Friday, December 2, 2016

When Being A Mother Isn't Enough


When Being A Mother Is Not Enough. Beberapa hari lalu, saya me time malam-malam dengan menonton film Sex and The City (2010). Aduh film ini ya, ditonton berkali-kali nggak bikin bosan juga. Film nya sih. Kalau series nya saya nggak gitu ngikutin.


Saya suka banget 4 karakter utama nya: Carrie Bradshaw, Samantha Jones, Charlotte York, dan Miranda Hobbes. I love their friendship. Selalu bikin saya inget sahabat-sahabat 11 tahun saya. And, I really love the dialogues. 

Di Sex and The City Movie yang saya tonton kemarin, ada 1 dialog yang diucapkan sama Miranda Hobbes, yang cukup terngiang-ngiang di kepala saya:

Sometimes, as much as I love Brady, being a mother just isn't enough. I miss my job.

Ceritanya di situ, Miranda yang berprofesi sebagai pengacara abis resign dari firma hukum dan menjadi stay at home mom for quite some time.

I really think that the dialogue is so... relevant. 

Dulu saya punya pekerjaan tetap di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris. Bukan pekerjaan yang membuat saya mendapatkan income fantastis per bulan. Bukan juga pekerjaan yang prestijius. But it made me have something to do beside being a mom.

Setelah resign supaya bisa fokus menemani Ubii terapi-terapi, saya sempet kayak apa ya, linglung. It's like saya bingung mau ngapain. I'm just not accustomed to staying at home doing chores and taking care of kids. It's just so not me.

Saya terbiasa sibuk, atau sok menyibukkan diri sejak kuliah. Dulu saat kuliah, saya nyambi jadi content writer dan guru les bahasa Inggris at the same time. Tugas saya sebagai content writer jaman dulu adalah bikin minimal 8 artikel masing-masing 200 kata. Kadang ada brief 300, 400, atau 500 kata. But, mostly 200 kata. 1 artikel 200 kata dulu dihargai Rp. 2.500,- which was nggak banyak. Tapi untuk anak kuliahan yang uang jajan masih ditransfer orangtua, kuliahnya di Jogja (yang apa-apa murah) pula, bisa dapet Rp. 2.500,- x 8 x 30 (dengan asumsi saya tiap hari bisa kerjain 8) selama sebulan itu udah merasa kaya banget. 

Level merasa kaya saat kuliah adalah bisa jajan pop ice pakai topping keju dan chocochips. Hahaha. LOL. 

Dari jadi content writer, saya bisa dapet Rp. 600.000,- per bulan, kalau ditambah honor freelance English tutor, bisa lah dapet satu jeti per bulan. Jadi saya terbiasa harus punya uang sendiri. Belum sampai level bisa bayar duit kuliah sendiri sih, Mama dan Papa full bayarin kuliah, kos, dan kasih uang bulanan. Tapi dengan punya tabungan sendiri, saya merasa secured. 

But, it's not just about the money. The feeling of doing things selain jadi anak kuliahan juga bikin saya puas. Saya kayak butuh rutinitas lain selain jadi mahasiswi. Intinya, saya terbiasa punya dunia lain selain kewajiban/peran utama saya.

Setelah saya resign untuk nemenin Ubii terapi itu, jadinya saya hanya menjadi seorang ibu. I know, menjadi ibu nggak bisa dikatakan dengan HANYA because being a mom has so many things to do. Pekerjaan ngurus anak dan ngurus rumah nggak pernah ada habisnya. Nggak ada cutinya, nggak ada liburnya. It sticks with us setiap saat.

Tapi yang namanya karakter dan kebiasaan. Pokoknya saya sempat ngerasa ada yang hilang, gitu lah. Why is it so hard to explain ya. Hahaha.

Akhirnya saya sempet coba jualan headband bikinan sendiri. Dari segi pemasukan jualan headband, ya nggak banyak sih. Tapi lumayan untuk pegangan diri sendiri. Dari segi self-fulfillment, it was satisfying. Terus saya mulai nggak sempat memenuhi orderan-orderan headband dan mulai keteteran. Akhirnya mandeg. Pelarian saya menjadi lewat blogging.

I love blogging. I love my blog. Saya bisa mengaktualisasikan diri saya dengan ngeblog. Saya bisa 'kabur' dari rutinitas of being a mom dengan blogging. Tapi saya tetap bisa 'kembali' ke kewajiban jadi ibu sewaktu-waktu, karena ngeblog saya fleksibel dan nggak harus meninggalkan rumah tiap hari. Paling cuman kalau ada event doank. Event pun biasanya cuman beberapa jam. Event yang sampai nginep, kayaknya saya baru dua kali. So, yea, I do love it.

I don't know how about you, moms. Kalau saya, ada banget momen-momen di mana saya jenuh cuman dengan rutinitas ibu-ibu saja. Apakah kalian juga ngerasain itu?

If you do feel it, too, I suggest you to have something else sebagai sarana. Sarana melepaskan kepenatan setelah seharian ngurus anak dan beberes rumah. Sarana mengaktualisasikan diri. Sarana melepas stress. Sarana untuk melepas rindu terhadap diri kita pure sebagai diri sendiri, bukan diri kita yang istri nya siapa dan ibu nya siapa. 

Adit paham banget kebutuhan saya untuk melepas kangen sama diri sendiri. Kayak yang dia tulis di tulisan Diari Papi Ubii terbarunya:

Grace was not Ubii/Aiden's mom or Adit's wife at the beginning. She has been Grace Melia Kristanto. Kadang kita luput memandang bahwa seorang cewe yang sudah menikah dan menjadis eorang ibu juga butuh suatu kegiatan yang mengesampingkan predikat doi sebagai istrinya si ini atau ibunya si itu. Dia butuh kegiatan dari, oleh, dan untuk dirinya sendiri. Saya tidak mau membatasi ini-itu selama kegiatan Grace tidak melanggar hukum macam membakar panti asuhan ataupun membuang hajat di teras rumah orang.


Saya pernah ngobrol sama temen deket saya, Kunti namanya. Dia juga mengamini banget bahwa jadi istri dan ibu emang butuh pelampiasan, beda-beda aja sarananya.

Demi kewarasan hati, pikiran, dan jiwa, mari temukan sarana kita masing-masing, moms. Sarana di sini nggak harus diartikan dengan kegiatan yang wah. Anything that you love doing will do. Yang basically suka masak, bisa dengan bikin-bikin kreasi menu atau kue-kue. Yang suka jahit, bisa balik lagi lakukan hobinya itu. Yang suka utak-atik bikin craft, bisa bikin apa kek yang emang lagi dipengin. Pokoknya anything that makes you happy. Apapun yang bisa bikin kita melepas kepenatan setelah mengurus bocah dan rumah.

Hobi yang ditekuni, bisa juga menghasilkan. Misal nih, temen saya ada yang hobi banget masak. Hobi doank. Lama-lama dibisniskan dia bikin catering sehat untuk anak-anak di sekolah anaknya. Temen saya yang hobi jahit, dia jahit busy book biar sekalian bisa dimainkan sama anaknya. Eh sekarang laku dijual juga. Bisnis kecil aja emang. Tapi ketika apa yang kita suka ternyata bisa menghasilkan rupiah yang halal, pasti seneng dong ya.

I suggest you to not say, "Untuk ngurus bocah dan rumah aja waktunya udah habis, apalagi buat diri sendiri." Karena ya, kita harus sayang sama diri sendiri dong. 

I truly believe that ketika si ibu waras dan bahagia, kita juga akan mengurus anak-anak dengan lebih bahagia. Ya emang, kalau kita lagi sepet pun, kita tetep ngurus anak-anak. Tetep mandiin, nyuapin, blablabla. Tapi beda deh. 

Kalau saya sedang jenuh, saya mandiin dan nyuapin Ubii dan Aiden ya kayak robot. Asal mandi biar bersih demi mandi 2x sehari. Asal nyuapin yang penting abis dan kenyang. Kayak setengah hati. But when I'm happy and content, saya mandiin dan nyuapin sambil nyanyi-nyanyi, sambil ngomongin apa aja, sambil nunjukkin mainan/benda ini itu, sambil ketawa lebar.

So, yea, ayok temukan sarana pelepas kejenuhan kita masing-masing when we feel that being a mother just isn't enough.

Mine is blogging dan bikin craft. What's yours? Feel free to share yaaaa!

Note:

Dear husbands everywhere yang baca ini,

Sometimes kami, istri kalian, akan merasa penat. Itu wajar. Itu nggak jahat. Sama sekali bukan karena kami merasa udah ogah jadi istri dan ibu lagi. Sama sekali enggak!

Kami hanya kangen sama diri kami sendiri. Kami kangen punya waktu untuk melakukan hal-hal yang kami suka, murni untuk diri kami sendiri.

24/7 di rumah untuk anak-anak, pasti ada kalanya kami bosan. Coba deh kalau kalian jadi bapak rumah tangga, pasti bakal tahu rasanya gimana. 

So, please understand jika terkadang kami melakukan hobi kami atau meminta waktu untuk sendiri. Kalau kami belain begadang nonton drama korea, nggak usah lah ngomel kok kami begadang nanti capek, nanti apa dan gimana. Kami bakal bobo sendiri kok kalo udah nggak kuat melek. Kalau kami belain begadang untuk jahit-jahit sampai mungkin jari kami berdarah kena jarum, nggak usah lah suruh kami stop dan bilang, "Ngapain sih jahit sendiri, beli aja kali yang gampang." Karena yang kami dambakan adalah waktu nya. Waktu di mana kami melakukan apa yang kami suka. Drama korea dan menjahit cuman contoh aja. Sebaliknya, kami juga bakal berusaha mendukung hobi kalian.


Saat weekend kalian sedang libur ngantor, yuk ikut terlibat ngurusin anak-anak. Jangan malah, "Ah mumpung weekend, tidoorr sepuasnya ah!" Sesekali kalian mau dititipi anak-anak barang 1 - 2 jam lalu kami bisa memanjakan diri kami sendiri, it's much more than enough. 1 -2 jam bisa merdeka menjadi diri kami sendiri itu berharga sekali. Sekedar kami nonton TV tanpa direcokin atau makan tanpa buru-buru, itu sudah mewah untuk kami. Kalau emang situasi memungkinkan, boleh dong 1 - 2 jam kami terbang ke salon dekat rumah sebentar sekedar untuk creambath atau facial biar kami fresh. Banyak kok salon khusus perempuan kalau emang kalian nggak rela kami pergi sendirian ke tempat umum karena takut kami digodain.

Setelah 24/7 kami mengabdi untuk kalian dan anak-anak, wajar dan sah dong kalau 1 - 2 jam aja kami pengin dilayani sama kapster salon, dipijet kepalanya dan dibersihin wajahnya. We do it for ourselves, for our sanity. Tapi kalau kami jadi lebih segar dan lebih wangi, bonus ke kalian juga kan.

Membesarkan anak butuh teamwork. Please please get involved. Salah satu cara untuk terlibat adalah berkenan jagain anak-anak at least 1 - 2 jam aja saat weekend. Itu pun nggak setiap weekend juga kok kami kepengin me time. Sesekali doank kalau emang kami sudah penat to the max. 

And, we promise you, husbands. Saat kami kembali setelah membahagiakan diri kami sendiri, kami akan membuat aura rumah lebih hangat dan ceria. 


Dear kakak-kakak perempuan yang belum/akan menikah,

Someday, saat kalian sudah merasa klik untuk menikah, ajak calon suami kalian untuk mendiskusikan ini ya. Bikin rule yang jelas di awal tentang kapan, gimana, dan dengan apa kalian boleh membahagiakan diri sendiri dan apa saja policy nya. Ini penting. 

Kadang kita luput mendiskusikan ini dengan calon suami karena kita fokus di topik seputar nanti abis nikah tinggal di mana kalo kita belum punya rumah sendiri, di rumah orangtuaku atau orangtuamu? Atau, nanti setelah nikah, apakah aku masih boleh kerja? Atau lagi, nanti mau punya anak berapa? 

Menikah adalah dunia baru yang akan melekat untuk waktu yang sangat lama. Sebaiknya, we know the man we're about to marry. 


Saya emang nggak banyak diskusi sama Adit sebelum menikah. But, I'm lucky. We've grown an understanding together. 

Banyak teman perempuan saya yang ujung-ujugnya mengeluh karena dilarang-larang suaminya untuk menghirup udara segar di luar rumah, dengan berbagai macam alasan. Nggak sampai level menyesal sudah nikah sama suami nya, sih. Ya jangan sampai lah. Tapi ngeluh-ngeluh kan bikin nggak bahagia juga. 

So, please discuss this with your future husband when you're about to marry yah. For your own happiness. And finally, for your happiness together with you family some day.

***

(Anyway, baju yang aku pakai di foto itu nursing wear loh, jadi busui friendly banget. Tapi mewah modelnya. Thanks to @ibunkuwihikan - Check their IG to see the other products!)



Love,






21 comments:

  1. setelah nikah emang berasa banget waktu buat diri sendiri berkurang, udah nggak terlalu bisa hang out lagi. apalagi sekarang lagi hamil besar, mulai kepikiran gimana nanti capeknya setelah punya anak. heu

    ReplyDelete
  2. Mak Ges, aku mrebes bacanya hehehe *bawaan dingin apa ya :D
    Benar banget, kadang kita butuh waktu untuk sendiri to do anything what we want. Tapi, bagi suami kadang itu hal yang lebay bahkan kadang sesama ibu rumah tangga pun menganggap seperti itu.
    Masalah urus anak, menu masak, ranjang, rumah kotor, cucian, setrikaan, belum ditambah curhatan Mama itu sukses banget bikin pikiran ini penuuuuuhhhhhhhhhh dan mau tumpah. Kadang pengin deh ke Iceland bentar doang cuma bekuin ni otak dan pikiran *hiks
    Komunikasi sama suami memang penting. Kayak mau pijat dibilang tolong liatin anak-anak, gitu.
    *jadi curcol

    Lagi jenuh ngeblog hahaha tapi rindu nulis fiksi *mbulet, pengin baca novel aja mak sebagai sarana pengalih.

    Ah Mak Ges, thanks untuk ceritanya ya... love this

    ReplyDelete
  3. Salut, Mbak Grace. :) Semangatnya tetap membara meski tahun berganti. Membayangkan kehidupan Mbak Grace, pasti seru banget.

    ReplyDelete
  4. Aku lebih suka menjadi ibu rumah tangga yang produktif. Nggak melulu ngurek di dapur. Blogging salah satu kegiatan yang menyenangkan dan bisa menghasilkan. :D Makanya, cinta banget sama dunia blog

    ReplyDelete
  5. Setuju! Kalau seorang Ibu bisa menghasilkan beberapa rupiah, kenapa nggak? Bisa buat anak2 juga. :)

    ReplyDelete
  6. Kalau para suami membaca tulisan ini, pasti bagus. Hehehehehe. :v

    ReplyDelete
  7. Ketika menjadi Ibu, memang terkadang merindukan kegiatan di masa-masa lalu. Aku kadang merindukan saat masih mencabik gitar. :'D

    ReplyDelete
  8. Aku salut sama emak-emak yang memiliki keberanian untuk resign dan menjadi full time mom. Aku belum secure untuk melakukannya, hiks...

    Thank you so much, Mak Ubii sudah menyebut Ibuku Wihikan :) Hope you love the blouse yaaa :)

    xxx

    ReplyDelete
  9. sepakat kita butuh pelampiasan di luar rumah (dan kerjaan)
    tapi beneran sih namanya ibu-ibu, lagi hepi2 sendiri mestiii inget anak
    saya type yg memaksa usami terbilat urus anak, meski anak2 gak terlalu gimana sm dia. well sy juga kerja sm kayak dia jd saat harus bareng anak dia juga harus punya peran. bukan apa2 tp supya anak2 (terutama) yg cewek kenal dan dekat ayahnya

    ReplyDelete
  10. jadi 'karyawati' aja juga kadang bikin jenuh banget mbak. itu salah satu alasan saya ngeblog. hehe

    ReplyDelete
  11. Sepakat,sedihnya,banyak para ibu yang merasa bersalah me time tanpa anak.dan banyak ibu lain yang mencibir ibu yang memilih me time tanpa anak,baik sudah 24jam urus anak, maupun yang bekerja 8jam tiap hari, kan ada tuh yg nyibir,udah anak tiap hari ditinggal kerja,masih juga pergi seneng2 sdri sm temen2nya..hedeh,itu sesama ibu saling membunuh=(

    ReplyDelete
  12. Gak paham kenapa ada ayah kurang mau terlibat ngurus anak. Mandiin anak sebelum berangkat kerja itu so much fun loh!

    ReplyDelete
  13. Kalo aktualisasi diri krn gengsi kalo cuma jd ibu, masih dimaklumi kan yaaaaa???

    ReplyDelete
  14. Jadi isteri, jadi ibu bukan perkara mudah
    terkadang aku merasa jenuh, bosan dan ujung2nya gampang marah

    makanya, aku selalu butuh me time
    seneng bisa terjun ke dunia blogging dan punya teman2 baru
    datang ke event apalagi, sesuatuh banget lahh...

    ReplyDelete
  15. wih bener banget grace, me time dengan bisa nonton korea walo cuma sejam dua jam mah happy rasanya...

    beruntung punya suami yg ga kepo kalo bininya mau santai, mau instagram-an kepoin akun hosip, nonton korea, atau yg lain sok silahkan aja yg penting happy, jagain anak jg mau, bantu kerjaan rumah mau, kesalon jg ditemenin... lha istrinya kan manusia, udah capek kerja, ngurus anak, suami, rumah, wajar dong butuh waktu santai biar tetep waras..

    cuma blogging ni yang ga gitu aktif, kerjaanya banyak jd silent rider aja akhir2 ini...

    happy terus ya semua buibu, biar keluarganya bisa ikut happy jg...

    *salam gajih makemak*

    ReplyDelete
  16. dulu pas jaman belum kenal blog, memutuskan jadi FTM itu adakalanya jenuh banget...dan memang jadi gampang meledak2 ga jelas. Kalo sekarang penyalurannya sih ke nulis, dan suami support tiap ada undangan blogger asal waktunya pas dia dengan sukarela menghandel dua anaknya :D

    ReplyDelete
  17. yuhuuu..
    a husband is here, reading your blog top down, and smirking till the end until my wife getting curious.
    She was like: "Cieehh, yang blogwalking ke blog merah jambu..."
    --skip--

    Aku setuju banget dengan kamu Grace, and I hope the other husbands out there read this too. Running a family is a teamwork.

    Keep inspiring people, Grace!

    ReplyDelete
  18. aku dlu ngerasa jenuh bgt, gk pny kegiatan yg asyik. Klo sekarang udh lbh baik, tiap minggu keluar untuk belajar belum lg kelas online tiap minggu juga. Rasanya skrg jrg bosen. Malahan keteteran ngatur waktu. cuma ttp kemana2 bawa si gembil. Soalnya gak kuat sm omongan yg bakal didenger kalo nitipin anak ke org lain :D.

    ReplyDelete
  19. walaupun lebih tersegmen untuk perempuan, tapi saya setuju dengan perkataan kalau semua orang butuh sarana pengekspresian diri. itu juga menjadi salah satu alasan kenapa saya membuat blog.


    btw saya baru bikin artikel mengenai pentingnya membuat catatan, do check it out if ur interested! :)

    ReplyDelete
  20. I know how you feel, Mba...
    Saya juga tipe oarang yang ngggak bisa diem cuma ngerjain satu peran aja. Baik pas mahasiswa maupun pas udah jadi ibu. Sampai sekarang masih bisa menyempatkan blogging, foto-foto, ikut kegiatan komunitas, eksperimen masakan, dan self fulfillment yang lain :)

    ReplyDelete
  21. Setuju... Dan saya beruntung punya suami yg cooperative.. 😊
    BTW POP ice topping keju chocochips nya Bang Jo tuh? 😁

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^