Wednesday, January 18, 2017

Menggunakan Kata 'Jangan' dan 'Tidak Boleh' Pada Anak: Yay Or Nay?

Menggunakan Kata Jangan dan Tidak Boleh Pada Anak: Yay Or Nay? Saya suka ikut seminar atau event parenting, atau baca-baca artikel parenting. Bukan biar keren, tapi karena saya merasa minim ilmu jadi ibu. Ya iya kan, wong jadi ibu nggak ada sekolahnya.


Dulu saat hamil pertama, saya ikut kelas senam hamil di rumah sakit. Ternyata di sana diajarin juga sedikit tentang cara menggendong, menyendawakan, dan memandikan. Lumayan banget karena pasti dipraktikkan. Sekarang sih udah jago lah, secara anak udah dua ekor. Tapi, perkara mendidik? Jelas masih butuh terus belajar! Termasuk tentang menggunakan kata jangan pada anak.


Anyway, tentang penggunaan kata jangan menurut Windi Teguh, baca di sini yah:


Sekarang sih udah jarang ikut seminar atau kelas parenting. Jarang nemu yang cocok waktu nya. Ada pun, materinya saya kurang minat dan nggak butuh-butuh amat karena merasa sudah lulus. Bukan angkuh, tapi kalau materi nya tentang manfaat ASI lagi, yah kan saya udah nggak begitu butuh. Sayang 100 ribu. Hahahaha. Ini sih pelit aja intinya!


Tentang mendidik anak, prinsip utama saya, so far, baru satu. And that's quite simple. Yaitu, saya harus bisa dekat sama mereka. Saya harus bisa jadi sahabat mereka juga, nggak cuman jadi ibu nya aja. Penginnya nanti mereka mau curhat apa pun bisa ke saya tanpa harus takut dan merasa dijudge. Pokoknya jangan sampai mereka merasa kesepian menghadapi suatu masalah dan bingung mau curhat ke siapa, karena saya akan selalu ada.

👏  👏  👏

Bahasan parenting itu gampang didapat dari mana aja. Di website, banyak. Pokoknya gampang and everywhere, sampai di group WhatsApp pun saya juga dapat broadcast renungan tentang pola asuh dan pola didik. Salah satunya adalah tentang anjuran untuk sebaiknya kita (as parents) nggak memakai kata jangan dan tidak boleh.

NAH INI!

Menurut teori parenting yang saya baca-baca, orangtua perlu menghindari kalimat negatif yang memakai kata jangan dan tidak boleh. Alasannya adalah karena anak itu anti dilarang. Semakin dilarang, semakin nekat - katanya. Alasan lainnya karena anak belum terlalu bisa mencerna negasi. Kalau mau bicara dampak jangka panjang, pemakaian jangan dan tidak boleh dikhawatirkan bakal membentuk anak menjadi minder, nggak pedean, takut mencoba hal baru, dan nggak berani menghadapi challenge.

Jadi, sangat dianjurkan untuk mengubah kalimat negatif menjadi kalimat positif seperti:

"Nanti main di taman nya boleh kalau hujan sudah reda" instead of "Jangan hujan-hujanan"

Baca: Tips Menghadapi Musim Hujan

"Kalau mau gambar, di kertas aja yuk" instead of "Tidak boleh coret-coret tembok"
"Kan sudah besar, pipisnya di kamar mandi yha" instead of "Jangan ngompol"

... dan lain-lain ...

Secara teori, saya bisa memahami maksud para pakar parenting dan psikolog anak yang mengemukakan hal ini. Saya bisa menarik benang merah antara keseringan dilarang dengan anak jadi pribadi minderan, etc. I guess it makes sense.

TAPI ...

Pada praktiknya ... omg it is so difficult not to use the words jangan dan tidak boleh. Huhuhu.

Baca: Ekspektasi VS Realita Menjadi Ibu


Like for example:

Aiden secepat  kilat manjat kursi makan kami lalu lanjut manjat naik ke meja dan dia berdirinya di pinggiran meja, so Mami be like, "Aidennnnnnn! Jangan naik meja, bahaya nanti jatuh!" dengan nada panik sambil menurunkan.

Aiden main di taman, merangkak di atas hamparan rumput gajah bolong-bolong karena nggak rutin disiram, lalu jongkok megang rumput, lalu memungut batu untuk diamati dan ... di-HAP. Ya spontan lah, "Aiden, jangan makan batu, kotor." Udah nggak sempet mikir kalimat positif semacam, "Aiden, kalau lapar itu makan nya cireng ya. Bukan batu, karena batu itu kotor. Nanti Aiden sakit perut" atau semacamnya. Tapi tetap besoknya membiarkan Aiden main di taman dong supaya dia mencintai bumi dan kehijauan. Pencitraan. Aslinya kami lebih milih ke mall kok 😝

Baca: Bawa Bayi Ke Mall: Yay Or Nay?

(Nggak sempat mikirin kalimat positif untuk mengganti kata 'jangan' tapi sempat motret. Vote me for Ibu Teladan 2017!)


Aiden sedang senang sekali megang mata orang lain. By megang itu I mean menculek. Kalau menculek saya atau Adit, saya masih bisa menjelaskan untuk stop dengan kalimat positif. Stop bukan karena kepengin membatasi curiosity nya, tapi karena ... sakit bro. Nah, tapi kalau Aiden nyuleknya ke Ubii, ya saya spontan banget, "Aideenn, jangan culek Kakak. Sakit. Pelan-pelan pegangnya."

Aiden nongkrong di depan TV (bener-bener di depan TV yang jaraknya palingan cuman dua jengkal doang), awalnya Mami, "Aiden nonton nya mundur dikit ya." Tidak ngefek sama sekali. Dua kali. Tiga kali. So, finally Mami be like, "Aideeeennnn, jangan deket-deket lah nonton nya. Ayo mundur. Nanti matamu rusak!" sambil gendong paksa untuk memindahkan si Tahu Bulat 500an Digoreng Dadakan ini.


Aiden nemuin token bank saya lalu main-mainin padahal abis keblokir dan abis ganti baru, yang sebenernya emang salah saya sih kenapa nggak naroh di tempat yang nggak bisa dijangkau Aiden. Karena panik dan terbayang malas harus ke bank lagi kalo keblokir, jadi langsung, "Aideeenn, jangan utak-atik token Mami nanti keblokir lagi, kan Aiden udah punya token rusak yang buat mainan."

... etc ...


Things like that.

Jadi intinya, saya nggak bisa tidak memakai kata jangan dan tidak boleh untuk menghentikan / melarang Aiden. Susah banget. Di situasi-situasi yang saya contohkan tadi, jangan dan tidak boleh itu rasanya spontan banget keluar. Apalagi kalau situasinya membahayakan Aiden atau Aiden melakukan something yang (bisa aja) nyakitin Kakak Ubii. 

Saya nggak bisa bayangin lihat Aiden manjat sesuatu yang cukup tinggi tanpa ada orang yang menjagai di dekatnya lalu saya yang, "Ayo turun yuk. Berdiri di pinggiran meja makan itu bahaya loh. Nanti Aiden bisa jatuh. Kalau jatuh, sakit." Nggak kebayang dan nggak bakal berhasil rasa-rasanya. Malah keburu benjol gimana.

Tapi kalau untuk sesuatu yang nggak terlalu bahaya, kayak kejedot mainan begini, misalnya. Saya nggak yang larang-larang.

YASH KETIBAN. ENAK? 😂


Paling cuman awalnya dikasih tahu mainnya hati-hati, kalau digituin Aiden bisa kena loh. Seperti biasa akan ngeyel dan akhirnya ketiban juga. Jadi cuman dikasih tahu lagi aja tuh kan kena beneran, sakit nggak, lain kali hati-hati ya.

Tiap anak itu tingkat pemahaman dan kematangan nya beda-beda ya. Every child is unique. Untuk Aiden di usia hampir 16 bulan dengan kelasakan dan level pemahaman seperti sekarang, saya rasa dia belum beneran bisa diajak berdialog memakai kalimat positif. Curiosity Aiden tinggi banget dan dia ngambekan banget kalau dilarang. Huhuhu. Huhuhu. Huhuhu.

Lalu, pakai kata 'jangan' dan 'tidak boleh' itu yay or nay dong kesimpulannya?

Buat saya, YAY, karena memakai kalimat positif all the time itu susah (buat saya) dan Aiden belum paham-paham amat untuk saat ini.

TAPI ...

Nggak lantas hanya menggunakan kata larangan tok tanpa diberi penjelasan. Penjelasan kenapa sebaiknya sesuatu nggak boleh dilakukan tetep penting dan musti diberikan. Jadi Aiden tahu, oke Mami melarang dia, tapi dia juga tahu bahwa Mami punya alasan kenapa melarang. Bukan asal main larang aja mentang-mentang saya ibu nya.

Apakah saya nggak khawatir kalau nantinya Aiden jadi punya low self-esteem?

Saat ini memang nggak khawatir. Atau belum aja, ya(?) Soalnya kayaknya masih pede-pede aja deh ngapa-ngapain. Pede yang mungkin kadang diartikan orang lain as bandel. Hehehe. Cuman memang sih, dia kalau di tempat baru terlihat insecure banget dan nempel kaki saya terus. Sigh. Baru kalau sudah setengah jam-an di sana, dia akan lasak seperti biasa.

Jadi begitulah.

What about you? Gimana pandangan kalian tentang pemakaian kata jangan dan tidak boleh ke anak gini? Share yah.



Love,





22 comments:

  1. yups, seperti kata bu guru TK tempat aku kerja, jangan/tidak boleh itu bikin anak minder, termasuk menakut-nakuti... heheh

    tapi aku kadang juga suka pakai jangan dan tidak boleh sih.. hahah

    ReplyDelete
  2. Iyaaa benerr.. Susah mengganti kata "jangan", apalagi kalo mesti buru2 dikasih tau. Suka lama mikir kata2 positifnya, takut keburu celaka duluan anaknya 😅. Kalo saya sih msh ada kata "jangan", tinggal nanti diberi penjelasan lagi kalau situasi sudah aman terkendali :)

    ReplyDelete
  3. aku gak anti kata jangan tp ada kalanya kata jangan memang gak perlu dipake untuk hal2 tertentu. Seperti saat Aisyah lari2, aku bilang hati2 dari pada jangan lari. Karena lari bukan sesuatu yg terlarang, kecuali tempatnya bahaya untuk lari, hihi. Tapi perlu banget kata jangan untuk sesuatu yg darurat, kayak pas dia mau makan busa sabun. Kan kelamaan kalau nyari kata2 positif LoL keburu ketelen, wakakaka.

    ReplyDelete
  4. Setuju ges.. Aku sih ga anti kok memakai kata 'jangan'. Tapi tetep aku jelasin kenapa aku ngelarang anak ngelakuin itu.. Utk Fylly sih dia udh ngerti kenapa dilarang.. Tp vrstan yg msh 11 bulan ya belumlah :p. Lagian aku prnah baca di artikel ustad kalo g salah ya, dia malah ga ngelarang kata2 'jangan' dipakai. Krn utk case tertentu anak memang hrs tau larangan.. Aku lupa nih penulisnya.. Ntr aku cari lg de..

    ReplyDelete
  5. Maunya gitu nggak pake kata jangan tapi....kenapa kecepatan ngomong sama kecepatan mikir itu cepetan ngomongnya yaaa hehe. Paling sambil mikir2 jg sih tetep kalimat positif apa yg bisa buat mengganti jangan dan tidak

    ReplyDelete
  6. Kalau aku sih gak mau terlalu terpaku pada teori2 parenting gitu, takut akunya yang jadi stress hahahaha

    Jadi ya jalanin aja, kalau yang bagus dan bisa kupraktekkan ya hayuk, masalahnya dalam situasi tertentu kadang kita reflek ngomong "Jangan!" Selain lebih mudah juga memberi efek larangan yang lebih tegas :)

    ReplyDelete
  7. sering sharing hal kayak gitu waktu zaman kuliah pendidikan SD dulu, udah lumayan dipakai buat murid- murid di SD, tapi yaa kalau dirumah, kondisi panik tetap aja keluar itu kata- kata "jangan" atau "tidak boleh". Untuk anak pertama saya (3,5) tahun kalimat positif memang lebih mempan tapi balik lagi tiap anak unik ya..kita sebisa mungkin menghindari kata- kata itu,soalnya saya termasuk korban kata "jangan" dan "tidak boleh" jadinya susyah buanget kalau di suruh pidato atau nyanyi,hehehe...

    ReplyDelete
  8. kayaknya memang syusyah banget deh mbak menghindari kata jangan. Asal setelahnya ada penjelasan, kayaknya gak masalah deh.

    ReplyDelete
  9. Duh jadi emak2 emang harus eksta ya ges. Aku juga yay, padahal aku guru tapi susah banget ngajari anak sendiri

    ReplyDelete
  10. Aku selalu bilang jangan sama raya hahahha, jadi big YAY XD
    Ke mol ama anak YAY, nonton tipi YAY biarlah biar anak juga ngerti hahahah #ngeles :D

    ReplyDelete
  11. Kalo Pevita sih say YAY
    .
    .
    .
    (JDAKK PEVITA JARE)

    Ngoahaha, aku sering bilang no karena itu simple dan mudah diucapkan sambil gercep mencegah anak berbuat kenekatan yang berujung bahaya.
    Abis itu baru deh dijelasin kenapa ga boleh. Misalnyaa anakku lari-larian di ruang tamu yg trocoh (pardon I mean "bochor")
    Ga mungkin kan bilang "Sayang, lebih baik jalan pelan-pelan saja ya, lari-lari di situ tidak baik, licin, bisa jatuh~~"
    Aw man that sentence will take your precious 30 secs (approximately lah ya) dan anakmu selak nggledak.
    Better say NO sambil ditangkep, baru deh kalo TKP udah clear kita jelasin kenapa ga boleh.
    Anak pasti ngerti lah

    ReplyDelete
  12. Saya suka ngasih sebaliknya. Misal, anak mau keluar padahal udah malem, saya tinggal bilang. Jangan masuk ya ...

    ReplyDelete
  13. Tak share yes mbak ges?
    Yay ����

    ReplyDelete
  14. di sekolah saya juga sering lupa memakai kata jangan
    yah gimana lagi, refleks liat polah anak2
    kadang kalau mau ganti kata lain yg ada si anak malah ngelakuin hal2 yg gak diinginkan
    tapi sebisa mungkin diminimalisir dan ganti kata lain, hehe

    ReplyDelete
  15. Jaman SMA guru pernah cerita sih, kalau kata-kata "Jangan","tidak," itu nggak masuk ke alam bawa sadar. Jadi mending dihindarin. Misal "Jangan merokok,"yang diterima malah "Merokok" doang.

    ReplyDelete
  16. Aku ga anti ama kata jangan dan tidak boleh karena memang itu sudah spontan sih, sama kayak Mbak Gessy. Tapi setelah kata jangan itu aku kasih alasannya. Misal: "Mas Aim, jangan cubit adik, sakit ituu."

    ReplyDelete
  17. biasanay kalau pakai kata bjangan, ekspresinya pengen marah ya mba..hehe. belum bisa ini aku mah

    ReplyDelete
  18. Saya pun masih menggunakan kata jangan dan tidak boleh, sulit banget, sudah ada dalam bawah sadar tuh dua kata, jadinya spontan keluar dari mulut

    ReplyDelete
  19. Lihat konteks...
    Ada konteks yang buru2 tadi jadi butuh jangan
    ada konteks penanaman ketuhanan yang memang butuh kata jangan

    ReplyDelete
  20. Iya betul..kadang spontan ngomong 'jangan' ya..di situasi berbahaya
    Misalnya pas anak deket2 wajan panas

    Aiden lucuu banget..imut..pas.ketiban kursi itu lagi di.mana?

    ReplyDelete
  21. Kalau aku sih no problem buat kata jangan atau tidak boleh ya ci 😊. Bener banget ci grace yg penting itu reason or penjelsannya ktika kita melarang anak melakukan hal2 yg danger.
    Anak itu unik. Ada anak2 yg bakal nurut kalau kta pake kata2 positif, tp ada jg anak yg lebih mempan pake kata jangan or tdk boleh dg nada tegas. Somehow yg terpenting bukan masalah kata nya tp masalah respon dn reason kita saat melarang mreka 😊

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^