Showing posts with label mommy chatter. Show all posts
Showing posts with label mommy chatter. Show all posts

Monday, April 23, 2018

UPDATE Fibroadenoma Mammae (FAM) Pada Ibu Hamil

Banyak yang nanya gimana kelanjutan cerita dari tumor jinak fibroadenoma mammae (FAM) yang ditemukan di payudara saya saat hamil Aiden. Udah diperiksa lagi atau belum. Akhirnya dioperasi atau nggak. Etc. 

Foto nggak nyambung biarin wkwk

Saya tulis update nya di bawah postingan asli (26 Agustus 2015) aja yah. Jadi ini original post nya nggak saya hapus biar bisa ngikutin dari awal. Mau bikin post baru rada males karena updated story nya nggak panjang heheh.

Tuesday, November 17, 2015

Parents With Tattoos Can Be Great Parents Too


Sebenarnya sudah cukup lama topik ini seliweran di kepala saya. Tapi, dari dulu topik ini cuman berupa cerita atau guyonan dari teman-teman sesama orangtua yang punya tato. Jadi saya nggak kepikiran pengen nulis ini di blog. Sampai akhirnya saya dan Adit mengalaminya sendiri.


Jadi ceritanya dulu, duluuuu banget, ada tweets seorang teman seliweran di timeline saya. She's a mom of two. She's a tattoo artist. And she has tattoos.

Kurang lebih tweetsnya menceritakan celotehan anaknya yang request supaya suaminya pakai baju lengan panjang saat menjemput anaknya ke sekolah supaya teman-temannya nggak takut. Supaya si anak nggak disangka punya papa preman.

Friday, September 18, 2015

Rencana Melahirkan dengan SC (Sectio Caesarea)

Postingan ini murni untuk berbagi cerita dari pengalaman pribadi saja. Sama sekali BUKAN untuk berkata bahwa melahirkan secara SC adalah cara yang paling benar. BUKAN untuk berkata bahwa cara SC lebih baik dari metode melahirkan yang lain. Kebetulan, ini yang paling pas untuk saya. Kenapa? Baca ceritanya dong :)



Buat yang belum tau, kehamilan saya kemarin ini sebenernya belum direncanakan. Sebaliknya, honestly saya belum siap hamil dan malah pada awalnya menangisi kehamilan kedua karena Kakak Ubii, anak pertama saya, berkebutuhan khusus dan masih sangat membutuhkan assistance. Selain itu, ada juga ketakutan kalau anak kedua saya akan terinfeksi TORCH sehingga berkebutuhan khusus juga mengingat saya belum melakukan screening TORCH teranyar sebelum hamil.


Kembali ke pilihan saya untuk SC tanpa mencoba dulu untuk melahirkan secara vaginal. Sebenernya saya mah cuek orang mau bilang gimana juga. Tapi, kadang capek juga jawab-jawab pertanyaan, "Loh, kok nggak pengen nyoba vaginal sih mak Ubii?" Jadi, cerita aja deh sekalian di blogpost ini. Ntar kalau ada yang nanya lagi, blar, tinggal kasih link ini hahaha.

Friday, July 31, 2015

Ketika Aku Jadi Ibu Pengeluh...



Ketika aku jadi ibu pengeluh...

Aku capek karena Ubii masih sering rewel. Di Jakarta ini, rasa-rasanya Ubii makin sering rewel. Pola tidur makin kacau. Pola makan juga aneh (mau lahap kalau diajak makan di luar, emang nggak tekor?)

Aku kesal karena kalau rewel, Ubii pasti maunya digendong padahal hamilku sudah besar begini. Terserah mau bilang aku manja atau apa, tapi rasanya capek banget gendong-gendong di saat perutmu sudah buncit begini. Nggak apa-apa kalau digendong sebentar bisa diam. Lhah ini? Kadang sampai 1 jam full digendong saja masih nangis. Entah apa namanya, apakah nangis apakah rewel apakah tantrum apakah apa?!

Aku kecewa karena aku sudah capek-capek masak untuk Ubii tapi dia susah banget buka mulut atau malah melepeh makanan. Padahal aku setres memikirkan bagaimana supaya berat badannya naik karena pasca operasi berat nya turun dan saat ini dia sudah tergolong punya gizi buruk. Nanti kalau ketemu orang asing atau saudara, lalu mereka tanya, "Loh Ubii kecil ya, kok kurus, gimana makannya?" kan pasti ujung-ujungnya aku, si ibu, yang disalah-salahkan. Nanti dikira aku malas menyuapi. Nanti disangka aku nggak kasih dia makan. Karena, aduh, orang-orang itu mudah sekali yah menghakimi!

Monday, April 27, 2015

Berani Lebih Versi Grace Melia

Definisi keren berbeda-beda. Buat saya, manusia keren adalah mereka yang mengenali mimpinya, membuat target untuk mewujudkan mimpi, dan akhirnya meraih mimpi. 

Mimpi saya sejak dulu adalah menjadi wanita karir kantoran. Modis dengan blouse dan blazer. High heels pantang ketinggalan. Berani, mandiri, dan nggak peduli dengan pertanyaan, "Kerja terus, kapan kawin?" Duh, itu ideal banget. Dulu.

Target saya adalah sudah bekerja di perusahaan keren paling lambat saat saya 25 tahun. Saya kerja keras mencapai target itu. Di usia 22 tahun saya lulus dengan gelar Sarjana Sastra. Magna cumlaude. Sontak berbagai perusahaan berusaha menggaet. Mulai dari tawaran menjadi sekertaris di firma hukum, hotel, dan English trainer di perusahaan tambang. I was on the right track.

Hari kelulusan

Thursday, February 12, 2015

When Life Couldn't Get More Challenging

People say that God is the master planner of our lives. What do you think? People say that we can only do the best, but God does the rest. What do you say?

Here's what I think.

Starting from I-don't-remember-when-excatly, I and my hubby have been thinking and considering about cochlear implants for Ubii. You might want to read Ujian Bernama Implan Koklea for the complete story. Long story short, we finally went to Jakarta to do the checking whether or not Ubii can be the candidate for cochlear implants. We did the MRI, CT Scan, ASSR, BERA, Timpanometri, aided FFT, and unaided FFT. Wow, I guess they will deserve a separate blogpost! The process was exhausting, I can assure you that. In one day we had to go to some places for doing some agendas. Like when we had to do the MRI and CT Scan. It was done in the same day. We went to PGI Cikini at first to do the MRI. After it's done, we wanted to do the CT Scan. Too bad, their CT Scan was having some problems. Errrrrr. Because Ubii was still asleep (because of the sedative given to her), we thought about having the CT Scan done in other hospital. Finally, off we went to RSCM. The crowd, the tension, the pressure.... someone please shoot me in the head.

Long story short, Ubii CAN be the candidate for cochlear implant. Yeay! I really thank God that the results of her tests are positive. So we began to think about when we should sell our car. Whom to go to lend some cash, because the car wouldn't be enough to pay for the implants. And many more thoughts. At that time, we thought, "God, thanks for giving us this chance. Thanks for giving a good result so that Ubii can be the candidate."

Just before we really sell our car. We haven't even decided the price yet. We found out that...

Wednesday, December 31, 2014

Kilas Balik 2014 Grace Melia

Sumber

Sebentar lagi kita akan berpisah dengan tahun 2014. Otomatis saya langsung mengingat-ingat apa saja yang saya alami, rasakan, harapkan, dan capai di tahun 2014 ini. Banyak hal yang sudah terjadi, baik yang menyenangkan dan kurang menyenangkan. Baik pencapaian maupun kegagalan yang lantas membuat saya belajar dan mengevaluasi diri. Saya jadi ingin menulis kilas balik saya di 2014. Semua yang saya tuliskan ini adalah yang menurut saya membekas di hati. Ada yang nggak penting dan remeh banget, tapi tetap saya tulis karena buat saya pribadi, lucu aja saat diingat-ingat. :))

Saya bakal nulis apa-apa yang berkesan mulai dari blogging, menulis, Rumah Ramah Rubella, Ubii, dan keseharian nggak penting saya. Blogpost ini bakal panjang dan bakal banyak kenarsisan, kenorakan, kekatrokan, dan whatever you name it. Bakal banyak link menuju ke postingan blog saya di tahun 2014 yang akan saya selipkan di sini. Jadi... kalau kira-kira kamu malas liat mami-mami narsis, hehehe, sini puk-puk dulu. Ini postingan suka-suka. LOL!

Tuesday, December 30, 2014

Mami Ubii Sudah 25 Tahun


Puji Tuhan. Saya masih diizinkan bertambah usia. Kemarin saya genap berusia dua puluh lima tahun. Yeeeeyyyyy! :))

Rasa syukur saya menjadi dobel karena bisa merayakan pertambahan usia di Salatiga, di tengah kehangatan orangtua, adik, dan sahabat-sahabat saya semenjak SMA. Nggak ada perayaan mewah atau gimana sebetulnya. Tapi, tetap aja, rasanya senang bisa ada di rumah. Terima kasih, Tuhan..

Tuesday, September 2, 2014

Posting Hadiah Lomba, Pamer?

Beberapa minggu lalu, saya membaca sebuah kalimat.

Sesungguhnya postingan mensyukuri hadiah kompetisi dan pamer itu tipis bedanya.

Terus saya rada jlebh gitu. Hihihi. Abisnya, saya kan hobinya nge-share hal-hal berikut ini:
  1. Status yang menandakan saya seneng karena menang lomba.
  2. Foto hadiahnya kalau pas menang, tapi sekarang jarang banget. Hiks.
  3. Status penyelenggara lomba di mana ada nama saya sebagai salah satu pemenangnya.
  4. Blogpost yang menceritakan saya menang atau mejeng di media.
  5. Dan yang paling hobi belakangan ini... share foto penampakan buku saya, Letters to Aubrey, di toko-toko buku.
Haduh, jangan-jangan saya dianggap pamer, nih? Well, sebenarnya orang ingin berpikir apa tentang saya itu adalah hak mereka. Saya nggak punya kuasa untuk memaksa supaya orang lain menyukai atau positive thinking tentang saya. Tapi saya kepengen share tentang kebiasaan saya dan teman-teman lainnya yang punya kebiasaan yang sama dengan saya, ya.

Friday, March 7, 2014

Kasus Ade Sara: Reminder Tegas untuk Para Orangtua!

Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un..

Sebelumnya, saya ingin menghaturkan turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya untuk keluarga dari Ade Sara Angelina Suroto. Bagi yang belum tahu, Ade Sara meninggal dunia karena dibunuh oleh mantan pacarnya dan pacar barunya. Foto-foto Ade Sara berikut pembunuhnya juga silakan googling sendiri. Saya ndak sampai hati mau ngepost. I was too broken hearted reading the news..

What made me sad is the fact that the murderers are only 19 years old! Ya Tuhan.. mereka masih muda sekali. 19 tahun saya masih kuliah, ber-haha-hihi dengan teman-teman dan jajan cireng atau batagor sepulang kuliah. 19 tahun adalah usia produktif, bukan?! The second fact saddening me is that Ade Sara was the only child of her parents. Duh, nggak sanggup saya membayangkan perasaan ibunya. Semoga mereka kuat dan ikhlas. Amin.

Sebenarnya kasus pembunuhan Ade Sara ini bukan satu-satunya cerita tentang hal negatif yang dilakukan anak muda ya. Sebelumnya, ingat kah kita dengan kasus siswi dan siswa SMPN 4 Jakarta yang direkam teman-temannya saat saling mencium dan memegang alat kelamin? Kasus itu sempat heboh beberapa waktu yang lalu. Sebelum video di-banned, saya dan suami sempat menontonnya. Oh my dear God, hati kami mencelos miris. Kok bisa anak-anak SMP sudah tahu pegang-pegang area vital, atau yang biasanya disebut grepe-grepe, begitu? Saya menonton video itu malam-malam. Setelah nonton video amatir itu, saya dan suami iseng googling dan searching di YouTube dengan keyword "video porno mesum anak SMP". Bejibun munculnya! Saya anak SMP era 90-an. Memang mungkin saya tahu kissing dan grepe-grepe sebelum waktunya, saya akui itu. Tapi, nggak pas jaman SMP juga! SMP saya masih diwarnai dengan mengisi buku biodata untuk kemudian diedarkan ke seisi kelas, membangun menara dari kotak pensil supaya teman-teman nggak mencontek ulangan saya, dan kejar-kejaran main gobag sodor. Barusan saya iseng googling lagi, and guess what I found! Sebuah artikel berjudul 76 Persen Anak Kelas 4-6 SD di Jakarta Lihat Pornografi.

Sunday, February 23, 2014

Cinta Seorang Ayah

My father gave me the greatest gift anyone could give to another person. He believed in me. - Jim Valvano

Tadi siang saya nggak sengaja nonton acara gosip yang makin digosok makin sip sambil menyuapi Ubii. Hehehe. Maaf, khilaf. Pas sekali berita yang saya tonton adalah tentang Ayah Angelina Sondakh, Luki Sondakh, yang mengunjungi putrinya di tahanan. Tentu kita masih ingat dong mengapa Angie berakhir jadi pesakitan di bui. Yes, seperti masalah Indonesia yang sudah-sudah, ko-rup-si. Si Angie korupsi apa dan gimana, saya kurang tahu jelas sih. Memang jarang ngikutin berita. Hehehe. Tapi, yang tadi saya dengar di acara gosip, pokoknya Angie dihukum 12 tahun masa tahanan. Feel sorry for you, Angie. Okay, back to Angie's daddy. Biasa lah, kalau jenguk sanak keluarga yang artis, pasti ikut diwawancarai. Itu juga yang tadi saya tonton. Ayah Angie diwawancarai sama wartawan. Pertanyaan pastinya gimana, saya rada lupa. Yang jelas ya terkait dengan gimana perasaan Ayah Angie.

Dan, jawaban Ayah Angie, membuat hati saya mencelos. Terharu banget denger jawaban beliau. Mewek se-mewek-mewek-nya deh. Kurang lebih begini jawaban beliau:

Ya, mau jenguk anak saya. Pokoknya kewajiban saya sebagai Ayah ya terus mendampingi Angie dan tentu mendoakannya sesuai dengan iman Kristiani saya. Itu sudah kewajiban saya untuk terus ada di sampingnya.

Jedier. Jlebh sekali, bukan? Betapa berjiwa besar Ayah Angie itu. Beliau tetap segitu sayangnya sama Angie meanwhile, as we all know, what she did was terribly wrong. She took what wasn't hers to take and that was evil. Tapi Ayah Angie tetap menerima Angie, mendampinginya, menjenguknya, dan memperhatikannya sedemikian rupa. Kita juga tahu (dari acara gosip tentunya) kalau Angie berpindah keyakinan menjadi seorang mualaf. Benar, bahwa itu adalah hak asasi Angie. Tapi, tentu biasanya orang tua pasti merasa sedikit kecewa jika anaknya memutuskan untuk melakukan itu, kan? Banyak contoh teman saya yang berpindah keyakinan dan harus rela nggak dianggap bagian dari keluarga lagi karena orang tua mereka nggak bisa legowo. Sumpah! Ayah Angie ini keren bukan main, menurut saya. Ternyata bukan hanya kasih Ibu yang sepanjang jaman. Kasih Ayah pun juga tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Eh, itu lagu! Hahaha.

Nonton statement Ayah Angie tadi bikin saya teringat sama Papa saya. Papa saya kurang lebih begitu. Papa selalu menerima saya apa adanya, baik buruknya saya, salah benarnya saya, dan kurang lebihnya saya. Kasih Papa pada saya sangat amat terasa sekali (sampai harus ditekankan, hihihi) saat saya cerita ke Papa kalau saya berbadan dua. Saya ingat, saya cerita dengan takut-takut, was-was, dan mewek. Saat itu saya siap dengan segala kemungkinan terburuk. Saya rela kalau Papa membenci dan mengusir saya, because I let him down very much. 

Saya ingat saya bercerita ke Papa via YM karena saat itu saya sedang bekerja di Sangatta. Saya mengawali dengan bilang, "Pah, Grace mau cerita, tapi Papa jangan marah ya..." Bodoh sekali ya statement saya. 'Jangan marah ya?' Have you lost your mind? He had absolute right to be upset and piss me off! 

Jawaban Papa nggak akan pernah bisa saya lupakan selamanya. Jawaban Papa yang jadi obat galau saya. Saya jadi yakin saat itu bahwa saya nggak dan nggak akan melewati itu sendirian. Papa bilang sama saya,

Papah malah berterimakasih karena Grace mau cerita sama Papah dan ndak berbuat bodoh sendiri. Papah tu sering mikir buat apa to Papah hidup. Sekarang Papah jadi tau, itu buat nemeni Grace, buat support Grace kayak sekarang ini. Ndak usah malu. Biar aja orang bilang apa. Kalo kita ndak munafik, sebenernya kita tau hal kayak gini bisa terjadi ke sapa aja. Berdoa terus ya, sayangku. 

Sampai pada akhirnya saya cerita kalau pria itu berbeda keyakinan dan suku dengan saya, Papa pun nggak berhenti menyatakan dukungannya, tanpa menghakimi. Papa selalu menegaskan kita semua, entah itu agama A, suku B, ras C, dan bla-bla-bla lainnya, adalah SAMA di mata Tuhan.

Wis kamu tenang wae Grace. Tapi memang itu belum lazim di sini, jadi konsekuensinya kamu harus siap. Ndak boleh cengeng!

Finally when I decided to get married (after the effing bureaucracy), Papa pun tetap mendukung setelah menanyakan kemantapan hati saya.

Ndak ada kewajiban nikah kalo cuma karena kamu hamil. Papah ndak keberatan kalau kamu milih ndak nikah dan tinggal di rumah. Tapi kalo memang Grace mantap, yawis, Papah dukung. Kamu dah mantep?

So yeah, here I am, raising my girl in a relationship people call marriage. Am I happy right now? Yes, because I did the right thing. Is it difficult? Yes, because both I and my husband have this huge ego to conquer together. Will I keep trying to make it better? Yes, absolutely. Do I regret anything? No, because I know God's plans for me will always be perfect in His time.

Sebenarnya jauh sebelum peristiwa itu, Papa sudah selalu menunjukkan dukungannya. Termasuk saat saya membuat tato di beberapa bagian tubuh saya, memilih kuliah di luar kota, memilih teman dekat, dan semuanya. Papa selalu memberi kebebasan, dengan pesan untuk selalu berani mempertanggungjawabkan semuanya, dengan pesan bahwa apa yang saya lakukan itu dari hati (bukan sekedar ikut-ikutan).

Kalau ditanya apa arti Papa buat saya, maka Papa adalah role model saya. Lewat Papa saya banyak belajar nilai-nilai kebebasan yang bertanggung jawab, perbedaan yang harus dihargai, dan mewujudkan apa yang saya yakini benar walau itu ditentang pihak ini dan itu. Papa juga selalu membuat saya belajar untuk nggak membiarkan cibiran atau cemoohan orang mengecilkan saya. Biarkan orang mau bicara apa tentang kita, itu hak mereka. Why bother? Kita toh nggak mati dengan dimongin yang enggak-enggak kan. When everyone else looks down on me, it's my daddy, who always believes in me. He always sees what anyone can't see in me. And, I will be forever indebted to him for he has taught me to be I am that I am today.

Tuh kan, jadi mewek beneran deh saya. Hikshiks *kemudian bengek* Benar yah, tak hanya kasih seorang ibu yang sedalam samudra *tsaahh*

Apa ceritamu bersama Ayah/Bapak/Papa/Papi/Abah/Abi-mu? Sudahkah kita bilang I love you, dad hari ini? Saya sudah! ^^

Credit

Thursday, November 14, 2013

Suami Selingkuh, Wajar?



Hello again. Sebenarnya ini tulisan lama yang pernah dipublish di sini. Ternyata belum ditulis di blog, jadi boleh lah dipaste ke sini (padahal karena belakangan ini nggak ada ide). *Hiks*

Kali ini saya mau sedikit cerita tentang sesuatu yang sangat mengganjal #tsaah.
Jadi, begini … kemarin suami dapat tawaran 1-2 kaleng bir di rumah tetangga sebelah rumah yang sedang merayakan anniversary-nya yang ke-7 bersama istrinya. Itu sudah malam, mungkin pukul 12-an. Atas nama ‘rikuh’ dan nggak enak menolak ajakan (kami penghuni baru), maka suami menjawab ya. So, those guys (my husband & my neighbor) were finally having some beer. Sepertinya mereka cocok. Sama-sama pecinta fotografi dan sama-sama pecinta tato, kloplah sudah.
Di tengah-tengah obrolan mereka (yang nampaknya seru), si tetangga (sebut saja X)  tiba-tiba menerima telpon. Tapi, anehnya, dia ngumpet-ngumpet. Celingak-celinguk dulu baru terima telpon. Bicaranya pun bisik-bisik tetangga #lagunya Elvi Sukaesih jaman dulu LOL.  Suami saya diam saja. Tiba-tiba, X dengan santainya bilang, “Biasa, istri kedua.” :0

Obviously, my husband was shocked and didn’t know what to say or how to react. Itu bukan semacam obrolan ringan untuk basa-basi yang mudah untuk dijawab seperti “Tadi dari mana?” atau “Abis makan apa?” atau “Besok mau ngapain?”. Suami saya juga baru kali itu ngobrol dan spent time with X. Jelas, dia bingung … I can even guarantee that he put his ‘bloon’ face that nite :p LOL. Akhirnya, suami basa-basi juga sambil bilang, “Dia tahu kalo Mas X sudah nikah?”

Mas X menjawab dengan jumawa, “Ya, tahulah! Peraturan pertama orang selingkuh, dia harus tahu kalau kita sudah berkeluarga jadi dia nggak macem-macem dan berhati-hati.” #facepalm. Dalam hati saya doa supaya jawabannya yang sebelas-duabelas seperti ngajarin itu tidak dicontoh suami saya … #AMIN berjamaah.

Malam itu kami menghabiskan malam dengan terheran-heran kenapa Mas X bisa punya istri kedua. Istrinya (untuk ukuran perempuan yang sudah punya anak) CANTIK! Anaknya lucuuuu banget. Mereka kaya. Rumahnya merupakan salah satu rumah paling asri dan keren di perumahan kami. Mereka keliatan akur dan mesra. Mereka saling bilang ‘I LOVE YOU‘ di Twitter (saya dan suami malah jadi kepo sama akun mereka :D) How can he possibly cheat on his wife? He seems to have an almost perfect life. Pretty wife and daughter, cool job, nice house, and some expensive cars. HOW COME?

Bukannya saya nggak pernah liat orang selingkuh sebelumnya. Saya, toh, juga pernah selingkuh-selingkuh iseng. Tapi, itu semua sebelum menikah. If we’re already married, how can we dare to break the commitment, break not only our spouse’s heart, but also spouse’s family? Really, that’s something which is very very out of my mind. Apalagi Mas X bilang bahwa dia punya istri kedua dengan sangat-sangat santai seolah itu bukan hal tabu/dosa/salah/memalukan.

Sekarang, saya jadi mikir, apa betul kebanyakan pria (baca: suami) berpendapat bahwa punya istri lebih dari satu itu biasa? Atau, apa saya yang di sini terlalu naif masih percaya bahwa makhluk bernama suami itu PASTI bakal setia kayak Noah di The Notebook, Henry di 50 First Dates, atau Leo di The Vow? Apa ini berarti saya harus mulai lebih mempercantik diri, mengurangi ngemil supaya nggak tambah gendut, belajar masak, dan lain-lain untuk mencegah suami saya mengikuti jejak Mas X? Apa yang sebenarnya benar-benar bisa bikin suami bersyukur? Kehidupan yang nampak nyaris sempurna seperti Mas X, kok, masih bisa bikin dia selingkuh? Apa segitunya menurunnya kualitas pria (baca: suami) zaman sekarang sampai-sampai bisa membuat saya (atau mungkin perempuan-perempuan lain) jadi parno nggak jelas?

Ah...

Friday, October 4, 2013

Daftar 10 Hal Bahagiaku, Apa Punyamu?




"... Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah." - Dee Lestari, "Rimba Amniotik", Madre, 75


Sebuah kalimat yang amat sederhana, tapi sangat mengena buat saya. Saya setuju bahwa hidup memang tidak selalu mudah (bahkan sering sukar, ya?), tapi entah kenapa saya selalu menemukan keindahannya jika cukup jeli mencari dan mensyukuri. Besides, if life were easy, what's the point of living anyway? ;)

Malam ini saya menghabiskan waktu sendirian dengan me time yang amat nikmat. Pukul tujuh malam berangkat dari rumah, ke toko buku yang sedang mengadakan pesta buku murah, menemukan buku-buku yang saya sukai dengan harga miring, lalu ngopi-ngopi sejenak di coffee shop baru tak jauh dari rumah, dan akhirnya kembali ke rumah pukul sebelas malam. Ah, nikmatnya. It's been a while since the last time I spent quality time with myself, alone. Sudah lama lupa rasanya ngopi-ngopi duduk santai di pojok coffee shop sambil membaca. Sudah hampir lupa sejuknya bermotor malam-malam saat kendaraan tak lagi lalu lalang. What an amazing night, indeed!

Sampai di rumah, tiba-tiba saja terpikir bahwa ada begitu banyak hal yang bisa saya syukuri dalam hidup saya. Buat saya, hal-hal yang layak disyukuri tak melulu harus hal besar. Hal-hal remeh pun bisa membuat hati sejuk dan rasanya ingin teriak, "GOD, MY LIFE'S PRETTY AMAZING! THANKS A LOT!!!" Tiba-tiba juga jadi ingin membuat daftar tentang 10 hal yang membuat saya bahagia dan bersyukur.

Ini ke-10 hal tersebut:

  1. Suami yang pengertian; yang selalu mengijinkan saya untuk menghabiskan waktu sendirian. Suami yang tidak hidup dalam dunia patriarki sehingga ia tidak mewajibkan saya untuk bisa memasak. Ia pun sama sekali tak keberatan mengerjakan pekerjaan wanita (baca: rumah tangga).
  2. Anak yang luar biasa; yang mengajarkan pada saya untuk menjadi lebih sabar, lebih legowo, lebih ikhlas, dan lebih bersyukur. Ubii adalah guru terbesar dan terhebat saya so far.
  3. Netbook pink kesayangan yang walapun sudah uzur dan lumayan lemot tapi masih bisa menemani saat-saat menulis dan jalan-jalan di dunia maya.
  4. Keluarga, sahabat SMA, sahabat kuliah, sahabat di komunitas New Mom, teman-teman di komunitas Dunia Tak Lagi Sunyi, dan emak-emak di KEB yang selalu membantu, memberi support, dan mendoakan Ubii.
  5. Proyek bikin headbands di Potato-po Baby yang bisa menemani saat-saat me time dini hari.
  6. Customers yang walau belum banyak tapi selalu kembali untuk membeli atau sekedar menyapa.
  7. Jagung bakar Wirobrajan yang enaknya selalu bikin ketagihan dan lupa semua rasa sebal dan capai.
  8. Donat J-Co dan Thai Green Tea di Ambarrukmo Plaza yang selalu berhasil jadi mood booster.
  9. Hello Kitty stuff yang selalu bikin tersenyum centil.
  10. Mbak Yam, PRT pocokan yang datang dua kali dalam seminggu untuk membantu meringankan beban beberes rumah (karena saya sudah kapok memakai jasa PRT yang menginap).

Wah, ternyata saya tidak punya sedikit pun alasan untuk menggerutu dan merasa Tuhan tidak adil.


Ini daftar 10 hal bahagiaku, apa 10 hal punyamu? :)

Wednesday, September 25, 2013

Orangtua Tegas: Yay or Nay?



 
Hola!
Lama sekali saya nggak mengisi blog pribadi ini karena sekarang setiap selo lebih prefer untuk mengisi blog Letters to Aubrey with Rubella. Kangen juga rasanya pada blog ini karena blog ini sudah menemani saya sejak saya masih kuliah. It's been years ago.

Kali ini saya ingin sekali berbincang sedikit tentang dunia parenting. Saya masih baru menjadi ibu. Saya masih butuh banyak belajar, banyak membaca, dan banyak 'mencuri' ilmu dari teman-teman lainnya yang sudah lebih berpengalaman. Itu, saya sadar betul.

Belakangan ini saya sedikit terusik dengan komentar-komentar "Kok kamu tega banget sama Ubii?" atau "Sama anak sendiri kok tega ya, aku sih nggak mungkin bisa tega kayak kamu" dan lain-lain.

Wednesday, March 20, 2013

Here Goes Some Random Thoughts Tonight

Whoa. It's been a while. I didn't really have enough time to write anything lately because this guy I'm living with got his surgery and had to stay in bed for days, or weeks (?) One line popping up in my head recently is 'I MISS BEING ME'

Totally.

Dulu: Argh. That girl is a real biatch. I hate her. *went to Facebook or Twitter* *post or tweet "Bitch, ngaca dongggggg, rot in hell, fuck you"*

Now: Argh. That mother judges the way I'm raising my daughter while all she can do is cheap talk? *went to Facebook or Twitter* *post or tweet "Ndeso banget to koe mbak! Look at yourself before judging me & stop showing off!* *.........................* *delete it* (Yeah, lame).

Dulu: Berantem sama pacar, jealous nggak jelas. *went to Facebook or Twitter* *post or tweet lirik-lirik lagu mellow atau sinis yang bisa bikin pihak lain ngerasa kesindir* *puas*

Now: Berantem sama suami because I was born as a natural neat freak while he's NOT. *went to Facebook or Twiter* *post or tweet "Heran ya kembaliin barang di tempatnya aja nggak bisa, bisanya apa sih selain baca komik & foto-foto?"* *..............................* *delete it*

Dulu: Kuliah, ngopi-ngopi, mejeng di mall, nonton, belanja-belenji, cari makan, and so on and so forth outfitnya celana pendek & kaos (nggak ketat-ketat banget ah, tapi nggak gombor juga because I'm well aware I'm not that tall & slim *I was about to use the word 'kuntet', but SERIOUSLY? Kejelekan, Ges, kejelekan*. 

Now: Oh God knows how much I want to use short pants everywhere. Don't you guys think kalo celana pendek iyu sangat amat nyaman dan pewe dan bisa bikin kamu leluasa bergerak? But.. it came to my surprise that there are some people who feel irritated seeing me wearing short pants. Some said because now I'm a mom *so what?*. Some said that it's not appropriate *oh, come again?*. Others said yang namanya istri harus menjaga tubuhnya supaya hanya dilihat suami *padahal Adit sama sekali nggak masalah dengan my wearing short pants, NAH*.

Dulu: "Yeah, right, we can't please everyone. Haters are there to hate you, so why bother? The most important thing is make yourself happy & content. Fuck what others say. Mereka kan nggak kasi makan kamu, ngapain dipikirin?"

Now: Sebenernya kurang lebih masih sama kayak dulu, I mean the way I think. Tapi, rasa-rasanya sekarang 'dipaksa' buat lebih mikirin orang lain. Lebih mengorbankan perasaan dan kemauan sendiri juga, yang dalam konteks ini berarti berpikir 'Ah yaudah deh aku ngalah kali ini, nggak kumasukin hati deh, aku pake celana panjang deh, dan bla-bla-bla lain karena kan aku harus jaga perasaan dia, dia kan cuma pengen yang terbaik buat aku, aku kan harus belajar sabar juga, kan nothing to lose, dan ble-ble-ble lainnya. (Yeah, I know this part is a mess, whatever).

I know I'm so random right now. Who the H cares?

If you guys think that marriage is merely about loving each other, getting pregnant, giving birth, raising kids, feeding them, educating them, working your ass off to afford a decent living, you're deadly wrong, ladies & gentlemen. I used to think that it was as simple as that. I thought like "Oh, c'mmon, how difficult can it be? I used to win & this time I surely will." But something slapped me harshly and made me realize that I, too, was wrong. It's not that piece of cake. *Ya siapa juga yang bilang itu gampang?!*

I know that I haven't even been married for 2 years, but in less than 2 years, I've learned that I'm not really who I used to be. Jangan salah sangka dulu yak mas-mas dan mbak-mbak yang hobi ngejudge. *YEAH, YOU!* Bukannya nggak mau berubah lebih baik. Ada kok hal-hal yang jadi lebih baik sekarang, which isn't my focus here. Tapiih, banyak juga yang berubah. Yang belakangan ini paling kerasa adalah tentang ngepost apa yang aku pikirkan di sosial media dan cara berpakaian. Beneran ya kalo dulu itu mau ngemeng apa aja tinggal tulis. Sekarang? Err. Harus mikirin tante ini om itu bibi A paman B dan seterusnya. Mikir banyak kali 'Duh nanti apa yang aku tulis nyinggung perasaannya nggak ya? Duh nanti apa yang aku tulis dianggap nggak sopan dan kurang ajar nggak ya?" dan pikiran-pikiran lain sebangsanya. Sama halnya dengan cara berpakaian kalau mau bepergian. Dulu tinggal celana pendekan. Sekarang kalau mau pake celana pendek adalah wajib hukumnya untuk mikir 'Duh nanti dia mikir aku terlalu terbuka nggak ya? Nanti dia ngerasa aku vulgar nggak ya? Nanti dia bilang aku kurang sopan nggak ya?" dan sebagainya. Tentang yang pertama tadi, what you write in social media, I understand that it is good to consider what others might feel about what you write. But, (you might think it's a justification, go ahead) kalau pada dasarnya kamu adalah orang yang vokal, blak-blakan, terbuka, dan lantang menyerukan apa yang ada di pikiranmu, hal itu bakal sangat amat menyiksa. Really! And I do feel that. It sucks. Sometimes we just miss being ourselves, right? Paling males harus mikir 1000 kali sebelum ngepost sesuatu. Padahal rasanya pengen curhat dan muntah uneg-uneg saat itu juga. Tapi yah itu tadi, karena harus mikir 1000 kali, jadi melempem mau curhatnya. Pasti pada mikir 'ya curhat lah sana sama temen.' Hey, lakuin itu nggak segampang ngemengnya! Mau curhat jalan sama sahabat, kapaaannnn? Emang bisa gitu keluar sewaktu-waktu? Terus apa kabar anak yang harus disuapin, diterapiin, ditidurin? Apa kabar piring-piring yang belum dicuci? Apa kabar kerjaan materi yang deadlinenya mepet? Curhat di BBM? Kalau pengen curhat saat itu juga, belum tentu yang dicurhatin lagi free. Nunggu dari 'D' jadi 'R' malah bikin tambah bete. Curhat di SMS? Boros. See? Jadi ya itulah kenapa jadi pengen random ngepost or ngetweet isi hati. Sometimes yang dibutuhkan ibu-ibu yang seharian udah cape itu cuma nulis atau sukur-sukur ngomong random apa yang dirasain *at least for me*

Jadii, kalau ada dari kamu kamu kamu yang mikir "Yaelah jadi ibu rumah tangga doank, kerja di rumah doank, susahnya apa sih?", kalau belum pernah ngerasain, diem aja. *IYA, MINGKEM AJAA!*

Then, this you-should-wear-appropriate-outfit issue. Ah. Dari awal juga emang udah beda kan cara kita menerjemahkan kata 'appropriate'? Sekarang harus mikir perasaan, pikiran, dan pandangan orang lain tentang apa yang dipakai itu... susah. Why? Here goes some reasons. First, I do what believe is right and I fail to understand why short pants are seen crap. Second, my parents allow me to wear anything. That makes me grow up believing the idea of 'okay i can wear whatever I wanna wear.' Third, as stated before, short pants are comfy as hell. Fourth, bahkan kalau mama agak keberatan aku mau pakai celana pendek, aku tetep nekat dan finally beliau oke-oke aja. Fifth, my husband doesn't mind it. Those 5 reasons actually have given me more than enough justification to wear short pants. But, yeah, I know things change, right? 

Oh. Ada lagi.

Ternyata mengambil jalan tengah dari banyak pendapat yang berasal dari dua kepala itu lumayan susah ya. I used to be the decision maker. I choose what's best for me. Now I have to consider other's opinion, too (in this case my husband's). It still feels weird to do his decision or plan *Honey, I'm sorry to write this, I'm just being honest*. My husband always says that I'm so full of myself. I guess he's right. HAHA. Then I began to wonder of how many years it'll take to unite my thoughts and his. Just a random thought, that one. Oh, not to mention that shocked feeling when I found out any weird, stupid, annoying, or irritating habit of my husband. Sometimes one small thing can make us argue a whole night. Shame. But so far the most irritating part is when he doesn't fulfill his promises and he doesn't put things where they should be. When the mood is light and happy, it feels fun. But anyway, maybe some of you think "Salah siapa kawin gak pake pacaran. Tau rasa kan sekarang."

Here's my answer, "KALO PACARAN MALAH KAMI GA BAKAL KAWIN. YAKIN. LAGIAN SITU PACARAN LAMA BATAL KAWIN JUGA KAN?"

What a relieve. Lumayan banget malam ini bisa nulis random things kayak gini. HAHA.

Marriage is fun, guys. It's not that scary as you probably think.
But, when it comes to moments when you have to count other family members' opinion or consideration for what you do, say, or wear,
it.. S****.


INDONESIA BLOGGER

Saturday, January 26, 2013

What Marriage Means to Me So Far

On a one night the other day, I was thinking about what #marriage means or is about for me. So, yeah, as usual, I wanted to write those ideas down, or that night, tweeted them. It's compiled from my tweets the other day. Here they are:


  1. #marriage is having a partner to discuss your finance w/out feeling belittled & get stressful/satisfied together afterwards.
  2. #marriage is a freedom to fart & burp as loud as you can and then be disgusted together afterwards.
  3. #marriage is eating pete together, having a yucky & smelly good-n8 kiss, & wanting to puke in the morning because your bathroom smells awful.
  4. #marriage is trying to look happy & cheerful when welcoming your spouse from his/her work although you're exhausted as hell.
  5. #marriage is cursing each other when you 2 are mad w/out being afraid that he/she'll leave you cause you 2 know it's the devil who cursed.
  6. #marriage is hugging your spouse from the back & saying sorry when you finally realize that you're the one making the situation worse.
  7. #marriage is when you try your best to make up before going to bed because you two believe that you shouldn't sleep being grumpy & upset.
  8. #marriage is when you clean the house & wash the dishes & clothes while your spouse's feeding & lullabying your baby.
  9. #marriage is having a chit-chat for at least 15min at n8 before bed time although you're totally worn out by the work and stuff that day.
  10. #marriage is having someone to be your eternal partner to do stupid things forever, for the rest of your life.
  11. #marriage is giving your lover advices & criticisms about the smallest detail of his/her lack because it's only you who see it everyday.
  12. #marriage is having nicknames for each other, moves, songs, & codes that only both of you know.
  13. #marriage is a freedom to request any kinds of sex style w/out being afraid of being judged as kinky, weird, conservative, lame, or boring.
  14. #marriage is when your spouse can always turn you on even when you feel tired & don't feel like wanting any intercourse that time.
  15. #marriage is together raising your kid, discussing what's best, & not blaming each other of any flaws/mistakes/uniqueness your kid has.
  16. #marriage is being on your spouse's back when everyone blames or judges him/her because of what he/she was/said/looked/behaved.
  17. #marriage is doing any crimes together when both of you are tired of the routines, work, and stuff and keeping it as a secret from the other
  18. #marriage is being a fashion-police together when you two are in crowd & you're free to use any dictions to describe others' looks.
  19. #marriage is when a snack & DVD time feels so luxurious after getting the chores finished.
  20. #marriage is doing something you don't really like although reluctantly 'cause you know it can entertain your spouse.
  21. #marriage is having a conversation & jokes & scrubbing each other's back when you two are taking a bath together.
  22. #marriage is giving kisses when you leave the house, go home, go to bed, & wake up & you feel sth's missing when you forget that.
  23. #marriage is being fatter together. Huhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhu!!!
  24. #marriage is taking notes of the money you spent for that day at night before you two go to bed.
  25. #marriage is supporting your spouse & making him/her assured that he/she can be a much greater & better person.

This is the guy I'm falling for.

We're a great partner doing silly things


The Suryaputra's

Who can stay mad at this moron face?!
Another stupidity



Friday, September 7, 2012

A Mother, A Thinker, A Planner: ME

Today is Friday. Common people usually say "Thanks God It's Friday!" But I started today with negative feelings, or thoughts. Whatever. Jadi, semalam Ubii rewel. Jam tiga atau jam lima yah tepatnya, lupa! Padahal sudah dua atau tiga hari sebelumnya Ubii jadi a very nice baby girl. Tidur awal (so I can rest earlier), gak kebangun untuk minta digendong, kebangun cuma untuk nenen, bangun pagi jadi aku sempet jemur dia, mandiin dia on time, dan ngantor pun jadi ga harus buru-buru. Semalam, haduh! Balik lagi rewel kaya dulu. I was upset and disappointed. Jadi pas dia rewel, aku goncang-goncang badannya sambil rada sebel, berusaha nenangin dia sekenanya. Entah aku yang goncangin badannya terlalu keras apa karena dia ngantuk or whatever, dia jadi batuk-batuk kaya tersedak gitu. And, it broke my heart. But, I really couldn't help myself to be calm and patient last nite. Shame. 

Karena dia rewel dan stay awoke until 5, bangunnya jadi lebih siang dari biasanya. Ubii just woke up at 9. Itu pun karena aku bangunin, aku gelitikin dan cium-ciumin. Jadi siap-siap ngantor pun buru-buru dan as usual, I was late. On the way to the office, many thoughts popped out on my mind. Things like "kok Ubii rewel lagi setelah beberapa hari nice", "duh telat lagi", "harusnya aku bangun lebih pagi jadi gak telat", "apa bayi tu emang gini ya?" Sampai di kantor, masih aja kepikiran sama hal-hal itu. My heart was beating extra fast. I took my notebook and wrote what happened this morning. I also create my new schedule. Yeah, another schedule because the previous schedules failed successfully. What a paradox, right? They fail but successfully. Okay, so back to my writing a new schedule. I made it like:
  • wake up at 6 (A MUST)
  • pump, take a bath, sweep and mop the floor at around 6-7.30
  • take Ubii to sunbathe at 7.30-8
  • take Ubii to take a bath at 8-8.30
  • get dress and be ready to work at 8.30
It HAS TO work! Harus! I didn't make another schedule to fail, yeah, again. Now, I changed the subject to me, not to Ubii. If Ubii can't be on time (of course!), then I have to be. 
After making another new schedule, some insights came to me. Tiba-tiba tersadarkan dan bertanya-tanya, "ya ampun ibu macam apa aku ini yang mengharuskan Ubii on time and gak rewel?" For goodnes sake, she's still 3mos old! Bodohnya aku jadi seorang ibu yang mengeset waktu anaknya untuk kapan dia boleh dan dimaklumi ketike rewel. Bayi ya wajar lah kalo rewel! So, now I force myself to think that kalo Ubii ga rewel ya disyukuri, tapi kalo dia rewel ya harus dimaklumi because it's a VERY normal thing for babies. Sebenernya kalo mau dirunut lagi, banyak kasus di mana aku nya yang kurang on time tapi aku pakai alasan "karena Ubii masih pengen ngempeng". Then why the hell am I hiring a servant? Titipin aja bentar buat di-ASIP-in, toh aku punya sekulkas penuh ASIP trus aku bisa mandi bentar dan walla, we're back in track! :) :) 

I did get another deeper insight, which is, oh ternyata aku sudah mulai jadi seorang ibu yang berkspektasi ketinggian, pada anakku, pada pembantu rumah tanggaku, pada rutinitas anakku dan rutinitasku sendiri, pada kesiapsiagaan suami, dan mungkin masih banyak lagi. I feel bad for that. To be honest, I'm still questioning on kenapa tidak ada hal yang sempurna? Can I create my own perfection? Or, may I?
Being a mother is difficult, I must say. Way moreee difficult than any other super difficult things in the world, in my world. 

If nothing's perfect and nobody's perfect, does it mean that there will never be perfect mom and motherhood? Am I not allowed to be one with a perfect mommyhood? I've been through a lot, there's no reason why I can't be a good mom and planner of our lives. It'll not be like a duck soup, I'm so gonna be persnickety and fussy, but hey! 

Hot mommy will rock on the show! :):)