bisa berhenti menangis kecuali ditimang dan didekap untuk diberi ASI. Datang ke dokter, Grace dihujani diagnosis yang membuatnya langganan menangis di depan dokter. Hati yang berkecamuk membuat Grace setengah hati mengurus Ubii.

"Sebelum tahu Ubii nggak bisa dengar, aku cerewet sekali. Mengajak ngobrol dan nyanyi setiap waktu. Sering mendongeng juga. Setelah itu, jadi merawat dalam diam," kenang Grace yang baru mengetahui kondisi Ubii beberapa bulan setelah melahirkan.

Grace dan suami, Aditya, memutuskan hidup mandiri, terpisah dari orangtua sejak menikah. Mereka hanya merawat Ubii berdua. Keduanya sering uring-uringan dan berujung pada pertengkaran karena capek dan tidak mau saling mengerti.

"Hal sepele bisa jadi masalah, saling menuntut. Waktu itu kami masih belum deal with all these things. Kami berdua sampai ikut hipnoterapi pasangan lho. Akhirnya saya dan suami sepakat, kami butuh manajemen stres yang bagus demi Ubii," kenang Grace menghadapi masa sulit itu.

Mereka mulai saling menghargai keluhan pasangan. "Saya capek, papinya siap menggantikan. Begitu pula kalau Papi bilang capek, saya sama sekali tidak akan menuntut macam-macam. Kalau dua-duanya capek, Ubii dititipkan sama eyang dan kami punya waktu berdua," jelas Grace.

Dengan kekompakan, mereka berharap Ubii tumbuh menjadi anak yang kuat dan percaya diri. Grace bersyukur suaminya selalu mendampingi apa pun agenda untuk Ubii, seperti melakoni berbagai tes, berobat, hingga kunjungan fisioterapi. Grace memilih menulis di blog untuk menyalurkan semua hasrat "cerewet"-nya pada sang buah hati. "Saya nggak sabar pengin ngobrol sama Ubii. Jadi, saya bikin semacam surat di blog untuk dibaca Ubii kelak. Biar suatu hari nanti, Ubii tahu orangtuanya selalu cinta sama dia," jelas Grace.

Isi surat-surat itu berisi curhat, cerita keseharian, tindakan medis, kisah manis, hingga terapi yang dijalani Ubii di rumah. Saat ini surat-surat di blog itu sudah dibukukan dengan judul Letters to Aubrey. "Bisa jadi kisah penyemangat dan informatif ibu-ibu seperti aku. Sebagian hasilnya disumbangkan untuk Rumah Ramah Rubella," kata Grace. (puz/c7/ayi)

ANUGERAH ISTIMEWA: Grace dan suami, Aditya Suryaputra, serta si kecil Aubrey.


***

Yang Sering Ditanyakan pada Grace

Apa itu Rubella?
Rubella atau campak jerman adalah virus yang ditularkan lewat cairan tubuh penderita, bisa air liur maupun darah. Bagaimana sampai ada virus rubella yang masih belum diketahui sampai sekarang. Rubella termasuk dalam virus TORCH.


Apa dampaknya pda ibu hamil?
Pada ibu hamil, virus rubella mengakibatkan sang ibu demam akut, mata berair karena infeksi, sendi-sendi ngilu, dan keluar ruam di sekujur tubuh. Ibu hamil menularkan virus tersebut ke anak sehingga anak mengalami congenital rubella syndrome atau rubella bawaan.

Apa yang terjadi pada anak dengan congenital rubella syndrome?
Jantung bocor, gangguan pendengaran, katarak, microcephally, retardasi psikomotorik, dan kognitif.

Adakah upaya peneymbuhannya?
Tidak bisa berharap untuk sembuh 100% dan seperti anak-anak sehat kebanyakan. Tetapi, satu per satu bisa diringankan dengan pola asuh, pengobatan medis, dan berbagai terapi. Misalnya, menggunakan alat bantu dengar, operasi katarak, dan fisioterapi.

Bagaimana mencegahnya?
Melakukan tes pre-marital atau screening TORCH untuk memastikan kondisi ibu sehat siap hamil. Juga, disuntik vaksin MMR, yakni Measles (campak), Mumps (gondongan), dan Rubella (campak jerman).

Mengapa rumah ramah rubella?
Mengampanyekan bahaya TORCH sehingga bisa dicegah. Berbagi informasi dan saling menguatkan untuk mengasuh anak-anak yang spesial. Selain itu, ingin mewadahi donatur untuk membantu orangtua yang tidak mampu mengobati putra-putrinya di masa mendatang. Sebab, biayanya sangat mahal. (puz/c15/ayi)

APRESIASI: Terpilih sebagai Kartini Next Generation 2014 versi Kemenkominfo
***
Selain versi cetaknya, ternyata ada juga versi online nya. Hehehe. Nggak selengkap di versi cetak sih. Bisa diintip di sini.



Kayaknya itu dulu deh di postingan ini. Semoga tips foto saat diulas di media cetak bisa terpakai. Huahahaha. Semoga info seputar TORCH, khususnya Rubella ini bisa bermanfaat buat kita semua ya. :)



Love,


Ges