Thursday, January 19, 2017

Pernikahan Tidak Semudah Bilang "I Do"


Pernikahan Tidak Semudah Bilang "I Do". Ini ceritanya saya sedang random banget. Sering sih saya random begini. Tiba-tiba kepikiran sesuatu, tiba-tiba keinget sesuatu padahal udah lama lewat. Ada yang kayak saya juga, nggak? Beberapa hari ini, saya randomly kepikiran tentang pernikahan. Bukan cuman pernikahan saya aja, tapi pernikahan orang-orang.


Selain dicurhatin tentang pengasuhan anak berkebutuhan khusus dan kehamilan dengan riwayat TORCH, saya lumayan sering dapet curhat tentang pernikahan. Saya sama sekali bukan pakar atau psikolog. Tapi kata orang saya curhatable *halah*. Kadang, dicurhatin itu nggak enak. Apalagi kalau yang curhat nggak sabar dibales dan ngechat melulu jadinya. But, the good thing is, kadang pengalaman orang lain bisa jadi pembelajaran buat saya.

Kalau saya inget-inget, kayaknya saya mulai dicurhatin tentang pernikahan itu setelah saya cerita di blog tentang pengalaman saya dan Adit ikut hipnoterapi pasutri karena dulu kami rutin berantem. Kalau Ubii rutin minum obat. Orangtua nya rutin nya berantem. Huuu.


Dari situ mulai ada yang curhat bahwa dia dan suaminya sama-sama capek berantem juga, etc. Itu masih 'remeh' sih ya. Tapi ada juga yang cerita sesuatu yang lebih serius seperti suaminya ketauan chatting mesra dengan perempuan lain, suaminya selingkuh, frekuensi pemenuhan kebutuhan biologis yang berkurang drastis setelah punya anak, dan lain-lain.

Kadang saya serba salah kalau dicurhatin hal yang serius. Mau kasih solusi, rasanya bukan porsi saya banget, apalagi saya juga bukan psikolog atau konselor pernikahan atau apa. Mau komentar, takut salah ucap, takut tanpa sengaja nyakitin perasaan yang curhat. Mau ngediemin, jelas nggak sampai hati. Akhirnya saya assume bahwa mereka 'hanya' butuh seseorang untuk mendengarkan (membaca sih lebih tepatnya karena curhatnya lewat chat aja, nggak nelepon). Jadi komen-komen pun, saya usahakan senetral mungkin. Kalau mereka memang nanya, "Menurut Mba Gesi gimana ya?" baru akhirnya saya berani ngasih komentar yang rada solutif, tapi masih tetep hati-hati banget.

Benang merah dari semua curhatan itu adalah ... saya jadi mikir bahwa menjaga pernikahan itu nggak mudah. Menikah doang foto pre-wed lalu pesta-pesta nya sih cling gampang. Beradaptasi sama kekurangan pasangan, embrace pasangan punya kekurangan ini ini ini, memaafkan kesalahan pasangan, dan berdamai dengan fakta bahwa pasangan pernah sangat menyakiti hati kita itu yang nggak mudah. Sama sekali nggak mudah.


Menjaga pernikahan mungkin nggak secomplicated dan senjlimet itu untuk banyak pasangan suami istri lain. BANYAK JUGA KOK PASANGAN YANG BAHAGIA SETELAH MENIKAH. Mereka-mereka yang memang udah pacaran lama banget sehingga nggak kaget lagi melihat kekurangan pasangan, mereka-mereka yang memang punya prinsip kuat dan dari awal ngeset the do's and don'ts in marriage mungkin lebih mudah untuk bahagia. But, I don't know. Saya juga nggak ngerti parameter nya gimana.

Buat saya dan Adit sih susah banget. 

Butuh kerja keras, air mata, waktu, dan darah untuk menjadi bahagia dalam pernikahan. Yang darah itu becanda ya, jangan serius-serius amat bacanya. LOL.

Hal yang paling sering saya ceritain (karena yang satu ini bukan aib or something confidential) yang bikin kami gampang berantem adalah karena kami beda banget. Saya alpha banget sehingga cenderung mikir Adit kok nggak cakcek. Meanwhile Adit yang memang woles jadi suka nganggep saya diktator. 


But besides that different personality thingy, sebenernya masih ada lumayan banyak situasi yang sangat nggak ideal buat saya dan Adit dan bikin kami sering sekali berantem. Kalau bicara sakit hati, Adit pernah banget menghancurkan hati saya. Sebaliknya, saya juga pernah sangat menyakiti Adit sampai Adit nggak mau ngomong sama saya berhari-hari. Lalu kami main block number dan main unshare di Path. Cabe-cabean banget ealah bos! HAHAHA.


Situasi-situasi itu nggak bisa dan nggak bakal saya jembreng di sini. Pemirsa kecewa.

The bottom line is ... we're not as happy as you thought. 

Mungkin ada yang mikir sekarang saya ngibul karena kok saya dan Adit keliatannya selalu baik-baik aja. Atau, kok status media sosial saya dan Adit nggak pernah keliatan kayak lagi ada masalah berdua. 

YA NGAPAIN JUGA KAMI HARUS BIKIN STATUS SALING NYINDIR KAN?

LOL.

Level galau di sosmed kami itu paling ngeshare quotes atau lirik lagu menye-menye yang bikin baper. Udah. Karena kadang nggak tahan juga pengin mengungkapkan kegalauan. But that's it. Bikin status yang kentara, untuk apa? Kasihan, nanti Adit bisa malu. Saya sendiri juga pasti ikut malu juga akhirnya. Apalagi saya temenan sama bos Adit di sosmed. HAHAHA.

*salim Mba Dewi*

Intinya membongkar borok pasangan di sosmed is a nay for me and Adit.

(Ini kayaknya udah aroma tulisan ini bakal kepanjangan, maaf ya, masih mau lanjut?)

Now I am happy and I know Adit is too.

Yang kemarin-kemarin itu, yang bikin kami sedih, sudah kami lewati. Alasannya cuman satu. Kami masih pengin bertahan.

Baca: Falling In Love With You A Thousand More Times!

Jadi ayo coba lagi. Sama-sama saling ngasih tahu kami maunya digimanain kalau kami lagi kesel. Saling ngasih tahu hal-hal kecil apa yang bisa bikin kami meleleh. Dulu kami mengutuk kenapa banyak hal yang nggak ideal di hidup kami. Sekarang nggak lagi. Alih-alih merutuki itu, kami sudah embrace that fact. Sekarang diketawain doang, lalu cari solusi bareng.

Dan yang terpenting adalah memaafkan bahwa dulu kami pernah saling menyakiti. Ini nggak gampang karena pasti ada pertanyaan, "Kok kamu tega padahal aku udah bla-bla-bla begini." But it takes two to tango. Adit broke my heart pasti ada andil saya juga, entah karena saya nggak cukup mendengarkan, nggak cukup mengapresiasi, endebrew-endebrew. And vice versa.

Tentang memaafkan kesalahan pasangan yang cukup serius biar bisa lanjut bertahan dalam pernikahan, itu bener-bener tergantung prinsip masing-masing. 

Ada omongan orang-orang tua begini:

"Asal bojomu nggak main tangan dan main wanita lain, terima aja. Tapi kalau sudah main tangan dan ada orang ketiga, ya jangan dimaafkan"

atau

"Namanya orang selingkuh, pasti nggak akan cuma sekali. Jadi percuma dimaafkan."

Tapi saya nggak setuju sih. 

Saya percaya nya:

"Asal dua-duanya masih mau mempertahankan dan mau berusaha (I mean like really really try with super duper real effort), pernikahan layak dan bisa dipertahankan untuk tujuan akhir berbahagia."

Tapi dua-duanya beneran lho. Both husband and wife. Ini bener-bener saya garisbawah banget.

DUA-DUANYA!

Buktinya ada sih. Beberapa teman yang curhat sama saya yang saya singgung di atas itu tadi loh. Mereka memutuskan untuk bertahan dan mencoba dan ... bisa. Suer ini nggak bohong and I'm happy for you, my friends!

Ini misalnya kita sebut Surti dan Tejo ya.

*Gesi anak Jamrud*

Awalnya ...

Surti selingkuh.
Surti mengaku pada Tejo kalau dia abis selingkuh, minta maaf, menyatakan rasa bersalahnya banget dan bilang that she will do anything to make up for her mistake.
Tejo sakit hati, which is very very understandable.
Tejo jadi ngungkit-ngungkit salahnya Surti itu terus.

Tejo ngungkit-ngungkit terus sambil marah, kadang di depan anak nya --> wajar. Siapa juga coba yang bisa melupakan dan memaafkan tipe kesalahan seperti itu dengan instan. Emangnya indomie.


Surti kesel karena Tejo ngungkit perselingkuhan nya terus sambil marah, pakai kata-kata kasar, dan di depan anak nya --> wajar. Ya Surti memang salah. Setuju, Surti salah. Tapi pakai kata kasar marah-marah bahas selingkuh thing di depan anak-anak itu tidak tepat. And, from my point of view, dengan Surti mengaku duluan (bukan ketahuan ya, tapi mengaku) bahwa dia selingkuh, itu udah menunjukkan Surti sangat menyesal dan emang mau menebus salahnya. Nggak semua pelaku perselingkuhan punya cukup keberanian untuk mengakui.

Ngomongnya masih mau ngusahain pernikahan, tapi kalau begitu terus, nggak akan kelar. Lalu Surti dan Tejo ngobrol dari hati ke hati berdua. Meyakinkan satu sama lain bahwa mereka tuh sebenernya masih mau mempertahankan pernikahan. 

Sehingga disepakati ...

Tejo berusaha ngerem banget saat mulutnya mau ngungkit selingkuhnya Surti.
Surti berusaha memaklumi kalau ada saat-saat Tejo kelepasan ngungkit karena cheating is indeed a huge deal.
Tejo berusaha jadi suami yang lebih caring supaya Surti nggak lagi merasa perlu cari kebahagiaan dari laki-laki lain.
Surti berusaha jadi istri yang lebih baik untuk menujukkan betapa dia menyesal dan dia mau menebus kesalahannya.

Lama-lama ...

Mereka sudah nggak pernah bahas perselingkuhan Surti lagi. Things start going back to normal. Selingkuhnya Surti jadi masa lalu yang ngasih mereka kesadaran dan pelajaran bahwa mereka perlu sama-sama berusaha untuk membahagiakan satu sama lain.

Dan saya kalau lihat foto mereka sekarang di sosmed tuh yang oh God, ikut seneng banget.

Banyak hal yang kurang ideal yang bisa dijadikan alasan kenapa pernikahan kok nggak bikin happy. 
  • Nggak punya duit. 
  • Suami kelamaan nganggur padahal udah kirim CV ke sana-sini.
  • Suami kelamaan nganggur sehingga akhirnya malas cari kerja.
  • Jabatan atau income istri lebih tinggi sehingga suami ngerasa kalah dan minder.
  • Orangtua/mertua terlalu suka ikut campur.
  • Suami/istri/anak ada yang sakit dalam jangka waktu panjang sehingga takes extra cost and energy.
  • Nggak punya kendaraan padahal ngerasa kalau butuh kendaraan banget.
  • Suami terlalu sibuk sama kerjaan dan nggak pernah mau tahu keadaan istri, anak, dan rumah.
  • Suami nggak mau ikut bantuin ngasuh anak.
  • Istri dari keluarga kaya sehingga susah menyesuaikan gaya hidup pernikahan yang dimulai dari enol.
  • Anak kalau tidur malem banget dan pakai acara rewel dulu padahal udah sama-sama capek kerja.
  • Banyak hutang.
  • Tetangga sebelah suka mabuk sambil setel musik kenceng-kenceng sampai gengges.
  • Istri pengin kembali kerja tapi nggak nemu-nemu baby sitter yang cocok.
  • Daycare kejauhan.
  • ART nggak balik setelah mudik Lebaran (masalah abadi ini mah ya). 
  • Beda pilihan cagub. LOL becanda sis.
  • Istri udah nggak kepengin nambah anak karena sudah 4 tapi suami pengin banget punya anak cowok dulu.
  • Belum dikasih keturunan.
  • Kantor suami jauh banget jadi sampai di rumah udah malam banget sehingga nggak ada waktu untuk sekedar makan malam atau ngobrlol bareng.
  • Istri nggak pernah cukup baik di mata mertua.
  • Suami selalu dibanding-bandingin sama menantu yang lain.
  • Suami suka nuntut rumah harus bersih blablabla padahal istri nggak dikasih ART jadi ngurus rumah dan 3 anak sendirian.
  • Istri sedih karena kepengin me time nggak dikasih-kasih.
  • Istri diam-diam minjemin uang ke adiknya untuk bantu SPP kuliah lalu ketahuan suami dan dimarahin karena sebenernya mereka juga lagi seret.
  • Ada orang ketiga.
  • Ada kekerasan dalam rumah tangga.
  • Sama-sama laper padahal indomie tinggal satu bungkus.
  • Istri terlalu mengabdikan diri mantengin lambeturah dan suami merasa itu nggak penting. Ini kejam becoz lambeturah is lyfe. 
  • ... etc ...

Those happen. Those can happen.

Baca: When Being A Mother Isn't Enough

Hal-hal itu bisa dijadikan alasan nggak happy. Sebaliknya, kita bisa tetap happy walau hal-hal itu terjadi. Needs some time tho.

Jadi keputusan nya di tangan kita kan sebenernya. Kita mau membiarkan hal-hal itu bikin kita nggak bahagia atau mau take action and do something about them?

Intinya komunikasi, komunikasi, komunikasi. Cari solusi bareng kalau hal-hal itu masih bisa diubah dan diusahakan sama-sama. Kalau nggak bisa? Ketawain bareng. Jadiin jokes. Jadiin bahan nyek-nyek an. 

Berusaha banget untuk ngerem biar nggak ngungkit kesalahan dahsyat dan berusaha maklum kalau ada yang kelepasan ngungkit macalaluh itu juga salah satu yang saya dan Adit lakukan. So, this one is experience-based, nggak sekedar pepesan kosong.

13 Januari kemarin saya dan Adit genap 5 tahun menikah. Mendekati 5 tahun itu kami baru bisa let go the bad memories and embrace the fact that we have some unideal situations. Bener-bener mendekati 5 tahun karena perasaan damai itu baru muncul Desember-an di suatu malam saat kami begadang sampai pagi ngobrol ngalor ngidul saling ngomong unek-unek, nangis bareng, pelukan, dan sikat gigi bareng. Sikat gigi itu penting banget untuk menjaga kesehatan gigi. Jadi jangan malas sikat gigi ya.


Baca: Jujur Pada Diri Sendiri Dan Lebih Damai

It took me almost 5 years to realize that he matters that much.

At that moment, we knew that we chose to be happy with what we have. 

Abis itu masih pernah berantem sama Adit? Ya, masih lah. Tapi udah jauh lebih singkat durasi nya dan it's better in so many levels. 

Dulu saya nggak pengin nikah karena I didn't really believe in the idea of marriage. Alasan sebenarnya adalah figur pernikahan yang nggak bahagia yang pernah saya lihat jauh lebih banyak daripada yang bahagia. Banyak orangtua temen-temen saya zaman dulu yang living unhappy marriages dan itu kayak bikin saya "Wah, pernikahan berat ya bro." Tapi puji Tuhan, mama papa saya termasuk yang bahagia. **Hey mom if you're reading this, thank you for everything**

Maaf yah ini panjang amat, mungkin kalian udah pada skip. But I'm writing this more to myself, biar bisa tidur dan nggak kepikir terus. Hahaha, saya sepemikir itu.

***

Untuk kamu yang menjalani pernikahan yang bahagia, I'm happy for you guys. I really am.

Untuk kamu yang pernikahannya masih perlu diupayakan bareng-bareng supaya bisa bahagia, hang in there. I've been there, I know exactly how it feels. But trust me, asal kamu dan pasanganmu sama-sama komit mau ngusahain, insyaallah bisa banget. Nothing is impossible, I always believe that.


Untuk kamu yang merasa, "I'm done with this" dan memilih untuk nggak mengupayakan lebih jauh, I respect that decision too because I'm sure you know what's best for yourself.

Karena adalah penting untuk berbahagia.

Karena dengan bahagia, baru kita bisa berfungsi dan memainkan peran kita dengan sebagaimana mestinya dalam berhubungan dengan orang lain.

Karena pernikahan memang tidak semudah bilang 'I do' tapi juga tidak sesulit menandatangani surat cerai.



Love,





36 comments:

  1. Aku setuju semuanya!! Dan bener banget ngapain umbar2 saling marah atau curhat ngga penting tentang rumah tangga yg ribet di sosmed hahahha... Banyak yg bilang aku & suami pasangan ideal, adeeeuh kagak tau aja kami sempet ribut gede, ngga ngomong2an dll... :D
    Pernikahan itu harus diusahakan, tidak hanya dari satu pihak tapi kedua belah pihak, ngga ada pernikahan yg sempurna, karena sempurna itu milik Allah & ketidak sempurnaan milik dorce #eh :D

    ReplyDelete
  2. kalo mau cari kurangnya pasangan sih adaaaa aja ya mbak rasanya. saya masih ada di tahun pertama pernikahan (baru 8 bulan), tapi Alhamdulillah udah mulai sadar, ayolah, daripada protes kenapa dia gini kenapa dia gitu, kenapa gak berusaha menerima aja, selama kekurangan tsb memang kekurangan yg masih manusiawi.
    iya, ternyata mempertahankan pernikahan jauh lebih rumit dibanding mempersiapkan acara pernikahannya. Haha

    ReplyDelete
  3. Ebuseeeet emang Gesi kalau nulis super duper panjaaaaaang puuuuoooooollll hahahaha
    Tapi tenang, km tetap jadi blogger favoritku meski jiper bacanya kebanyakan :)
    Aiiiih ya ternyata Adit sudah pernah menyakiti hatimu huuuuu.
    Sama lah ya ges intinya, harus komitmen berdua kalau mau bertahan, gak bisa cuma 1. tetap semangaat

    ReplyDelete
  4. Setuju gesii, kata bukunya Aditya mulya kita nikah bukan buat dibahagiakan, kita sendiri yang harus bahagia dulu..

    ReplyDelete
  5. Setuju dengan kalimat ini "dengan fakta bahwa pasangan pernah sangat menyakiti hati kita itu yang nggak mudah. Sama sekali nggak mudah."
    jadi tears, deh

    ReplyDelete
  6. Bener ya ges, yg terpenting sebenernya 2-2 nya mau komit utk bertahan dan berubah.. Walopun aku g yakin sih bakal MAU trima suami kalo ketahuan selingkuh :D. Buatku selingkuh dan ringan tangan ga ada kata balik sih.. Maafkan bisa, tp aku ga bkl bisa lupain dan trima.. Jd drpd seumur idup bertahan dgn ga percaya lg ama pasangan, mndingan pisah kalo aku :). Cari kebahagiaan yg lainlah

    ReplyDelete
  7. Mami ges huhu suka banget sama tulisannya beneran dibaca dari awal sampe akhir loooh. Pelajaran banget lah ya buat persiapan mental nantinya :"

    ReplyDelete
  8. Ilmu yang penting buat persiapan nikah hehehe...
    Lagi siap2 mba. Intinya kalau nikah, harus diniatkan ibadah biar lancar.

    ReplyDelete
  9. Aih top banget dah ini postingannya
    Aku beberapa kali pernah ngedraft artikel dengan tema ini, sampai sekarang bertahan saja di draft, maju mundur mau posting hehe

    Semoga kita semua bahagia yaaaaa

    ReplyDelete
  10. Baca yang begini ni yg bikin aku beeubah pikiran dan mantap: Ya Aku Mau Nikah Someday! Thanks, Mami!

    ReplyDelete
  11. Setuju Kaaak! Bahagia perlu diusahakan apalagi dalam pernikahan. Karena bahagia tidak didapat cuma-cuma *haisssh.

    ReplyDelete
  12. aku tertohok..dan 2 tahun masih jadi masa2 kami penyesuaian lagi dan lagi..
    ah ini mah konselor pernikahan banget. aku menikmati alur tulisanmu ini dan..aku sama Diyon harus bisa..
    makasih ya ges.. kiss kiss :*

    ReplyDelete
  13. Menandatangani surat nganu itu tetep sulit kok :p love u gesi adit!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Lois ... you're absolutely one of the strongest women I've ever known! Mangats!!!! Btw ini kapan nih ah kita nambah unicorn hihihi

      Delete
  14. Beda pilihan presiden kemaren sempet bikin kami agak berantem loh mami. Hihi..

    ReplyDelete
  15. Beda pilihan presiden kemaren sempet bikin kami agak berantem loh mami. Hihi..

    ReplyDelete
  16. Kaaak daku belum nikah baca jadi punya gambaran riil (bukan janji manis madu) kalo pernikahan pasti ada naik turunnya. Kusyukaaaa!

    ReplyDelete
  17. kurang panjang. lagi menghayati bacanya tau2 kelar. :'(

    ReplyDelete
  18. Kalau baca postingan Grace selalu tuntas kok. Ga pernah skip walau srpanjang apapun😀 eh ada sih yg di skip-skip yg bagian bahasa inggrisnya. Hehehe... tapi kalau lagi rajin aku bacanya sambil nyanding kamus. Hahaha...

    ReplyDelete
  19. wiwww,,
    memang nikah itu nggak semudah ngadain pestanya, tapi setelahnya itu PENYESUAIAN,,
    ya harus legowo (kalau bahasa jawanya) satu sama lain, namun itu ya proses.
    Mak gesi dan papi adit pasangan kece dan orangtua hebat..
    ^_^

    ReplyDelete
  20. Gesi anak ucul, eh lucu, imut bin keren. Tulisan ini penting buat pasangan muda yang alay, eh maksudnya cepat putus asa. Bener banget komunikasi penting, tapi mantengin lambe turah juga penting haahaha.
    . Kisss buat ubii dan aiden 😀😊😀

    ReplyDelete
  21. Gesi anak ucul, eh lucu, imut bin keren. Tulisan ini penting buat pasangan muda yang alay, eh maksudnya cepat putus asa. Bener banget komunikasi penting, tapi mantengin lambe turah juga penting haahaha.
    . Kisss buat ubii dan aiden 😀😊😀

    ReplyDelete
  22. Hihi grace tulisan kamu panjang tp aku baca ampe abis, iya paling banget kuncinya komunikasi.. apa krn ak pasangan baru ya jd masi suasana indah hehe. Salam kenal ya

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah makin kesini aq jg udah jarang brntm, mencoba saling mengerti aja

    ReplyDelete
  24. Suka skali ama tulisannya mb grace dan sangattttt betul2 skali kuncinya komunikasi4x
    Dan sama2 harus terus dan terus belajar
    Smoga kita smua sll bahagia aamiin

    ReplyDelete
  25. Wow, 381 shares! *salahfokus
    Saya baca ini udah kayak ngobrol sama Ale&Anya di Critical Eleven beberapa taun kemudian.

    ReplyDelete
  26. maaaak.. ak uda 6 taon nikah daaaan masa" kelam yg sekelam"nya ibarat kaya kapal yg terombang ambing saat melewati badai yg klw ud lewatin itu badai itu kapal berarti kuat bgd dan niscaya badai lainnya bisa dilewatin ituuuuuh sudah kita lalui skrg mah tahap nya ngomel, ngedumel, ngomong blakbalakan suka kaga ny ttg apapun.. karena kita sadar komunikasi komunikasi komunisasi itu tadi maaak.. anyway, loves your randomness thought mak.. bikin ak random juga..

    ReplyDelete
  27. Bangettt nih mbak.. ngerasa banget. Hancur lebur rasanya menikmati indahnya pernikahan. Saya Uda 6 tahun pernikahan jg Masi penyesuaian terus. Huhuhu..Doakan ya kami dapat bertahan dan mendapatkan hidayahNya. Hahahaha. Cape mbak makan ati terus. Kan sekali2 pengen makan ayam atau bebek. hahahaha.. karna tiap hal kecil selaluuuu aja buat pertikaian.. huhuhu. Doakan ya mbak.. mbak juga smangat yaa..

    ReplyDelete
  28. iya, aku seumuran kamu, aku belum nikah, dan makin kesini...makin takut nikah. aku ngerasa masih terlalu egois

    ReplyDelete
  29. Wahhh tanggal pernikahannya sama kaya tanggal lahir akuuuuuu. Mari berjabat tangan ucapkan selamat :D

    ReplyDelete
  30. Lagi asik baca tau2 abis itu, rasanya sama kayak lagi baca alasan pernikahan yg ga happy trus 2 poin terakhirnya bikin pengen garuk2 tembok ����

    Udah gitu ilustrasinya selalu bikin ngakak parah. mengingatkan kalo lagi baca miiko

    ReplyDelete
  31. wah, Setuju dengan kalimat ini "dengan fakta bahwa pasangan pernah sangat menyakiti hati kita itu yang nggak mudah. Sama sekali nggak mudah."
    jadi tears, deh

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^