Showing posts with label profile. Show all posts
Showing posts with label profile. Show all posts

Thursday, August 4, 2016

Manajemen Waktu Ibu Rumah Tangga

Beberapa kali saya mendapat pertanyaan, "Gimana sih Mbak Ges cara bagi waktu antara ngurus anak, kerjaan, dan me time?" Jujur aja, kalau ditanya begitu saya bingung menjawabnya karena saat ini saya punya 2 ART. 1 menginap dan 1 infal/pocokan/pulang sore. Jadi saya merasa kebantu banget.


So, saya flashback saja ya ke zaman saat mengurus Kakak Ubii sendiri tanpa ART untuk bahan postingan ini. Saat itu Adik Aiden belum ada, so everything was still under control lah, more or less. Dulu saya pernah jadi ibu bekerja kantoran sampai Kakak Ubii berusia 7-8 bulanan. Setelah itu, pekerjaan saya dikerjakan secara remote dan nggak harus nongol ke kantor. Lalu saya resign dan punya online shop kecil-kecilan jualin headband bayi bikinan sendiri. Terus saya nggak sanggup lalu akhirnya hanya mengandalkan blog sebagai pemasukan tambahan.

Sunday, July 31, 2016

Me Time Ibu-Ibu Ala Saya

*Curhat alert* Belakangan ini hasrat saya untuk punya me time semakin bertambah terutama setelah Kakak Ubii punya jadwal terapi setiap hari, kecuali Minggu. Jangan kira tugas membawa Kakak Ubii terapi itu cukup hanya dengan mengantar saja yah. Di sesi terapi, saya harus aktif juga jadi cheerleader supaya Kakak Ubii ikut semangat.

Baca: Tips Mendorong Anak Menikmati Fisioterapi


Setelah sampai rumah, saya gantian memegang Adik Aiden yang super aktif itu. Belum kalau malamnya Kakak Ubii susah tidur dan baru tidur jam 11-12 malam. Rasanya capek luar biasa, lahir dan batin.

Thursday, June 9, 2016

7 Tips Menjalankan Puasa Untuk Ibu Menyusui

Halo semua! Bagaimana puasa kalian so far? Semoga lancar-lancar yaaa. Ada kah yang menyusui dan berpuasa? Gimana, gimana? Masih lancar kan yah? Di postingan kali ini saya akan berbagi beberapa tips menjalankan puasa untuk para ibu menyusui.


Tipsnya saya dapat dari hasil sharing dengan seorang mama blogger bernama Kartika Nugmalia, atau akrab dipanggil dengan nickname Aya. Saya sudah mengenal Mbak Aya cukup lama. Lupa tepatnya mulai tahun berapa. Yang jelas sudah lumayan lama sih karena kami sama-sama blogger yang berdomisili di Kota Pelajar. Let's get started!

Tuesday, June 7, 2016

Book Launching dan Review: Montessori di Rumah

Untuk ibu-ibu pecinta metode Montessori, mungkin sudah pada familiar yah dengan Elvina Lim Kusumo pemilik akun IG @indonesiamontessori. Mama Caleb yang akrab saya panggil Ci Vina ini adalah pendiri IMC atau Indonesia Montessori Club. Selama ini mungkin kita menyerap ilmu dan informasi dari Ci Vina melalui IG atau website nya di www.indonesiamontessori.com.

Kini kita juga bisa belajar banyak tentang Montessori dari Ci Vina lewat bukunya yang baru saja launching Sabtu (4 Juni 2016) lalu. Puji syukur, saya berkesempatan hadir di acara book launching nya. Seneng banget bisa ketemu langsung sama sosok mama yang saya kagumi selama ini. 


Dan di postingan ini, saya kepengin cerita tentang buku nya yang berjudul Montessori di Rumah.

Thursday, April 21, 2016

8 Kuliner Yang Harus Kamu Cicipi di Jogja

Kata orang, Jogja adalah Kota Pelajar. Kata saya, Jogja juga adalah tempat wisata dan kuliner. Tempat wisata khas Jogja macam-macam banget. Mau yang bernuansa alam sampai yang bikinan manusia, semua ada. Untuk wisata alam, kita bisa menyambangi aneka candi, banyak pantai, dan yang belakangan ini sedang hits, Wisata Kalibiru.

Untuk wisata bikinan manusia, sebut saja Kids Fun untuk arena bermain keluarga. Ada juga Taman Pintar di mana anak-anak bisa belajar banyak hal. Museum De Matta yang memanjakan kegemaran foto-foto kita seperti di Trick Eye Museum Singapore. Dan yang baru, ada Jogja Bay, wahana main air yang seru untuk keluarga.


Bagaimana dengan kulinernya? 

Friday, March 18, 2016

My Scrap Book Asri Rahayu

Kali ini saya kepengin cerita tentang My Scrap Book. Apaan sih itu? My Scrap Book adalah blog milik kawan blogger saya, Asri Rahayu. Perempuan enerjik yang akrab disapa Asri ini punya blog yang menurut saya cukup asyik untuk disimak lama-lama. Ini subjektif sih ya. Tapi, tentu saya punya beberapa alasan tersendiri.


Yuk, check 'em out sambil berkenalan dengan Mba Asri Rahayu.

Wednesday, February 10, 2016

Mengenal Ika Koentjoro

Saya mengenal blogger dengan nama beken Ika Koentjoro ini dari sebuah komunitas bernama Kumpulan Emak Blogger. Karena di dalam komunitas, panggilan mesra satu sama lain adalah Mak, maka saya memanggilnya dengan sebutan Mak Ika. 

Kalau nggak salah ingat, saya bertama kali bertemu langsung dengan Mak Ika pada tahun 2014. Kami datang ke acara itu dan kemudian lanjut makan pizza bersama. 


Seperti apa sih Mak Ika di mata sipit saya?

Monday, December 1, 2014

Ayu Oktariani: HIV Tidak Menyurutkan Langkahnya

Sumber

Selamat Hari AIDS Sedunia. Happy World AIDS Day. HIV/AIDS. Sesuatu yang dulunya saya tahu hanya dari televisi atau berita. Sesuatu yang saya anggap ngeri. Sesuatu yang asing buat saya karena teman-teman saya nggak ada yang mengalami atau bergerak di kegiatan sosial seputar HIV/AIDS. Sesuatu yang hanya saya tahu sebatas, "Kalau kena HIV/AIDS pasti dijauhi." Sedangkal itu lah pemahaman saya. Semua itu berubah semenjak saya mengenal sesosok perempuan hebat yang terinfeksi HIV. Saya bilang dia hebat karena dia menjadikan statusnya yang terinfeksi HIV sebagai motivasi untuk berbagi, berkarya, dan mengedukasi sekitarnya tentang apa itu HIV/AIDS. Perempuan hebat ini bernama Ayu Oktariani.

Thursday, July 17, 2014

Ekoyunia, Berbagi Tanpa Perlu Menunggu Ramadhan

Ramadhan memang identik dengan berbagi. Berbagi rezeki, waktu, tenaga, dan pikiran. Atau apa pun, asal bukan berbagi pasangan. Err. Sebagai non-Muslim, mungkin saya nggak punya kenalan sosok yang berbagi di sekitar masjid. Tapi saya ingin berbagi tentang sosok ini, yang setau saya selalu mau berbagi, terutama untuk anak berkebutuhan khusus, tanpa peduli kapan, tanpa harus menunggu Ramadhan.
Sumber
Saya memanggilnya Mbak Nia. Ia adalah fisioterapis Ubii anak saya. Saya sudah mengenal wanita kelahiran 12 Juni 1984 ini kurang lebih 1,5 tahun. Untuk tulisan ini, saya melakukan wawancara kecil sambil menunggui Ubii fisioterapi.:)


Saya rasa semua teman-teman Muslim pasti ingin menyambut Ramadhan dengan suka cita maksimal. Salah satunya dengan tarawih. Tarawih bersama di masjid tentunya membuat suasana Ramadhan lebih terasa. Tapi Mbak Nia sudah puas dengan shalat di rumah, karena ia tetap bekerja di waktu tarawih. Alasannya, "Ndak tega Bu kalau banyak yang ndak kebagian jatah terapi."

Kalau boleh jujur, jawabannya membuat saya heran. Kayaknya dedikasi Mbak Nia nggak kurang. Setiap Senin-Sabtu ia memberi fisioterapi di sebuah rumah sakit mulai jam 8 pagi sampai 12 siang. Setelah itu berlanjut di sebuah klinik pribadi seorang dokter sampai jam 9 malam. Istirahat dan makan siang dilakukan di rumah sakit atau klinik. Jadi Mbak Nia baru pulang ke rumah di atas jam 9 malam. Pernah beberapa kali baru selesai jam 10.30 malam. Lagi-lagi alasannya, "Ndak tega Bu karena pasien dari luar kota."

To my surprise, hari Minggu yang biasanya kita pakai untuk off dari urusan kerja pun masih dipakai untuk membagikan kemampuannya sebagai fisioterapis. Ternyata sering ada pasien yang datang ke rumah hari Minggu. Terus kapan istirahatnya? Lagi-lagi jawabannya, "Ndak tega Bu apalagi kalau pasien dari luar Jogja."

Saya memang orangnya kepo. Jelas saja saya tanya,

"Emang nggak capek, Mbak?"

"Sudah biasa, Bu."

"Emang kalau bulan puasa tetap harus nerapi sampai malam? Ndak boleh cuma sampai jam 5 gitu? Biar bisa buka di rumah terus tarawih."

"Boleh kok, Bu. Sebetulnya Prof (sebutan untuk dokter di klinik tempat Mbak Nia fisioterapi) itu terserah saya. Saya mau nerapi sampai jam berapa. Cuma sampai sore ya boleh. Wong misale saya mau libur nerapi di klinik selama bulan puasa aja boleh kok."

"Lhah...terus kenapa tetep full, Mbak? Masa ya ndak pengen tarawih?" (Saya masih ngotot).

"Kemanusiaan, Bu. Kasian yang ndak dapet jam (untuk fisioterapi). Kalau libur fisioterapi terus jadi kaku. Kalau kaku itu rasanya ndak enak, nyeri. Nanti rewel, nangis terus."

Maklum ya kalau saya ngotot. Selain memang saya ngotot-an (HAHA), saya lihat menerapi anak nonstop dari pagi sampai malam itu jelas butuh tenaga. Lha wong saya menerapi Ubii di rumah yang cuma setengah jam saja kadang capek. Padahal cuma setengah jam. Padahal cuma satu anak. Sedangkan Mbak Nia dari pagi sampai malam dengan durasi masing-masing anak selama satu jam. Belum kalau anaknya rewel sehingga Mbak Nia butuh tenaga ekstra untuk menenangkan. Belum kalau gigi anak sudah tumbuh sehingga jari Mbak Nia digigit saat terapi oral. Bahkan pernah jarinya sampai berdarah sangking dahsyatnya gigitan si anak. Belum kalau ada anggota keluarga yang menunggui anak fisioterapi yang nggak tegaan terus jadi menyalahkan Mbak Nia karena menganggap Mbak Nia menyakiti si anak. Biasanya sih ini para Eyangs. :))


Tentang dianggap menyakiti karena Eyang nggak tega-an sudah bukan hal baru. Pernah ada Eyang yang sontak menyuruh Mbak Nia berhenti  karena cucunya nangis. Pernah ada Eyang yang cucunya kebetulan demam sehari setelah fisioterapi, lalu jadi menyalahkan Mbak Nia. Ada juga yang lebih ekstrim. Ada Eyang yang sangking nggak tega nya, nggak memperbolehkan si cucu untuk fisioterapi lagi. Padahal jelas motorik si cucu terlambat. Hmm......


Namanya pekerjaan pasti ada suka dan dukanya. Menurut Mbak Nia suka yang ia rasakan adalah saat ia masuk di Kick Andy episode Ubii menjadi narasumber. Nggak dink, bercanda. Suka yang ia rasakan adalah saat ia tahu kalau ada anak yang mengalami kemajuan. Dan memang, saya yakini itu benar. Buktinya, setiap Ubii ada kemajuan, padahal kecil sekali, yang mungkin buat orangtua dengan anak normal bukan dianggap sebagai kemajuan, selalu ditanggapinya dengan mata berbinar. Kalau Ubii nggak menangis saat fisioterapi atau merespons fisioterapi dengan baik, Mbak Nia selalu memberikan pujian sederhana pada Ubii. Apresiasi sederhana itu membuat saya makin semangat padahal mungkin saya berangkat dengan hati kusut atau badan capek. Nah, dukanya Mbak Nia akan merasa ikut sedih kalau si anak nggak mengalami kemajuan.


When we do something wrong, people judge us. When we do something right, people still judge us. Itu dialami sendiri oleh Mbak Nia. Dedikasinya yang tinggi sampai mengorbankan waktu tarawih, ternyata dianggap karena Mbak Nia mengejar materi semata oleh beberapa orang. Mbak Nia menganggapi itu dengan woles santai. "Kalau saya ngejar materi, ya saya dah buka praktik sendiri aja dari dulu toh, Bu," ujarnya ringan. Ada lagi kejadian yang kurang mengenakkan yang pernah ia alami di bulan Ramadhan. Pernah H-1 Idul Fitri, ada ibu yang mengirimkan SMS pada Mbak Nia karena ingin anaknya fisioterapi. Apesnya, saat itu HP Mbak Nia sedang rusak dan mati seharian. Ibu tersebut tampaknya sakit hati. Seminggu kemudian, SMS bernada kurang enak diterima Mbak Nia dari ibu tersebut. Bunyinya:

Sebagai tenaga medis Anda harusnya selalu siap kapan saja. Saya sekarang sudah menemukan terapis yang jauh lebih baik dari Anda.

Jujur saja, saya sebagai sesama ibu pasien ikut gemas. Fisioterapi bukan sesuatu yang urgent. Beda dengan misalnya anak jatuh dari tempat tidur lalu muntah, sesak napas, atau kejang hebat. Kalau ditolak oleh UGD, wajar kita marah sebagai ibu. Lagipula, misalkan di H-1 Idul Fitri Mbak Nia memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga nya pun toh sah-sah saja dan wajar banget, kan?

Itulah sekelumit cerita tentang Mbak Nia yang bisa saya bagikan. Dari Mbak Nia, saya belajar bahwa apa pun yang dilakukan dari hati akan terasa menyenangkan. Dari Mbak Nia, saya belajar bahwa ketika kita melakukan sesuatu dari hati, kita akan merasa ikut bertanggungjawab terhadap kebaikan sehingga melakukan yang terbaik. Dari Mbak Nia, saya belajar bahwa nggak ada batasan untuk berbagi. Dari Mbak Nia, saya belajar bahwa berbagi selalu bisa dilakukan kapan saja, tanpa perlu menunggu datangnya Ramadhan.