Friday, September 16, 2016

Diari Papi Ubii #6: When You Marry A Monster (And How To Deal with It)

Diari Papi Ubii #6 - So, it's time for Diari Papi Ubii this Friday! Seneng banget, ternyata banyak yang nungguin postingan Adit. Jumat minggu lalu sampai ada yang nanyain mana nih tulisan Adit. Padahal tulisan Adit muncul dua minggu sekali. Tapi, kami senang ada yang nagih. Yeay!


Pernah ada yang request tema marriage untuk bahan Diari Papi Ubii. Jadi Adit bakal jabanin requestnya. Walau ternyata postingan ini bakal menjatuhkan kredibilitas saya. Auk ah gelap. 

Adit:

“I love playing ego and insecurity combined.”
— Jim Carrey

Sebentar lagi saya dan Grace menikah hampir lima tahun. Kata orang, lima tahun pertama itu masa-masa dimana ada bahaya laten yang menghantui setiap pernikahan— zona rawan cerai. Lalu katanya juga, kalau sudah lewat lima tahun, married people will stay together. Ini cuma statistik sih. Tapi somehow saya merasakannya juga, gimana susahnya minta ampun menyatukan dua kepala yang sangat jauh berbeda cara kerjanya. Dan, seiring berjalannya waktu kami lalui bersama, saya menyadari bahwa saya telah menikahi monster. Jangan asosiasikan kata “monster” disini dengan monster imut berbulu di film rilisan Disney. Try to adjust your imagination a little- I’m talking about flesh-eating monster yang bergigi banyak dan nggak ada imut-imutnya sama sekali.


“Monster” bisa diartikan macam-macam sih— but I like the idea that monster here is associated with boredom (towards the idea of marriage, and towards Grace herself) and negativity. Namun, saya pengen highlight sifat-sifat negatif dan toxic behavior dari empunya blog ini, dan bagaimana saya mengatasinya agar spark diantara saya dan Grace terus menyala. One helluva task. Disini saya ngga bermaksud untuk mengumbar jeleknya pasangan yah— saya cuma pengen nulis dampak komplikasi dari toxic behavior serta bagaimana kami mengatasinya. Kebetulan pakai kehidupan saya dan Grace sendiri sebagai contohnya. 

Sedikit ngebahas tentang konsep menikah dan menghabiskan sisa hidup berdua menurut saya— mungkin bagi pasangan muda yang sedang dimabuk asmara, menjalani kehidupan berdua bareng counterpart itu ibarat gibberish “a love so smooth as sweet as sugar candy baby.” Bayangin kemana-mana gandengan, makan suap-suapan, merencanakan nama anak dengan nama yang ngebacanya sesulit mata pelajaran aljabar— talking about future naively and full of rainbow and unicorns. Mungkin itu semua bisa terwujud kalau kamu menikahi sahabatmu, atau orang-orang yang bener-bener you’re meant to be with. Namun, faktanya manusia adalah makhluk paling egosentris. Seseneng-senengnya kamu berbagi kehidupan dengan pasangan, akan selalu ada gesekan ego diantara keduanya. Apalagi di kasus saya dan Grace yang tidak melewati masa pacaran.


Marriage is hard as hell. Komitmen yang dijaga di dalamnya nggak main-main. “Aku mencintaimu apa adanya” terdengar so sweet waktu pacaran, tapi tidak saat menikah. Kedua belah pihak kudu adjust menyesuaikan satu sama lain agar ego masing-masing tidak bersinggungan, untuk mencapai tujuan esensialisme Platonis: kebahagiaan bersama. And to let go our ego for someone else is the hardest thing to do.

Balik ke Grace. Waktu kenalan sampe awal-awal menikah, kami masih jaim— otomatis yang kelihatan cuma yang bagus-bagus aja. Then when we gave it some time, the true Grace revealed. Saya sensing Grace ini orangnya kayak roller coaster. Saat dia senang, hepinya nggak ketulungan dan meledak-ledak. Kalo udah gini biasanya dia jadi rese. Dia memaksa saya untuk merasa senang juga kemudian nyuruh saya melakukan hal-hal yang dia mau just to feed her ego over and over. Seperti saat kami mengunjungi Trick Eye Museum Sentosa. Grace semangat 45 berpose dan minta difoto ratusan kali. It was fine by me. What's not was.. Grace memaksa saya untuk ikut pose-pose juga padahal saya tidak tertarik. I guess my face here explains everything.


Pas lagi bete, semua keliatan salah di mata dia. Pernah ada satu kejadian— Ubii jatuh dari kasur pagi-pagi gara-gara Grace ketiduran. Apa yang dia lakukan? Nelpon saya yang saat itu ada meeting di kantor, menyalahkan saya kenapa pergi ke kantor pagi-pagi. Tahik, kan? Anyway, Grace juga sadar akan hal ini— dia nggak bisa channeling emosi dengan pas, yang sering membuat kami berhipotesa bahwa doi mengidap bipolar. Perangai dia bikin saya juggling with feeling juga— bisa loh 1 jam kita ketawa heboh, lalu jam berikutnya dia bete gara-gara hal kecil. Karena trait dia yang seperti ini, sahabat Grace sedikit. Inner circle pertemanan dia bisa dihitung pake jari tangan. It’s very hard to handle her. Saya jadi ingat, awal nikah dulu Mak Hwa (neneknya Grace) bilang ke saya, “Yang sabar ya, Dit.” Mungkin ini maksud Mak.


How to deal with it? Karena bukan psikiater, saya main intuisi aja. Saya pernah mengikuti pelatihan sales, dan diajari tentang building rapport. Saya beberapa kali mencoba hal ini ke Grace saat roller coasternya kumat, dan berhasil. So, building rapport itu sebenarnya teknik yang sering digunakan departemen sales di perusahaan-perusahaan multinasional untuk menjaring konsumen dengan satu main goal: to earn the trust. Caranya? Ada beberapa teknik, namun yang paling sering saya gunakan ada dua: matching her body language (postur badan, sikap tangan), dan maintaining eye contact. Awalnya saya copy semua gerakannya Grace diam-diam. Saya menunjukkan gestur empati ke Grace. Beberapa menit kemudian, saya mendapati Grace yang gantian mengikuti gestur tubuh saya. Ini pertanda bahwa saya sudah earn her trust, we’re on the same level, and I’m able to control her. Jangan salah sangka dulu. Ngontrol disini bukan berarti saya merasa lebih berkuasa or something— saya hanya membimbing Grace untuk adjust feelingnya. Saat luapan emosi bahagianya meledak-ledak, saya coba atur agar dia bisa menahannya dan behave accordingly. Saat dia sedih, saya coba pake teknik itu buat lift her spirit up.

Toxic behavior selanjutnya adalah sering negative thinking (astaghfirullah, ukhti). Yes, Grace is the queen of prasangka buruk. Contrary to popular belief, suudzon sometimes is a good thing karena dengan ini Grace hampir selalu siap menghadapi masalah dengan ekspektasi skenario terburuk. Namun tetap aja, yang namanya toxic behavior yah, imbasnya ngga enak. Contohnya adalah saat saya pengen bersikap manis dengan membelikan dia hadiah, ataupun saat saya tawarin pijat (punggungnya Grace keras banget gara-gara sering gendong Ubii), atau apalah— dia selalu tanya, “Kamu kok so sweet banget sih? Habis selingkuh ya?” Sungguh, pernyataan ini membuat saya merasa seperti Scrooge McDuck yang kehilangan koin kesayangannya: AMBYAR.


How to deal with it? Sabar adalah mandatory. Cewek ngga sabar, bisa menyalahkan hormon. Cowo ngga bisa sabar saat cewe kehilangan logikanya dan menyalahkan hormon lalu menyalahkan cowonya? Kelar. Duh maaf paragraf ini seksis sekali. Intinya, sabarin— lalu observe. Biasanya kalo saya observe si Grace sedang bisa diajak bercanda, saya malah menggoda dia. “Iya Mi barusan aku jajan di panti pijet, short time 800 ribuan,” atau “Iya tadi ketemu Mami Sasazaki di jalan terus kita ngamar.” Kalau pas beneran spaneng ngga bisa diajak becanda, biasanya saya bedah perut saya sendiri lalu masang selang plastik biar ususnya tambah panjang. Hahaha kidding. In this case saya biasa play cool by replying, “You’ve known the answer.”

"The answer" is Mami Sasazaki is so freaking awesome!


Poin berikutnya dari toxic behavior Grace adalah tempramental. Ibarat mercon Leo, Grace ini sumbunya pendek sekali. Kriwikan dadi grojogan, bahasa Jawa nya. Masalah kecil seperti salah beli barang bisa bikin dia senewen. Jika ada orang datang ke rumah kami, ada sesuatu yang janggal: kursi meja makan rumah cuma ada tiga. Harusnya empat. Satunya kemana? Dibanting Grace sampe kaki-kakinya patah pas kita berantem. Gara-garanya kenapa, saya lupa. Nggak cuma kursi— laptop kerja Macbook Pro 17 inch dan Apple Time Capsule saya pernah jadi korban juga. Luapan emosi yang macem gini yang bikin sabar saya habis seketika.

How to deal with it? Saya menyingkir. Pergi jauh dari rumah. Soalnya kalau sudah dihadapkan dengan scene seperti itu, saya juga pasti ikutan emosi. Saya pergi jauh untuk menghindari hal terburuk dalam pernikahan: kekerasan fisik. Saya pernah melakukannya. Saya tidak bangga dan sangat menyesal sampai sekarang. Makannya, daripada terulang lagi, saya memilih buat pergi. Begitu berhasil menata emosi, saya balik rumah lagi. Biasanya Grace juga udah kaleman setelah beberapa jam. Kalo udah ada momentum, kami langsung ngobrol untuk menyelesaikan perkaranya. Yang jelas, kami sepakat ngga boleh ada masalah yang dipendam terlalu lama. Bisa jadi penyakit hati.

PS: Sekarang Grace sudah jauh lebih bisa mengontrol tempernya setelah kami ikut hipnoterapi bareng. Ngga se-anarkis dulu— sekarang paling mentok cuma teriak dan nangis mewek. Saya peluk sebentar juga kaleman.


Cara lainnya adalah, be silly. Jadilah penghibur. Tawa adalah air buat bara emosi. Nggak usah bawa gengsi kalo udah di ranah ini. Ada contoh, kejadiannya baru aja kemaren. Grace agak senewen karena saya seharian ngga ada kabar— sibuk ceritanya. Sampe rumah, telepon saya ngga diangkat. Lalu apa yang saya lakukan? Mengirim foto saya berpose ala Kyary Pamyu Pamyu di kamar mandi ke doi lewat sms:


Apa yang terjadi selanjutnya? Grace langsung balas sms saya seketika, tanpa ada kesan marah sedikitpun. Sungguh efektif…

Walaupun harga diri saya hancur.

You've seen it. Now I have to leave. Good bye~


Insecurity bisa dibilang adalah common problem buat manusia. Nggak pernah puas, lalu malah jadi mikir yang engga-engga sebagai katalis. Grace salah satu yang punya masalah ini. Sepele sih sebenernya. Doi sebenernya suka bereksperimen dengan fashion, namun dia kurang pede untuk menjajal sesuatu yang di luar jalur. Lalu, suatu hari Grace diajak Mama saya jalan-jalan sambil belanja baju. Pulang belanja Grace punya kebiasaan buat pamer ke saya apa aja yang dibeli. Waktu itu ada satu barang yang dia beli: jegging warna biru persia gitu. Ngga ada yang salah dengan jeggingnya. Bagus pas dia pake. 


Waktu itu saya cuma komen, “Wah kalo pake itu kamu jadi kayak kader partai Demokrat.”

Sontak Grace ogah pakai celana itu lagi. Besoknya, jegging dikasih ke nanny.

Lalu saya bengong.


How to deal with it? Sejak saat itu saya nggak pernah komentar apapun lagi soal sandangan Grace. Lesson learned.


Lalu ada inconsistency. Setahun pertama pernikahan saya dihiasi dengan marah-marahnya Grace karena saya orangnya clumsy. Saya ngga bisa rapi. Sampah harus segera dibuang, piring harus ditata rapi sesuai tempatnya, dan sebagainya. Dimarahin gitu awalnya keki sih ya. Tapi saya mikir, ini buat kebaikan saya juga. Lama-lama saya belajar untuk mengimbangi ritmenya Grace yang serba teratur itu. Namun kemudian saya notice si Grace ternyata juga clumsy abis, dan saya kuatir kalau dibiarkan berlarut-larut, bakal jadi kebiasaan buruk dia. Grace sering saya jumpai menumpuk sampah kertas obatnya Ubii di meja makan. Dongkol ngga sih ngeliat orang yang dulu marah-marahin kita, sekarang malah melanggar semua omongannya sendiri.

Dan ada satu kebiasaan Grace yang gagal saya nalar. Kebiasaan yang menguatkan dugaan saya bahwa Grace ada gejala bipolar. Pernah nonton film Infinitely Polar Bear yang diperankan oleh Mark Ruffalo? Di situ diceritakan, Cam Stuart, tokoh utamanya, memiliki bipolar disorder. Grace belum sampai setempramental Cam Stuart sih, alhamdulillah. Tapi ada satu yang mirip. Seperti Cam Stuart, Grace  suka menumpuk barang bekas (dengan dalih untuk dijadikan mainan DIY anak-anak) dan Grace selalu merasa harus membongkar semuanya dalam satu ruangan untuk kemudian dibereskan, ditata sesuai yang dia mau, dan dikelompokkan sesuai rencana dia. 


Kebiasaan ini selalu pada akhirnya membuat Grace kecapekan dan begadang. Dan herannya, dia tidak kapok. Akhirnya saya harus berusaha berdamai dengan kondisi ruangan yang tidak selesai dia bereskan, lalu bersambung entah sampai berapa hari ke depan.

Jika fase ini sedang kumat, Grace sampai merasa harus menitipkan anak-anak ke rumah Mama saya sehingga dia bisa membongkar seisi rumah untuk kemudian ditata serapi dan seorganized mungkin sesuai standarnya. Tapi sejauh ini, saya menganggap ini me time nya Grace. Yang tidak akan bisa saya pahami.

How to deal with it? I confront her immediately. Kenapa? Soalnya, saya ngga mau rasa respect saya ke Grace hilang gara-gara dia melanggar aturan sendiri. Konsistensi bikin kita gampang dapetin kepercayaan dan respek dari orang lain. It’s all about fidelity and it’s very very important thing to look after in marriage, I think.

***

Saya yakin Grace berusaha keras buat jadi istri yang baik buat saya dan jadi ibu yang baik buat anak-anak saya. Saya ngga pernah ragu akan integritas dia as a wife and mom, sama seperti saya nggak meragukan mimpinya untuk bisa bermanfaat buat orang lain. Dan, saya juga pastinya punya banyak toxic behavior yang bikin Grace annoyed (I bet she’ll write a post about it soon). The bottom line is, menurut saya selain punya cara komunikasi yang baik, tahu kelemahan pasangan dan tahu cara mengatasinya adalah hal esensial buat kehidupan pernikahan. Kelemahan doi jangan dijadikan excuse untuk membenci pasangan. Embrace his/her weaknesses and turn them into strength. Because marriage life is a lifetime commitment, and it needs a lot of strength from both sides.


Daripada perasaan saya pudar karena mengingat kelemahan doi melulu, saya mencoba untuk ingat-ingat hal-hal yang saya suka dari Grace. Perhatian nya. Dulu saat saya masih kerja di Jogja, hampir tiap hari Grace berusaha membawakan bekal untuk saya. Walaupun menu nya selalu berkisar di roti bakar dan pizza mie. Dia cuman main gonta-ganti selai aja. But it's not a problem. Saya tahu Grace nggak jago masak. And I'm fine with that, like totally fine. Yang bikin saya merasa diperhatikan adalah note-note kecil yang selalu ditempelkan Grace di kotak bekal saya.


Ini salah satu hal yang saya kangen setelah kami LDR-an.

Baca: LDR Dengan Suami

Baca: Diari Papi Ubii #4: The Motherf*cker Called Distance

Dari 2012 sampe 2016, setiap pagi melihat seonggok daging berdaster tergolek tepat di samping wajah saya, dengan nafas yang baunya alamakjang (kadang kalau beruntung, pipi tembemnya tergaris beberapa tetes iler) yang membuat saya diam tanpa gerak memandang langit-langit kamar dan mempertanyakan apakah saya bisa mencapai kebahagiaan hakiki bersama makhluk sipit satu ini.


LOL JK.

Tabik!

***

Grace:

Dari sejak awal kami bersama, ceileh, saya sudah bilang ke Adit:

"I'm a difficult person to be with. Brace yourself."

Jadi, harusnya dia nggak kaget lagi. Hahahaha. LOL. **membela diri banget**

Tapi, beneran, deep down inside saya bersyukur bisa jadi partner hidup Adit karena dia mau menerima saya yang sesulit ini. Plus, dia mau berusaha mencari alasan di balik sifat saya yang kayak gini. Kayak pas saya lagi sering banget marah sampai tidur pun mengigau marah-marah, dia mau yang cari info tentang hipnoterapi. Mau cari info tentang bipolar disorder, meskipun sampai saat ini saya belum merasa perlu konsultasi ke psikolog untuk dugaan ini sih. Untuk Adit, everything happens for a reason and the reason can be explained scientifically. Jadi dia nggak segan cari info tentang psikolog, psikiater, komunitas, atau hipnoterapis. 

But, on my defense, Adit juga jadi lebih 'bergerak' sebagai breadwinner, suami, ayah, dan human being karena sifat saya yang cerewet dan penginnya semua berjalan sesuai rencana ini kok. So, Adit, kamu juga sebaiknya bersyukur punya istri macam aku, ya! Kita tuh udah saling melengkapi. Jadi nggak usah rese deh!

BAHAHAHA.

Adit sudah nebak mungkin saya bakal nulis post macam ini untuk gantian cerita tentang hal-hal yang nggak saya suka and how to deal with those. Maybe, I'll write about it some time later. Tunggu, pembalasanku, Aditya!

PS: I'm hotter than Mami Sasazaki.

***

Anyway, maafkan tulisan ini panjang bukan main. I guess, Adit kayak saya, sekalinya nulis bisa terlalu semangat. Semoga kalian nggak kapok baca dan tungguin Diari Papi Ubii dua minggu lagi yah! Ada yang mau ikut ngobrol soal pasangan? Terlebih tentang tips getting along nya. Silakeun loh jangan malu-malu.

:)))

Diari Papi Ubii edisi #1-5 kalau kepengin baca, klik page DIARI PAPI UBII di atas yah. Mau request tema Diari Papi Ubii? Boleh jugaaa, monggo di komentar yaaaa ^___^



Love,







Picture credits:
1: static.srcdn[dot]com/slir/w1000-h500-q90-c1000:500/wp-content/uploads/The-Pale-Man.jpg
2: 66.media.tumblr[dot]com/2f95e4ba9059c22562471b3419f7a74e/tumblr_nxrubcrPX71qdm4tlo2_500.gif
3: i3.kym-cdn[dot]com/photos/images/original/000/883/622/d2e.png
4: nihongogo[dot]com/wordpress/wp-content/uploads/2015/05/An-Interview-with-Japanese-Pop-Rock-Band-Scandal-Mami-681x1024.jpg
5: 66.media.tumblr[dot]com/5f984ee83fa29bdac8fb2ece9ab354c3/tumblr_no9cosSxFz1uvuwdlo1_400.jpg
6: beritaenam[dot]com/images/20160706081209-sby.jpg
7: kanalsatu[dot]com/images/20131126-174250_48.JPG
8: cl[dot]ly/1V1M3Y173L2U/IMG_6197.jpg

58 comments:

  1. ahhahaha lucu dan keren postingannyaaa

    ReplyDelete
  2. Wkwkwkwkwkwk. Kekhawatiran saya tidak terbukti. As usual Mas Adit nulisnya cespleng dan tuntas. Gak bikin orang tergiring buat bersuudzon. Malah kasih insight how to deal with some of issues. Great job!

    ReplyDelete
  3. Bwahahahahhah...ya ya...jadi makin kenal mami ubii nih lewat postingan ini :)

    ReplyDelete
  4. Ya ampun baru sekali ini baca diary papi ubi, dan suka... lanjutkan dyt. Untuk gessie... kalian pasangan muda yg keren ����

    ReplyDelete
  5. Aku sama bapake ocel juga gak pacaran deh kayaknya, wong Dr awal deket sampe nikah gitu gitu aja
    Bedanya, skr udh gak perhatian lg kaya jaman blm dapetin hatiku 😂
    Dulu kan sering ditanyain, kamu udah makan ? Kamu bla bla bla yg basi basi gitu deeh, tp saya sukaaaaa 😭😭
    Skr boro boro hahahaha
    Kalian kereeenn, bisa menyesuaikan, saling mengerti memahami kita kapaan ? Kapaaaan ?
    Bedanya sih kita jarang ribuut, paling ijk ngambek ngambek dikit ada laah, itu juga grgr kurang di 'basiin' pagi
    Udah 2 taun gini gini aja, rindu masa masa Om Om gede itu perhatian hahahaha
    Maap jd curhaaat
    Selalu suka tulisan papi ubi yg memandang dr sisi gue banget
    Soalnya cara pandangku ke pasangan kaya dia, dan cara suamiku kaya mami ubi. Nah loohh.. hahahaha

    ReplyDelete
  6. adit tuh kalo nulis suka mengaduk2 perasaanku, mak... hahaha... gw baca ini malah jd mbrebes mili terharu sekaligus ngikik... apalagi liat mukamu digambar adit gtu. kalian emang cuco' ya cyiin... hehe.
    Ada sedikit miripnya nih, sm suamiku... kalo gw lg ngambek malah blio acting konyol2 ga jelas kek Adit ginih. haha. keren lah papii ubii... :)

    ReplyDelete
  7. wahahaha kader partai demokrat.

    papi upii, salam super yah

    ReplyDelete
  8. Ngakak pas baca Gessi ngiler wkkwkwkw
    Selalu suka baca tulisan Adit

    ReplyDelete
  9. Mas adiiit suka banget sama tulisannya! Berasa kesentil terus ketampar ��. Emng bener yah kehidupan tahun2 pertama pernikahan rasanya kaya naik roller coaster. Aq kira aq doang yg ngalamin. . .keep writing yak mas!

    ReplyDelete
  10. Mas adiiit suka banget sama tulisannya! Berasa kesentil terus ketampar ��. Emng bener yah kehidupan tahun2 pertama pernikahan rasanya kaya naik roller coaster. Aq kira aq doang yg ngalamin. . .keep writing yak mas!

    ReplyDelete
  11. Ini siapa yang motong bawang deket aku? Kenapa mata aku berair begini? Kenapaaaa?

    ((DRAMA))

    Tapi beneran, semua yang dibeberin panjang lebar sama mas Adit ini IYA BANGET. Terharu bacanya, ini penting nih buat jadi panduan dasar suami dalam menjadi kepala rumah tangga. Hehe..

    Betewe...'Aku Preman' yang ditulis di dahi itu kebayang-bayang terus, buahaha, isengnyaaaa

    rukun dan bahagia yaaa mami&papi ubii (dan cimoll juga :p)

    ReplyDelete
  12. ganti kek jangan dua minggu sekali dong nulisnya... seminggu sekali ajaaaaa *lalu sakau*

    ReplyDelete
  13. Jangkrik!!! Serius Mami Ubii, kalo saya nongkrong bareng orang kaya Adit bakalan ngomong JANGKRIK bertubi2...bahahahaha segala rupa itu picture pendukung bikin betah bacanya yaa allah....tolonglah, sesi Papi Ubii jangan 2 minggu sekali. Wkwkwkwkwk

    ReplyDelete
  14. wah, ceritanya seru dan natural eh gak terasa udah baca sampai selesai, tetap menginspirasi Mami Ubi dan Papi Adit *sok kenal*

    ReplyDelete
  15. Suka tulisan Adit..meski banyak bhs asing yg aq g ngerti artine babarblas..hahaaa..tp bhsnya mudah d pahami & keren... Jempol empat buat kalian berdua.

    ReplyDelete
  16. Duh iseng banget sih gambarin muka 😄😆😀

    ReplyDelete
  17. Mami Ubiiii, saya mau komen apa ya? intinya semua RT ternyata warna warni yaaa

    ReplyDelete
  18. Aku nangis nahan ketawa baca ini di kantor...
    NB : BALE-BALE apaansi?

    ReplyDelete
  19. suka banget masa bacanya :)) bisa sedetail itu ternyata seorang laki2 dalam mengerti perempuannya azek

    ReplyDelete
  20. Aku preman, wkwkwkw :D iseng bgt gambar yang beginian :D

    ReplyDelete
  21. Baca ini kayak baca isi hatinya suamiku juga..haha. Dia malaikatnya, aku monsternya hehe

    ReplyDelete
  22. Kdg aku merasa aku jg monster, haha.

    ReplyDelete
  23. Hahaha baca isi blog ka adit yang ini jadi mikir ke diri sendiri..kalo marah marah suka alibi karena sindrom PMS hahaha dan betul sekali rada bete ya kalo liat suami ga langsung letakin barang" ke tempatnya (misalnya sampah ke tempat sampah atau piring kotor ke cucian piring dll arwwwww, aku baru maried bulan april lalu semoga bisa melewati 5tahun ini dengan baik AMIN

    ReplyDelete
  24. tulisannya keren... jernih banget... Keep inspiring Mami & Papi Ubii...

    ReplyDelete
  25. Jadi kepikiran..suamiku liatnya aku kayak apa ya.. Monster juga kali yaa??? Soalnya aku juga sering ngomel2 klo capek..😊

    ReplyDelete
  26. Pasangan keren, punya gaya nulis yang sama-sama kerennya.. fix langsung ngefans sama papi ubi *eh* haha..

    ReplyDelete
  27. Wkwkwk..seperti tumbu ketemu tutup. Kalian emang jodoh Mba.. Pak Adit sabar banget yaa..dan tipikal laki2 bertanggung yg cerdas dan banyak akal. :v

    ReplyDelete
  28. bwhihihihik. aku ndak cengar cengir sepanjang baca ini. sepertinya kita punya cara pandang yg sama dengan Adit pada pasangannya. yang kerennya Adit bisa berkompromi dengan semua itu dan menghadapinya. prok prok prok ! :D

    aku jadi belajar banyak banget, dari sini ;)

    ReplyDelete
  29. wahahahhaha kocak, tapi banyak hal yang bisa saya ambil dari tulisan ini. terima kasih udah berbagi ceritanya. ditunggu updatenya :D

    ReplyDelete
  30. aku ketawa ngikik malam-malam, moga ga ada yang ikutan ngikik di belakang, laalu merinding....


    tulisannya keceeeeeeee :)

    ReplyDelete
  31. Wah kocak banget tulisannya, tulisan "aku preman" apalagi hehe

    ReplyDelete
  32. Mbakk Grace, bagus tulisannya Mas Adit. Waktu saya sharing ke suami, dia bacanya sambil ketawa plus mbrebes mili. Karakter kita banyak yang sama. Jadi nyambung bacanya :D. Terima kasih Mas Adit, saya jadi introspeksi. Semoga kedepannya kami bisa mengurangi toxic behavior in our marriage. Salam kena ya Mbak Grace..

    ReplyDelete
  33. Aaak suka. Papi ubii jago nulis juga ya haha. Ngakak bacanya nih LOL

    ReplyDelete
  34. suami istri pinter nulis..keren eui..

    curiga.. kalo tulisan papi ubii lebih panjang..cuma dipotong2aja sama yg punya blog hahahah

    ReplyDelete
  35. kenapa ya Ges, aku lgs ngakak pas baca bagian, "kamu kok so sweet banget, abis selingkuh yaa" wkwkwkwkwkwk... jleb bgt sih... ga kebayang kalo aku ngomong gitu ke suamiku ;p

    ini kamu beneran Leo? soalnya biasanya yg moodnya cepet berobah2 gini , itu gemini ;p.. aku juga gitu soalnya.. mood bisa berubah secepet kedipan mata... sekarang happy kebangetan, trs suami salah nyebut dikit aja, lgs bad mood sampe males ngomong ama dia mpe besok..

    Tapi aku ma suami ga ngalamin sampe 'seheboh' kalian berdua sih :D.. mungkin krn suamiku jauuuuuh lbh sabar dan pengalah... jd kalo istrinya ini udh bad mood dan ga bisa disenggol dikit, dia diam, dan menjauh.. ujung2nya sih aku jg yg ga enakan dan lgs introspeksi duluan :D.. makanya bisa dibilang berantem sampe yg teriak2 dan ngamuk itu, kita baru sekali doang.. itu jg bntar krn suami lagi2 ngalah :D Ngontrol kesabaran kalo buatku yg masih PR banget sampe skr -__-

    ReplyDelete
  36. papi Ubiii.... aku sukaaaa sekali tulisannyaaa!

    TTD
    Oma Tanti - (DPR's mode on)

    PS
    Grace suka menumpuk barang bekas (dengan dalih untuk dijadikan mainan DIY anak-anak) dan Grace selalu merasa harus membongkar semuanya dalam satu ruangan untuk kemudian dibereskan, ditata sesuai yang dia mau, dan dikelompokkan sesuai rencana dia.

    Percayalah, hingga kiamat ini akan berulang.
    over and over. (-__- )v

    ReplyDelete
  37. Tunggu sampe kalian udah 15 tahun nikah dan masih suka ribut geje. Hahahahaha.. Suamiku sampe bilang kalo ada Rifka Annisa (lembaga perlindungan kekerasan terhadap perempuan) buat laki-laki, dia mau daftar. Hahahahaha...

    ReplyDelete
  38. Super blak-blakannya makges, hihi. itu..tuh yang lagi tidur dilukis mukanya itu, natural banget ekspresinya ;). Semoga harmonis selalu ya kalian ;)

    ReplyDelete
  39. Berasa nonton drama korea baca postingan inim segeeer

    ReplyDelete
  40. Halooo, Mami Ubii... salam kenal yaaa :D

    Suka deh baca tulisan-tulisan Mami dan Papi Ubii.
    Itu yang bersih-bersih sama banget kayak saya me timenya. Barang-barang yang ngga bersalah dibongkar, terus ditata berdasarkan kategori yang dipengeni dan itu seharian selama libuuurrr, wkwkwkwk :D

    ReplyDelete
  41. Keren! Kayanya kita samaan deh sifatnya mbak Grace.. Aku jg sering berpikir jangan2 aku bipolar.. Untung kemarin habis ikut SEFt aku merasa tdk perlu ke psikolog.. :D dan bersyukur ya kita pny suami2 luar biasa :)

    ReplyDelete
  42. foto yang paling bawah, bikin ngakak. Tulisan ini bisa menginspirasi siapapun, bahwa menjadi pasangan, gak segampang membalikan telapak tangan, apalagi pasangan yang memiliki banyak perbedaan. Harus membuang egonya dan harus bisa saling mengisi, bukan malah saling menyalahkan. Semoga bahagia selalu Grace-Adit :)

    ReplyDelete
  43. As always..you two are my most inspirational couples. You two bring out the best and the worst of each other to make a solid couple. May your family be blessed with all the goodness and happiness, Gesi and Adit.

    ReplyDelete
  44. Aku ketawa bacanya sambil ngaca ke diri sendiri...suuzon yg ga kebukti itu aku banget...

    ReplyDelete
  45. Papi ubii nulisnya bisa seminggu sekali gak yaaa...I'm addicted neeeh...

    ReplyDelete
  46. Saya baru kali ini baca diarinya. Sumpah inspiratif meski bacanya kadang sambil ngekek2 karena dillengkapi ilustrasi yang "tepat". Keep on cool couple for both of you

    ReplyDelete
  47. ya ampun itu muka digambari hahahaha, iseng banget papi Ubii.
    Tulisannya keren, enak dibaca. Wah bentar lagi semakin banyak penggemar tulisan papi Ubii lho Ges, nggak merasa tersaingi? *kompor hahaha :D
    Semoga bisa melewati perkawinan 5 tahun, 6, 7 tahun dan sampai selamanyaaa ya.

    ReplyDelete
  48. ini suami istri kl nulis emang sama2 mengaduk emosi banget, sukaaaa!!

    ReplyDelete
  49. tulisannya jujur dan apa adanya yang emak grace jangan marah ya...tidak ada emak2 yang sempurna begitu juga suami suka tulisan bapake adit

    ReplyDelete
  50. tulisannya jujur dan apa adanya yang emak grace jangan marah ya...tidak ada emak2 yang sempurna begitu juga suami suka tulisan bapake adit

    ReplyDelete
  51. Gesiiii, im your silent reader and adit's friend too.. blm sempet ngucapin makasih langsung ke km, makasih udah dikirimin bukunya, aku mau beli loh sebenernya tp adit dimintain nomer rekening gak ngasih.. katanya hadiah dari Ubii buat aku.. makasih, makasih..
    Btw, sumpah aku ngakak bgt liat foto yang terakhir.. itu kocaknya gak ada yg ngalahin, lbh kocak dari pose adit yg niruin agnezmo!!

    ReplyDelete
  52. Suka banget bacanya sampek ketawa sendiri XD my partner in crime namanya juga adit dan sama2 fanatik Scandal Sasazaki Mami hahahah

    ReplyDelete
  53. Kyaaa... *ala-ala
    Mas Adit dan Mba Gesi ini yaah, nggak ngebosenin banget deh baca tulisan kalian. Asli ada ngakaknya, ada terharunya.
    Sooo sweet.

    Selalu dapet pelajaran tiap baca postingannya. Makasih, mami papi ubii😊😊😊

    Btw, aku kok ya sama kaya mb gesi loh. Suka bongkar2 trus nnti lama berhari2 baru beres demi mencapai susunan yg diharapkan. Apakah ini adalah ...

    *buru-buru mau cari film yg disebut Mas Adit tadi

    ReplyDelete
  54. Baru baca ini dan saya baca sampai habis :D

    BTW, banyak orang tak memiliki kemampuan untuk menalar kelebihan pasangan selain kekurangannya. Menalar kekurangannya pun malah dijadikan alasan untuk berpisah Sedih ya.

    Semoga tulisan ini menginspirasi banyak pasangan di luar sana.
    Suka.

    Kalian berdua luar biasa, mau berbagi seperti ini dan menulisnya dengan sangat baik.

    ReplyDelete
  55. Inniiiihh tulisan haappaaahh???!!!! Bikin gue ngakak-mewek-ngakak-mewek repeat!!!!
    Soalnya macem ngaca! Gesiiii oemjii, we 're so similar in certain wayyy.. cumak suami gue aja gak sesabar adit ngadepin gue wkwkwk..
    Dear gesi.. im still dealing with those insecurity and trust issue. do you have any idea how to handle those two? Because really.. on and off to therapist really cost my time :'((((

    And adit!!! Would you mind sharing your amazing ways to hanle that cute lil monster called wife yo my husband, cause really.. i think he desperately need one! LOL..

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^