Tuesday, December 13, 2016

Falling in Love with You A Thousand More Times!

Seperti biasa saat saya bacain komen-komen di IG saya (eh jangan lupa follow @grace.melia yak!), ada aja yang request tema untuk dibahas di blog. Salah satunya adalah dari @prisvitaa yang ngerequest tema jatuh cinta pada orang yang sama berulang kali. So, this answers her request!


Because at first the idea of getting married scared me as hell, I used to wonder, "Kalo nanti aku males atau bosan atau empet sama Adit gimana? Kalau kebosanan itu nggak ilang-ilang gimana? What if the sparks never come up again? Masak aku sama Adit terus sampai mati? Padahal di mana-mana bertaburan cowok kece. AAKKK!"

Soalnya kami berdua kan nggak pacaran.

Baca: The Untold Story About Me and My Husband

Sampai sekarang pun saya masih mikir bahwa pernikahan itu sama sekali bukan urusan sepele. Nikahnya doank sih gampang. Menjaga pernikahan supaya tetap hangat nya itu yang PR banget. Menerima pasangan yang mungkin punya karakter dan selera beda jauh sama kita itu wow challenging sekali. Berkompromi sama hal-hal yang kita nggak suka dari pasangan itu juga ternyata butuh waktu.

Tahu lagu All Of Me nya John Legend? Pasti tahu lah ya, secara lagu itu semacam diputar di mana-mana. Nggak di cafe, di radio, di warnet diputer. Di Alfamart deket rumah saya aja diputer melulu. Saya dan Adit, kalo denger lagu itu, kompak teriak, "Bullsh*t!"

...especially di bagian reff:

Cause all of me loves all of you
Loves your curves and all your edges
All your perfect imperfection
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning

All your perfect imperfections. Saya dan Adit gagal merealisasikan itu di realita pernikahan kami. Imperfection alias hal-hal yang tidak perfect di sini kami artikan sebagai sifat / karakter / tabiat saya dan Adit yang bikin satu sama lain kesel. 

Adit paling kesel saya suka menimbun barang bekas (kardus, botol, kotak bekas) sampai rumah jadi penuh barang rongsokan. Saya kesel karena Adit suka nggak mandiri. Apa-apa minta dicariin. Lalu, dia marah kalo saya nggak berhasil menemukan. Padahal ternyata barang yang dia cari itu dia sendiri yang simpan. Kejadian banget saat dia suruh saya cariin kartu keluarga. Nggak ketemu di rumah kami di Jogja. Saya ngotot nggak ada karena seingat saya Adit bawa kartu keluarga kami ke Jakarta untuk ngurus apaan gitu. Meanwhile, Adit juga ngotot bahwa dia udah bawa KK nya balik ke Jogja. Akhirnya nggak ketemu. Dan kami saling cemberut sesiangan.

Beberapa hari kemudian saat dia sudah di Jakarta, dia iMes saya:

Adit: Mi, you will hate me for this.

Gesi: Apa lagi?

Adit: KK nya di Jakarta deng. Di kamarku ternyata. Hehehe. Sorry.

Dan itu kejadian beberapa kali! Sampai sekarang sih saya nggak bisa cinta sama imperfection nya Adit yang itu dan yang lain.

Even when I lose I'm winning. Ini juga saya nggak bisa mempercayai. Saya dan Adit itu sering berantem. Oke, mungkin kadang nggak sampai berantem gimana-gimana. But, yang jelas, kami sangat sering mendebatkan sesuatu sampai tone kami masing-masing meninggi. 

Ada kalanya Adit memang benar dan saya yang nggak pas atau murni keliru, which means I lose arguing with him. Berdebat di sini nggak hanya berdebat urusan anak atau kehidupan kami. Kami sering berdebat hal-hal yang sedang terjadi di dunia. Adit lebih sering baca dari saya. Otomatis, Adit lebih tahu banyak hal daripada saya. Jauh. Jadi saya sering kalah debat sama dia. 

Ketika kalah ya saya merasa kalah aja. Saya merasa aduh kenapa aku kalah sih ah sama Adit. Nggak ada blas tuh merasa ah walau aku kalah namun aku tetap menang, aku tetap bersatu sama Adit, jadi aku tetap menang. NGGAK PERNAH. Hahahaha. Kalah ya kalah aja dan nggak enak, titik.

Atau mungkin saya dan Adit level pasutri yang masih cemen dan newbie kali yah. But the lyric of that song totally doesn't make any sense for us.

Tapi masih aja kami sing along kalo lagu itu diputer.


Awal-awal dulu, rasanya ilfil kalau Adit nggak seperti ekspektasi saya. Adit kayaknya ilfil juga deh sama saya. Banyak perbedaan kami yang disebabkan oleh karakter saya yang alpha-female sehingga saya dominan dan suka mengatur, sementara Adit (kayaknya) nggak punya karakter alpha-male.

Baca: Ekspektasi VS Realita Pernikahan

Jadi bisa dibayangin, nggak? Saya expected Adit tahu harus berbuat ini-itu sesuai standard saya, yang menurut saya baik dan benar. Meanwhile Adit perlu saya menjembrengkan sejelas-jelasnya apa yang jadi mau saya. At first, saya merasa aduh kenapa dia pasif banget atau aduh gimana sih masa gini aja musti dikasih tau dulu baru gerak ARGH! Vice versa, Adit juga merasa saya terlalu mendikte dan terlalu saklek in some areas. Saya merasa Adit kurang cak-cek, meanwhile Adit merasa saya terlalu ngoyo.

BLAR!

I make plans - Adit goes with the flow. Itu juga kadang bikin berantem. Dulu Adit merasa nggak dikasih porsi memutuskan, misal kayak mau makan di mana, hal-hal remeh, karena biasanya saya yang memutuskan dengan menimbang-nimbang oh tempat makan itu menunya ada yang cocok untuk Ubii, atau oh di situ aja karena ada baby chairnya.

Kadang saya menyodorkan privilege untuk Adit, biar dia yang memutuskan. Tapi ujung-ujungnya cuman dijawab, "Terserah." Saya kan jadi KZL. Gimana sih katanya sekali-sekali dia mau memutuskan, gantian disuruh mutusin kok malah jawab terserah. ZZZ.

Ada juga fase di mana saya sebal karena Adit nggak menanggapi romantisme kekanak-kanakan ala film-film gitu. Di film kan suka ada adegan pasangan belanja di supermarket pake troli belanja, terus cewenya manjat bagian belakang troli dan si cowo mendorong troli itu. Lalu mereka tertawa bahagia seolah mereka hidup di momen itu. Saya pengin banget ngerasain. Jadi, pernah di supermarket:

Gesi: Pi, aku naik troli. Kamu dorong ya.

Adit: Ngapain?

Gesi: Ya pengin aja.

Adit: Biar apa?

Gesi: Mau kayak yang di film.

Adit: Gausah ah, malu diliat orang.

ZZZZZZ.

Saya juga mendambakan banget adegan Adit gendong saya model piggyback / gendong di punggung. Jadi pernah:

Gesi: Pi, gendong aku ya.

Adit: Gendong apa?

Gesi: Gendong belakang.

Adit: Ngapain?

Gesi: Pengin aja. Romantis.

Adit: ....

Gesi: Ya ya?

Adit: Kayaknya gak kuat ah.

Gesi: Ya coba dulu ya.

Adit: Yaudah cepet.

And I hopped on his back.

Adit: Dah ya. Berat, gak kuat ah.

Gesi: *krai*

Lama-lama, especially setelah kami tahu bahwa Ubii punya special needs, kami merasa kami harus belajar berkompromi satu sama lain.

Kami merasa, "Ini kita bakal bersama untuk waktu yang panjang. Ubii butuh figur Mami dan Papi nya. Ubii butuh support yang utuh. Itu yang Ubii butuhkan untuk saat ini sampai entah kapan kita mengupayakan ikhtiar kesehatannya."

It does sound cliche, I know. Demi anak. But that's the truth. Ubii is what sticks us together.

Belajar berkompromi buat kami, artinya adalah kami belajar memahami traits satu sama lain. Adit belajar menerima karakter saya yang keras. Saya belajar menerima karakter Adit yang woles. Itu dulu as our very first step.

Baca: Diari Papi Ubii #6: When You Marry A Monster (And How To Deal With It)

Belajar untuk memahami karakter pasangan lama-lama bikin kami nggak gampang tersinggung. Pelan-pelan, Adit tahu kalau saya ngomong dengan nada ngegas bukan berarti saya marah, tapi karena saya terlalu excited atau terlalu menggebu-gebu membicarakan suatu topik. Eventually, saya juga tahu kalau Adit menjawab sesuatu dengan, "Terserah," itu bukan karena dia nggak peduli, tapi karena dia percaya judgment dan decision yang saya buat.

Saya belajar juga untuk ngerem perasaan saya yang meledak-ledak ketika sedang bahagia. Meanwhile Adit belajar maklum kalau saya jadi gengges. Percaya nggak, saya yang jadi rese saat lagi hepi itu adalah salah satu alasan kami sering berantem. Hahaha. Saya berharap Adit lebih ekspresif saat kami lagi having fun, padahal Adit orangnya lempeng. Jadi saya sering 'memaksa' dia untuk lebih terlihat hepi karena moto saya adalah carpe diem, seize the day, let's live in the moment. Lalu Adit malah jadi kesel.

Kayak gini contohnya. Ini saat kami main ke Trick Eye Museum Singapore dan saya kesel karena Adit wajahnya lempeng. Lalu berantem. Udah jauh-jauh piknik, eh berantem karena hal gini doank. HUHUHU.


Setelah mulai paham, step kedua adalah belajar menerima. This one takes process. Masih banyak misunderstanding yang terjadi along the way saat kami masih belajar menerima ini.

Sambil jalan step two, kami belajar untuk saling bertoleransi. Toleransi kalau saya/Adit salah. Toleransi saat saya/Adit melanggar perjanjian. Toleransi jika kami gagal memberikan toleransi yang sudah kami sepakati sehingga akhirnya berantem gede. HAHAHA.

Masih ada sekali-dua kali at this point kami kelepasan berantem yang lumayan gede. The don'ts yang kami sepakati nggak boleh dilakukan saat berantem jadi terlanggar. Tapi saya dan Adit selalu sama-sama bilang, "Let's try again."

Udah itu aja.

Let's try again sampai kami lebih baik. Let's try again sampai kami bisa lebih dewasa. Let's try again sampai kami tua bersama. Let's try again because we know we can do better. Let's try again because there are still tomorrows.

Kalau kami berantemnya udah gede banget sampai level ilfil dan malas satu sama lain, biasanya Adit akan mengajak saya pacaran berdua. Dengan perjanjian, "Let's be the best version of ourselves selama dating." Karena udah janjian, yaudah kami sama-sama bersikap manis. Termanis versi masing-masing. Awalnya sih kikuk dan canggung. Abis, lagi kesel-keselan kok harus manis-manisan. CIH. Kayak baikan yang dipaksakan. Tapi lama-lama canggungnya menguap aja, bersama segala amarah dan emosi negatif. Terus yaudah, baikan yang bener-bener tulus aja sisanya.

Sekarang, saya merasa Adit yang nggak punya karakter alpha ini lah yang memang saya butuhkan. Saya butuh figur yang bisa ngademin saya, yang bisa membuat saya woles, yang bisa bikin saya berdamai dengan diri sendiri saat saya gagal mencapai target saya.

Vice versa, Adit juga merasa saya yang punya karakter keras ini adalah figur yang dia butuhkan. Adit butuh sosok untuk meyakinkan dia bahwa dia bisa jadi lebih dari Aditya Suryaputra yang kemarin atau lusa, yang bisa memotivasi dia untuk punya target, yang bisa melecut semangatnya untuk memainkan peran sebagai suami, ayah, pegawai, anak, kakak, adik, dan teman yang lebih baik.

To sum up, we feel that we complete each other. CHEESY BANGET YEK!

Karena kami tahu bahwa kami akan hidup bareng sampai seterusnya, ya kami berusaha jatuh cinta lagi dan lagi satu sama lain.

Adit tahu, saya sangat menghargai kalau dia menawarkan jagain Ubii dan Aiden saat weekend lalu saya boleh ngapain sendiri. So, he does that. And I fall in love with him once more.

Saya tahu, Adit sangat menikmati reminder kecil macam, "Jangan lupa makan ya, Pi" di sela-sela jam kerja nya. So, I do that. And he treats me better afterwards!

Itu contoh kecil aja sih. But, the point is, jatuh cinta berulang kali sama pasangan itu sangat penting dan perlu diupayakan. Kami bukan tipe yang I love you forever and always gitu sih soalnya. Nggak kebayang juga bisa kayak gitu. Hahaha. Kayaknya kok... gimana. Is it possible?

Hal prinsipil yang kami sepakati bersama dan ternyata bisa bikin fall in love again and again is... honesty.

We agree that we will always value honesty.

Tiap saya ke Jakarta, sambil nunggu Adit pulang kerja, saya suka mainin laptop nya. Kadang gatel kepengin buka history nya. Ada tuh sering saya nemu history Adit abis buka situs dewasa. Dia nggak pernah hapus. Dan memang nggak masalah sih. Buat lucu-lucuan nanti kalau Adit udah pulang kerja, kami suka bahas bareng dia abis nontonin apa aja. And most of the time saya nggak ngerti sih, karena yang dia lihat itu model anime Jepang cewek mesra-mesraan sama tentakel gurita. Yikes.

("Fitnah!" said Adit)

Kadang juga saya nemu dia abis buka profil cewe entah siapa. Yaudah saya tanya itu siapa dan Adit cerita. Kadang kesel emang. Tapi nggak pernah kayaknya yang sampai jadi berantem karena itu.

Adit juga memutuskan untuk jujur ke saya bahwa ada mantan nya yang pernah tiba-tiba telepon dia minta dijemput dan ngajak nongkrong bareng, padahal saya kesel sama mantan yang ono. Ugh rasanya dada saya mau meledak nahan jengkel. But at the end, I said thank you to Adit. Dia sudah jujur dan saya appreciate itu.

Saya juga melakukan hal yang sama. Pernah saya ngopi bareng temen cowok lupa ngabarin Adit dulu. Kan sekarang saya di Jogja dan Adit di Jakarta. Kalau saya nggak ngaku pun, Adit nggak bakal tahu. Everything will not change at all. But, then again, we've promised to tell the truth to each other. Jadi saya ngaku akhirnya dan minta maaf. Adit ngambek berhari-hari. Kadang sampai sekarang masih suka disinggung-singgung tuh sama dia. LOL. But I know, he appreciates my honesty.

Ini kayaknya isi cerita saya nggak nyambung ya sama judul? Ah sudahlah. Maaf ya. Entah kenapa ceritanya jadi ngalor ngidul nggak jelas. Sambung-sambungin aja sendiri ya. HAHAHA.

Jadi gimana kalau kalian tipsnya apa supaya bisa jatuh cinta berulang kali sama pasangan? Share yuk!

A perfect marriage is just two imperfect people who refuse to give up on each other - Anonymous

Thank you @prisvitaa requestnya!




Love,






16 comments:

  1. Tulisan mami Ubii emang ngangenin dan gokil, bahagia selalu ya kalian berdua

    ReplyDelete
  2. Kalau dibaca runut, karakter pasangan kita samaa mbk hihihi

    ReplyDelete
  3. setuju sama @prisvitaa, saya juga menikmati tulisan mami ubii tentang pernikahan. terkadang saya merasakan apa yang ditulis kok sama seperti saya ya? hehehehe...makasih sudah berbagi tulisan ini, mak ^^

    ReplyDelete
  4. Waaa asikk bgt post nya pas ank ku tdr siang, hohoho...
    Kayanya kita samaan mom, aku jg alpha female & suamiku jg yg tipe woles. Tp brsyukur sih, kayanya kalo suamiku alpha male jg malah cakar2an entar kita, lol..
    And my husband isnt a romantic person too! Hiks.. Prnah jaman pacaran kasi surprise ke apart nya pas valentine kasi lilin di lantai ada tulisan I (heart) U gt malah komennya "sapa yg bikin ini? Alay" *JLEBB*
    Thanks sharingnya mom.. I guess I'll copy you utk bikin list donts kalo pas marah 😁😁
    Kalo aku si yg aku dpt dr slama 3th merit sih not to expect anything & dont compare (mski rumput tgga slalu lbh ijo) wkwwk

    ReplyDelete
  5. setelah menikah, baru terasa ya Mbak, bahwa pembelajaran pernikahan itu gak cukup sehari dua hari, sepanjang usia pernikahan sepertinya masih harus terus belajar. :)

    ReplyDelete
  6. Kalau lihat Mbak Grace, kayanya seru, ya? Antara Mbak dan suami kaya teman saja. :)

    ReplyDelete
  7. Tiap pasangan akan menemukan ritme dan mengukir kisahnya sendiri
    Bahagia selalu yaaaaaa

    ReplyDelete
  8. Aku ketawa pas bagian foto itu hehehe, kayaknya emang kita ini punya karakter dan problematika yang kurleb sama. Makasih udah sharing, aku jadi bisa belajar.

    ReplyDelete
  9. Huakakaka... kalau aku yg suka di protes sama suami kalau aku ngga romantis, lempeng & ngga gampang muji.. suami mah penuh pujian2 dan sering bilang aku cantik, tapi aku jadi curiga beneran muji apa ada maunya sih? heheheh. Dari suami aku belajar memuji dan ngga terlalu lempeng jadi orang.. emang falling in love over and over again sama suami/istri itu patut diusahakan :D

    ReplyDelete
  10. Saya malah tipe yang pacaran dan ngerasain banget fasa honeymoon di awal-awal nikah, meskipun ga honeymoon beneran T.T
    Setelah itu baru perjuangan panjang menjaga kehangatan pernikahan dimulai. Apalagi semenjak punya anak dan waktu berdua (dan sendiri) semakin tiris. Haha..

    Go mami ubii! :D

    ReplyDelete
  11. Belajar menerima yaaa itu berat banget.

    Gw ama pasangan #SekarangMantan malah kebalikan nya, gw yg meledak2 dan dia woles. Tiap gw bilang "Love you", di cuman jawab "sama" .... Ngak sekalian aja di jawab IDEM ihik ihik

    ReplyDelete
  12. Baca cerita pernikahan Kak Grace itu ngebatin ternyata pernikahan itu memang 'seram', tapi kalau ada keinginan untuk memahami dan kejujuran, it will be fine. I think. :)

    ReplyDelete
  13. Hihi, bagian akhirnya itu lho curhat abis. Idem mirip aw juga nih, sering dibilang berisik sm suami, qbilang coba bayangin kalo istrimu pendiem, bakal horor kan pernikahannya diem2an:D

    ReplyDelete
  14. seru baca nyaa :D.. dan aku ngakak liat foto kalian di trick eye museum ;O.. wkwkwwk... ekspressi adit itu lohhh hihihihi..

    ga tau deh, apa memang anak gemini itu pada dasarnya moody-an ya.. krn aku seperti itu.. dan jujur aku jg takut banget nikah dulu.. soalnya ga kebayang harus stick ama 1 cowo seumur hidup. mengingat record pacaranku yg slalunya aku mutusin duluan hanya krn alasan bosan . ga mungkin nikah nanti ttp begitu.. tapi toh dengan raka, aku ngerasa bisa klop Ges.. dia itu anaknya supel banget dengan siapapun.. smntara aku kebalikan.. pokoknya kita saling bertolak belakang.. tapii, ntah kenapa aku ttp bisa ngerasa berkali2 jatuh cinta lagi ama dia, kalo mengingat gimana susahnya kita dulu ngedapetin restu orang tua :).. tau sendirilah, statusku yg pernah menikah sebelumnya, sempet jd alasan penolakan dr keluarga dia.. sakitnya, putus nyambung berkali2, dgr lagu mellow aja aku lgs nangis, tapi akhirnya hubungan kita toh direstuin juga :). itu sih yg jd pengingat buatku utk slalu bisa jatuh cinta lg ama raka :)

    ReplyDelete
  15. Mbak gesi selalu bisa bikin tulisan yg aku banget, tp aku ga bs nulisinnya sendiri hehe.. Sukaaa

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^