Thursday, January 26, 2017

Memang Kenapa Kalau Nggak Menikah?


Menikah Adalah Pilihan. Debat Cagub DKI Jakarta nggak hanya membuat mata pemirsa tertuju pada 3 pasangan calon, tapi juga pada sosok sang moderator, Ira Koesno. Saya nonton di YouTube sama Adit, dan kami sepakat bilang, "Wow, she's cool." Tapi, tentu saja karena objeknya adalah perempuan, banyak juga yang jadi misfokus pada paras cantik dan segarnya.


It came to my surprise that she's already 47 years old. Okay, saya juga akhirnya terseret untuk misfokus deh. Hahaha. Apalagi banyak meme yang beredar salah satunya tentang skin care nya Mba Ira. LOL. That's still fine menurut saya. But what's not is that ... kok pada nyinyirin status single nya?

Emang perempuan itu harus dan wajib menikah?

Saya gemes aja baca komen-komen nyinyir. Ada yang bilang bahwa Mba Ira sudah gagal jadi perempuan, ada yang bilang beliau kasihan, ada yang ngejudge beliau terlalu picky makanya nggak dapet-dapet suami, ada yang menilai pasti laki-laki banyak yang minder dengan kesuksesannya makanya dia nggak nikah-nikah, bahkan ada juga yang sampai ngejudge beliau pasti udah nggak virgin (pakai diksi yang kasar). Lhah.


Btw, baca juga dari sudut pandang Windi Teguh ya:


Ya sih, kita hidup di Indonesia di mana memang rasanya belum lazim melihat perempuan tidak (atau belum menikah) di usia mendekati kepala 5. Jangankan Mba Ira yang 47 tahun, di kota-kota yang nggak metropolitan seperti Jakarta, perempuan mendekati usia 30-an belum nikah aja udah dilabelin macam-macam.

Nggak laku. Nggak pintar merawat diri. Nggak mau berusaha. Nggak mau bergaul. Malu-maluin. Nggak mau menunaikan ibadah. Kepinteran makanya susah cari pasangan yang selevel. Apa lagi ya kira-kira?

Jadi ya kadang ada juga yang menikah bukan untuk dirinya sendiri dan bukan karena ingin, melainkan untuk kehidupan sosial. Biar nggak bikin malu orangtua, biar nggak dinyinyirin, biar nggak dicap nggak laku, dan lain-lain. Ada juga, berarti tidak semua ya. Nggak memukul rata.

Padahal, apa sih salahnya keputusan untuk nggak menikah? Bisa saja kan Mba Ira atau perempuan-perempuan lain yang nggak (atau belum) menikah memang sudah merasa bahagia dengan diri mereka sendiri. Sudah merasa komplit, sudah merasa live life to the fullest, dan sudah cukup. What's wrong with that?


Saya jadi ingat seorang teman baik Papa saya. Namanya Bu Ayu, kini beliau sudah almarhumah. Sepanjang saya ingat, saya sudah tahu sosok beliau sejak saya kecil banget sampai lupa umur berapa awal kenal. Beliau pandai, kalau nggak salah researcher atau scientist ya. Lalu jadi dosen. Rumahnya di kawasan Kopeng, yang kalau dari Salatiga (kampung halaman saya) itu kira-kira 15-30 menit. Kalau buat orang Jakarta, Kopeng ini ibarat Puncak. Untuk orang Jogja, Kopeng ibarat Kaliurang. Intinya adem, banyak vila, dan jadi tujuan piknik.

Gesi kecil dan Papa sering main ke rumah Bu Ayu hari Minggu siang. Rumahnya astaga bagus banget. Kayak villa. Bukan tipe rumah modern gitu, tapi kayu-kayu. Adem dan homy. Betah aja pokoknya saya di sana. 

Saya ingat juga dulu Gesi kecil heran kok suami Bu Ayu nggak pernah kelihatan. Jadi ada obrolan ini antara saya dan Papa.

Gesi: Pah, suaminya Bu Ayu yang mana?

Papa: Bu Ayu nggak punya suami.

Gesi: Lha kenapa?

Papa: Ya Bu Ayu memang nggak pengin nikah.

Gesi: Lha kenapa?

Papa: Ya nggak pengin aja. Menikah itu kan bukan kewajiban to, Grace.

Gesi: Ooo. Lha apa nggak sepi?

Papa: Wah kalo itu Papa ndak tahu. Tapi Bu Ayu happy-happy aja kok.

END

And I remember her clearly. Setiap kami ketemu entah saya yang main ke rumah beliau atau Bu Ayu yang main ke rumah saya, wajahnya selalu hangat dan ceria. Beliau bukan yang tipe pecicilan kayak saya. Tapi kelihatan kan wajah orang happy dan nggak itu. We can tell.

Kalau sekarang saya mengingat sosok beliau, wah salut. I mean salut untuk keberanian nya mengambil keputusan yang tidak biasa. The decision not to married alone aja udah nggak lazim di Indonesia. Lalu, Salatiga? Aduh Salatiga itu kota kecil banget yang kalau kita jalan-jalan seharian pindah-pindah tempat, bisa ketemu orang yang sama 2-3x loh. Hahaha beneran. So, yeah, hats off.

I guess that's what I love about my dad. Papa mendidik saya untuk nggak gampang menjudge orang lain; keputusan, gaya hidup, cara bergaul, dan lain-lain. There's always something good in each person. Untuk perkara menikah, Papa langsung tembak aja ke saya, "Menikah itu kan bukan kewajiban." Means kamu mau menikah, oke. Memilih untuk nggak menikah, juga nggak salah. 

That's exactly what he also told me when I told him that I was carrying Ubii. Saat itu saya limbung saya harus apa. Orang akan menilai. Nggak hanya itu, mereka juga pasti ngata-ngatain, baik di depan atau di belakang saya (tapi palingan ya di belakang sih LOL). Dan Papa mengulang lagi perkataan, "There's no obligation to get married just because a woman gets pregnant because it's a choice. Tapi itu memang belum lazim di sini, jadi harus siap kalau jadi omongan dan ndak boleh cengeng." Dulu pernah saya ceritain di postingan lama banget, tahun 2014.


Keputusan Bu Ayu, Mba Ira, dan yang lain nggak menikah itu nggak mengusik hidup orang lain. Kita nggak dirugikan dan nggak terganggu. So, why bother? As simple as that.

Lagipula, jika kita menganggap menikah adalah kebenaran, itu kan menurut kita. There's no absolute truth lah. Tentang memiliki anak toh juga sekarang zaman sudah maju. Call it adoption as the most familiar way in our country.

Padahal memang masuk akal juga lho lebih bahagia sendiri daripada menikah. Karena menikah di Indonesia itu kita nggak hanya menikah sama pasangan tapi menikahi seluruh keluarga pasangan juga. Kalau sendiri yaudah fokus bertanggung jawab pada diri sendiri. Kalau sudah menikah, nggak akan bisa kayak gitu. Akan bertambah deretan nama yang harus kita pikirkan juga kesejahteraan nya. Talk about cicilan rumah, uang belanja, biaya sekolah, berobat, duit transport, and you name it.

Btw, jangan jadi takut nikah ya. Hahahaha. Menjaga pernikahan memang nggak selalu mulus, tapi juga nggak semengerikan itu kok. Asal dua belah pihak sama-sama berusaha with real effort, committed, dan komunikasi terus, bisaaaaaa! Pasti bisa! Coming from me yang dulu nggak percaya pernikahan bisa membahagiakan lalu kini saya dan Adit bahagia. So, I say this by so many reasons and experiences.

Baca: Pernikahan Tidak Semudah Bilang "I Do"

Saya nyadar oke ini Indonesia. Orang nggak nikah itu kayak aneh dan payah. Lalu, ada double standard. Laki-laki yang memutuskan untuk nggak menikah, lebih dimaklumi. Tapi kalau perempuan, kayaknya jadi bahan amit-amit. Kalau perempuan nya belum sukses dibilang nggak laku. Kalau udah sukses, punya gelar, karir, dan finansial oke dibilang makanya jangan tinggi-tinggi nanti laki-laki minder atau pasti dia penginnya cari yang perfect makanya nggak dapet-dapet padahal kan nggak ada manusia yang sempurna. YHA.


Tapi kan bisa kalau kita heran itu komennya yang biasa ajaaaaa. Jangan kejam-kejam amat lah kalau komen. Huhuhu sedih. Seolah sepotong fakta bahwa seorang perempuan memutuskan untuk nggak menikah itu menggugurkan semua hal positif di dalam dirinya.

#TEAMMELANKOLIS

Ini tampaknya hanya tentang pernikahan ya kalau mau bicara spesifik. But kalau mau bicara lebih luas, tentang judgment. Tentang menghargai keputusan dan pilihan orang lain. Tentang we've never been in others' shoes, so we can never know their battles.

Who are we to judge, really?

Memang kenapa kalau nggak menikah?

(Sudut pandang tulisan saya ini adalah untuk mengajak yuk kita hargai keputusan orang lain, apalagi kalau itu sebenernya nggak mengganggu hidup kita secuil pun. Bahwa menikah atau nggak menikah adalah pilihan personal. Bahwa seseorang memutuskan untuk stay single, bukan berarti lantas kita yang memutuskan untuk menikah ini menjadi lebih baik atau hebat sehingga berhak ngata-ngatain. As for me, I am now happily married with 2 kids).



Love,








33 comments:

  1. Tanteku ada yg sampe 50an tahun belum nikah dan udah gak pengen nikah. So far hidupnya hepi. Ya udah. Gak masalah berarti..

    ReplyDelete
  2. saya juga miris banget mbak baca komentar soal mbak Ira Koesno. Kok punya mulut pada gak dijaga gitu, emang gak bayangin gimana kalo dia yg ada diposisi dinyinyirin gitu :(
    Teman sekantor saya juga ada yg sudah kepala 5 dan belum menikah. Alhamdulillah kami gak pernah mengungkit-ungkit keputusan beliau itu, dan gak pernah menjadikannya tema obrolan miring. Hidup hidup siapa sih, kok kita suka ribet.

    ReplyDelete
  3. Temenku kantor, kelahiran 72 (perempuan) juga belum nikah, ada juga lelaki yang 60th lebih juga enggak nikah...

    buat aku sih gpp... toh itu hak asasi manusia...

    ReplyDelete
  4. Sepakat. Karena keputusan utk menikah-tidak menikah, mempertahankan pernikahan-bercerai, punya anak-tidak mau punya anak. Itu semua hak kita masing2, bukan kewajiban.

    Yang penting kita memilihnya dengan sadar dan bahagia dengan pilihan kita.

    ReplyDelete
  5. Kembali lagi ke pilihan masing-masing orang ya. Setiap orang kan berhak dengan keputusannya. Kadang emang orang yang lebih ribet dengan hidup kita dibanding kita sendiri hihi

    ReplyDelete
  6. Hidup adalah pilihan.. Mamak Ubi keren dagh... :D

    ReplyDelete
  7. Suka gemes kalo liat orang yang dikit2 komentar, dikit-dikit nyinyir.
    mau nikah kek, mau enggak kek...kan hak masing-masing

    ReplyDelete
  8. Gw kmrn baca commnet2 nya sadis2 banget, serasa mereka yg paling baik dan paling benar. Orang2 yg comment itu lucu dan tragisssss kasihan gw liat nya

    ReplyDelete
  9. Yup. Ukuran kebahagiaan org beda2.. pernah nyinyirin teman juga sih..gara2 dia ngomongin org yg belum nikah..

    ReplyDelete
  10. Yang nyinyir itu ckckkckck
    Apa sekarang masyarakat sudah semakin rasis dan nyinyir?

    ReplyDelete
  11. Aku prihatin dengan Indonesia kini. Mbuh jaaaan, nggak ada remnya itu jari. Kadang kalau nemu yang kayak gitu Ges, aku penasaran sama sosok aslinya. Begitu juga kah mulutnya? Atau karena hanya di sosial media yang mereka pikir dunia maya, mereka bisa seenaknya?

    Aku pernah iseng kalau di IG ada orang yang kebangetan mbully artis, aku buka tu akunnya. Kebanyakan posting seiprit, follower seiprit, daan..digembok!
    Serius banget bikin akun cuma buat ngata-ngatain orang? T____T

    ReplyDelete
  12. Iya mami gesi, aku setuju.. no need to judge buat orang2 yg memilih ga nikah (terutama wanita) , soalnya disekelilingku banyak yg gitu... dan mereka sepertinya bahagia2 aja dengan pilihan..

    Jaman sekarang yang aku ga ngerti, orang2 dunmay itu keknya pada sadis.. ga tau apa memang real life sesadis itu ato karena real life polos jadi kalo ngumpat hanya di sosmed.. idunno...

    Oot ni mami gesi, diarypapiubii nya review arrival donk dr pov nya adit.. hihihi penasaran gt menurut papi ubii gimana.. #ngarep

    Btw, thx a lot mami gesii, tulisan ini mengingatkan untuk menghargai dan menghormati keputusan orang..

    ReplyDelete
  13. Benar sekali Mom.. Ini memang bukan hanya tentang menikah, tapi tentang judgment, yang akhir-akhir ini terlalu gampang terlontar.. huhuhu..

    ReplyDelete
  14. Just one reason why they the women choose to be nyinyir. They realize they're ugly and stupid. So that's why they're afraid their husbands move to pretty and smart single women :) You and some more wives are different :)

    ReplyDelete
  15. Tulisan yang bijak. Salah satu quote temen saya yang selalu saya suka "jangan mengusik hidup orang lain" :)

    ReplyDelete
  16. Saya malah iri sama perempuan yg belom nikah. Hahahaha saya labil ��
    Tp cantiknya Ira Koesno itu #lifegoals banget.

    ReplyDelete
  17. Tapi jarang orangtua yang searif papamu Dek, kebanyakan ortu malah nagih cucu wkwkwk...

    ReplyDelete
  18. Omg... Cm bisa ga abis pikir ama org2 yg pikirannya jaman batu gitu yaaa.. Selama ini terkungkung dlm kamar tertutup kali :D. Mau nikah ato ga, itu kan hak masing2. Ngapain jg org lain hrs rempong mikirin yak :p. Bener kayaknya kaya mba nita lana.. Kyknya itu org2 yg terlahir bad looking dan iri ama perempuan yg single, cantik pula :D

    ReplyDelete
  19. hehee...makin kesini aku makin mbuh soal nikah. makasih sudah menampung kegundahan hateee ku hihiii

    ReplyDelete
  20. Super sekali. Dari curhatan teman2 saya ato saya baca status teman2 banyak dari mereka mengeluh jika udah lebih dari 25 tahun tapi belum menikah, boro2 menikah pacar aja gak punya mayoritas teman2 saya akan diperlakukan seperti sampah oleh orang sekitarnya dalam hal di cemooh di tanyai di hujat yang membuat teman2 saya gondok, ya walopun gak semua orang bakal ngehina mereka, tapi itu mengganggu banget, gak penting gitu orang2 ngehina mereka seperti yg mbak grace bilang tadi.

    Dan saya pribadi, saya amat sangat setuju dengan mbak grace dan papanya, menikah bagi saya bukan tujuan hidup. Dalam agama saya yang saya ketahui nikah itu sunnah asalkan bisa menjaga diri, jadi nikah itu bagi saya bukan tujuan atau patokan hidup yang harus saya capai. Dalam hidup saya yang wajib dan harus dicapai adalah membahagiakan kedua orangtua dan keluarga saya dalam hal prestasi dan pekerjaan. Itu amat sangat wajib bagi saya.
    Mungkin sedikit dari beberapa dari orang Indonesia yang sadar akan hal ini, tapi saya bersyukur mayoritas keluarga besar saya berpikiran seperti ini, yang nomer 1 adalah sukses membuat bangga dan membahagiakan orang tua dan keluarga, dan nikah adalah nomer yang kesekian. Banyak dikeluarga saya yang menikah diatas 30 tahun karena alasan itu tadi.

    ReplyDelete
  21. Saya termasuk menikah tidak muda, dan saya happy banget dengan apa yang sudah saya lakukan selama melajang, bisa traveling kelilingYurop, bisa sekolah tinggi dan punya pekerjaan bagus Grace..Puji Tuhan dikasih suami :)
    Menikah itu bukan tujuan hidup,jugaa bukan ajang pertandingan ...suka sama komennya papa Grace :)
    Gesi: Ooo. Lha apa nggak sepi?

    Papa: Wah kalo itu Papa ndak tahu.

    ReplyDelete
  22. masih usia 20 udah mau nikah malah.. cuman sayang belum ada yang mau. ckckck
    doakan ya semua..

    ReplyDelete
  23. Di lingkungan keluarga, saya termasuk anak gadis yang telat nikah padahal usia waktu itu belum sampe 28 tahun. Aksi perjodohan pun tak bisa dihindarkan hahaha.....

    ReplyDelete
  24. Gara-gara sudah ada umur tapi belum nikah juga, saya malah dikira lesbian sama tante sendiri. Oalaaaa...tan tan...ono-ono wae hiksss

    ReplyDelete
  25. Betul hidup itu pilihan. Bukan kita yang menjalani hidupnya. Yang bersangkutan kan juga punya alasan sendiri. :)

    ReplyDelete
  26. Suka geli kalau baca komenan hujatan. :'D Mungkin saking kurang kerjaannya di dunia nyata

    ReplyDelete
  27. Wkwkwkwk, betul tuh, Mbak Gesi. Wong juga gak merugikan masyarakat. Ngapain kudu dinyinyirin? :v

    ReplyDelete
  28. kakak mamaku juga gak nikah hingga akhir hayatnya Mbaa, tapi bukan berarti dia gak bahagia karena gak nikah. Ngeri banget komen orang-orang itu, huhuhu :(

    ReplyDelete
  29. ada yang gak mau menikah, ada juga yang takut kehilangan suaminya. terus yang enak yang mana ne? yang menikah atau yang nggak? entahlah...! yang penting happy dan tidak melakukan zina. yak kan?? hehehe

    ReplyDelete
  30. Life is all about matter of choice ya mami Gesiiiii

    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  31. Menikahlah saat kau telah bertemu dengan jodohmu :)

    Salam,
    Oca

    ReplyDelete
  32. semoga cepat di pertemukan jodohku,,aminn

    ReplyDelete
  33. Jodoh adalah pilihan. Namun Tuhan atur jodoh kita. Sebagai manusia, sudah sepatutnya kita berusaha.

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^