Saturday, October 17, 2015

Balada Asisten Rumah Tangga (ART)

Dari judulnya sudah ketebak banget yah saya mau cerita apa. Yes, apa lagi kalau bukan drama ibu-ibu zaman sekarang. Balada ART. ART Oh ART. Males juga sebenernya mikirin, tapi bikin nyesek euy! Dan akhirnya saya nggak tahan juga buat curhat supaya rada plong. Curhatnya di mana? Di blog. Apa banget kan.. Tapi, sekalian lah daripada blog ini berdebu. Ya kan ya kan. Auk ah.


Jadi, mulai bulan Juni kemarin saya dan keluarga kecil saya sempat tinggal di Jakarta. Nggak lama sih, cuma sampai akhir Agustus.



Dari Jogja, kami membawa ART yang berasal dari Nganjuk. Sebenernya sebelum kami hijrah ke Jakarta pun, ART kami itu sudah mengutarakan niatnya untuk resign karena disuruh jaga rumah sama anaknya yang mau nikah. Tapi, kami tahan-tahan terus mengingat saya sedang hamil anak kedua dan Kakak Ubii yang sangat amat masih butuh assistance. Ngarepnya sih sampai di Jakarta dia bakal betah. Tapi ternyata enggak. Akhirnya dia benar-benar pulang sebelum Lebaran. *apes*

Kira-kira dua minggu setelah ART keluar, kami berhasil dapat ART baru. Kali ini dari Tasik. Anaknya masih muda, masih 18 tahun. Kesan pertama sih oke. Oke banget malah karena dia ceria, cukup rajin, dan masakannya enak-enak. Tapi, yang terutama, dia kelihatan care sama Kakak Ubii. Dia, atas inisiatif sendiri, suka bikinin makanan untuk Kakak Ubii. Masakan untuk Kakak Ubii pun kayak dipikirkan gizi nya sama dia. Pakai kaldu ceker lah, pakai wortel lah, brokoli lah, dan nggak pakai micin. But, the very thing we liked about her was.. dia mau ikut telaten membantu perkembangan mendengar Kakak Ubii pasca memakai implan koklea. 


Mulai dari telaten memakaikan alat dengarnya, rajin memakaikan alatnya kembali kalau lepas, dan getol mengajak Kakak Ubii bercerita, bernyanyi, atau baca buku. Tiap saya ajak dia ikut sesi terapi mendengar Kakak Ubii pun, terlihat banget kalau dia ikut menyimak. Sampai di rumah, ilmu yang kami dapat di sesi terapi dipraktikkan sama dia. Wah, kebayang kan betapa bersyukurnya saya dan Adit punya ART seperti itu. Kami jadi sayang sama dia. Kami jadi sering membanggakan dia kalau ada yang menanyakan 'gimana ART barumu?'

Sangking kami bersyukur dengan keberadaannya, kami jadi kepengin banget dia bisa betah bekerja dengan kami. That's why saya berusaha untuk bisa jadi temannya. Apalagi dia kan masih muda banget yah. Dia suka cerita-cerita apa saja, saya tanggapi. Kalau saya keluar rumah untuk beli sesuatu, pasti saya bawa oleh-oleh buatnya. Pernah kaos, cardigan, donat, atau minimal biskuit. Pokoknya selalu ada lah buah tangan untuknya karena kami kepengin dia merasa diperhatikan. Syukur-syukur bisa merasa jadi bagian dari keluarga kecil kami. Eyangnya Kakak Ubii juga begitu, gimana caranya supaya dia bisa kerasan. Eyangs juga suka mengajak dia ngobrol dan bawa buah tangan.

Saat kami masih stay di Jakarta itu, usia kehamilan saya sudah masuk ke trimester ketiga. Jadi saya sudah nggak bisa pegang Kakak Ubii sendiri dan butuh dia untuk bantu-bantu. Yang ringan-ringan macam menyuapi, membuatkan susu, itu sih saya masih sanggup. Tapi untuk memandikan, menggendong kalau Kakak Ubii sedang rewel, itu jadi porsinya. Tapi, saya sadar banget bahwa mengasuh Kakak Ubii itu capek dan nggak mudah. Saya aja yang Mami nya kadang suka emosi dan hilang kesabaran, apalagi orang lain. Makanya, untuk urusan rumah tangga, saya nggak banyak menuntut. Saya merasa kalau saya sudah sangat bertoleransi dan menjaga supaya dia nggak kecapekan lah. Contohnya, baju-baju kami nggak perlu disetrika. Cukup dilipat saja supaya dia nggak terlalu capek. 

Karena faktor kami kepengin dia kerasan bekerja dengan kami dan kami tau bahwa mengasuh Kakak Ubii itu capek, makanya kami sebisa mungkin ajak dia jalan keluar at least satu kali dalam seminggu, biasanya pas weekend. Biasanya sih makan siang. Dan benar, dia keliatan happy banget kalau diajak jalan-jalan. Kami jadi ikut happy, awalnya. Lama-lama, kami merasa ada yang cukup annoying. Dia jadi suka minta diajak jalan-jalan. Ke pasar lah, ke mall lah, ke Ancol lah. Yang terakhir ini yang bikin saya mulai terusik. Saya sudah mulai kepayahan karena perut semakin besar, masih bawa Kakak Ubii terapi-terapi, dan masih melatih Kakak Ubii di rumah, kok bisa dia dengan entengnya minta diajak main ke Ancol. Ya memang nggak harus dituruti sih ya. Tapi, setiap kali kita say no, wajahnya jadi agak cemberut, walau memang nggak lama. Ketika saya mengeluhkan ini ke Adit, jawaban Adit standard pemikiran pria yang memakai logikanya. "Nggak usah terlalu dipusingin lah Mi, selama dia kerjanya masih baik dan sayang sama Ubii," katanya. Bener juga sih. Memang nggak ada yang berubah dari cara kerjanya dan caranya berinteraksi dengan Kakak Ubii, jadi yah I let that go. 

Walau saya berusaha nggak musingin itu, tetap saja rasanya kok gimana gitu yah. Apalagi lama-lama makin ada-ada saja. Pernah suatu saat kami mengajaknya makan siang di Solaria. Sambil makan yah biasa saya ajak dia ngobrol santai. Saya tanya, "Gimana enak nggak makananmu?" Dan jawabannya adalah "Biasa banget. Nggak seenak gambarnya. Masih lebih enak makan di Yoshinoya, Mbak" ZONK. Saya aja malah belum pernah loh makan di Yoshinoya. Mungkin biasa aja yah jawaban kayak gitu. Tapi, kami yang besar di Jawa yang terbiasa rikuhan ya belum terbiasa mendengar hal-hal seperti itu. Kesannya kok kayak kurang bersyukur diajak jalan-jalan. Lalu pernah saat kami sedang makan siang, dia kepengin cobain makanan yang dipesan Adit suami saya. Saya mau minta sendok ke waiter nya supaya bisa menyendokkan makanan Adit untuk dia coba. Eh, lha kok dia cuek bebek nyelonong mengambil makanan Adit dengan sendoknya yang sudah dia pakai makan. Itu mah kata saya kurang sopan yah. Yang paling bikin saya kaget masih ada lagi. Ceritanya kami sudah selesai makan dan bersiap untuk pulang. Di luar restoran sedang ada bazar pakaian (ceritanya kami makan di dalam mall saat itu). Dengan santainya dia bilang, "Mbak, aku beli ini yah" sambil menunjuk sepotong pakaian. Suer, saya kaget. Setelah itu dia makin santai kalau minta sesuatu. Minta Kiranti lah, Sprite lah, Fanta lah. Minta dibeliin maksudnya. Sebetulnya kalau hal kecil-kecil begitu kami nggak keberatan beliin ya. Tapi kok sering.. Dan caranya yang sangat enteng itu juga cukup bikin saya kaget sih. Terutama pas tiba-tiba dia bilang, "Mbak, tolong SMSin Mas Adit yah, aku nitip Sprite ke Alfamart" padahal dia tau Adit pulang kerja nya malam dan sampai rumah masih harus mawangin Kakak Ubii yang suka rewel (selama saya hamil, Kakak Ubii selalu rewel malam-malam dan harus digendong baru bisa tidur). Kok tega gitu 'menyuruh' Adit mampir ke tempat lain hanya demi Sprite yang sangat amat nggak urgent. 

Long story short, kami bertahan dengan keajaibannya karena ya itu tadi, kerjanya masih baik. But things happened. Kami memutuskan untuk balik ke Jogja saja karena beberapa pertimbangan. Keputusan itu memang cukup mepet. Saya ingat banget, Adit mengutarakan hal itu tepat setelah saya menghadiri acara ulang tahun anak teman blogger saya, Mak Echa, which was on August 17. And we went back to Jogja on August 28. Satu hal yang kami syukuri adalah ART kami itu mau ikut ke Jogja.

Sebelum kami pulang ke Jogja, saya sudah kasih pengertian ke ART. Saya minta dia untuk mengerti kalau nanti sesampainya di Jogja kami nggak bisa mengajak dia jalan keluar sesering saat di Jakarta karena saya sudah akan melahirkan (saya melahirkan tanggal 10 September). 


Dan setelah melahirkan, tentunya juga nggak bisa langsung fit lalu jalan-jalan karena saya melahirkan secara SC. I thought she would understand.


Ternyata, eng ing eng. Minggu pertama di Jogja sih dia masih manis. Mulai minggu kedua nih, dia mulai menagih kapan diajak jalan ke Malioboro, ke pantai, dan ke tempat-tempat plesiran asyik di Jogja. Gila nggak sih. Parahnya lagi, ternyata minta nya diajak jalan-jalan nggak cuman ke saya tapi juga ke mama saya. Jadi ceritanya saat saya melahirkan, saya ditemani Adit di rumah sakit. Mama saya datang ke Jogja untuk stay di rumah, mengawasinya mengasuh Ubii. Masak dia minta diajak ke Malioboro sama mama saya. Usut punya usut, ternyata nggak cuman minta diajak jalan saja sama mama saya, tapi juga minta baju tidur/piyama. Mama saya memang punya toko baju di Salatiga dan dia tau itu. Tapi rasanya ya agak gimanaaaa yaaahh, soalnya suer saya sudah kasih dia beberapa baju tidur. Bahkan saat masih di Jakarta pun, saya minta mama memaketkan baju tidur dan blouse wanita khusus untuk dia. Jadi yah sebenernya nggak kurang-kurang gitu loh. Di hari kepulangan mama saya ke Salatiga, mama dijemput oleh papa saya yang membawa rombongan keluarga besar saya dari Salatiga termasuk para tante, keponakan, dan nenek saya. Setelah rombongan keluarga saya puas melihat Baby Aiden dan pamitan mau pulang, ART kami ini menggamit nenek saya dan... minta baju tidur lagi. Ealah, nenek saya pun dimintain coba... 

Adit, seperti biasa, tetap cool asalkan kerja nya masih baik. Tapi, ternyata lama-lama kerjanya berubah. Yang tadinya getol berinteraksi dengan Kakak Ubii, jadi jarang lagi. Malah sering main hape dan telpon-telponan saat sedang menyuapi Kakak Ubii. Kalau telponan untuk urusan penting mah, tentu saya nggak masalah. Ini telponannya ngapain? Gosipin orang... 

Kalau saya ceritakan semua perubahan kerjanya bakal jadi sinetron. Ini aja udah panjang dan super nggak penting. Intinya semua jadi nggak beres. Tiba-tiba di sore yang indah, dia nyeletuk nggak ada angin nggak ada hujan, "Mbak, aku pulang aja ya ke Tasik." I was like, "WHAAATTT?!" Antara kaget, bingung, kesel, sebel, kecewa, pokoknya campur aduk. But most of all lebih ke bingung karena bener-bener nggak ada apa-apa sebelumnya. Tapi, ya udah, saya nggak nahan-nahan jadi saya jawab, "Kapan mau pulang? Naik apa? Berani pulang sendiri?" dia malah jawab dengan sangat ENTENGnya bahkan sambil ketawa-ketawa, "Eh, yaudah deh Mbak, aku nggak jadi pulang aja." Coba, gimana saya nggak bingung coba?

Hari-hari berlalu seperti biasa setelah kejadian membingungkan itu. Selang semingguan, lagi-lagi di sore yang tenang, dia nyeletuk lagi, "Mbak, aku jadi pulang aja ya, tapi aku nggak buru-buru. Aku nunggu sampai Mbak dapat gantinya dulu aja." I was like, "WHAAATTT THEEE?!" Lagi-lagi, saya nggak menahan dia. Saat itu saya malah agak terenyuh. Dia mau nungguin sampai saya dapat ART baru, berarti hatinya masih baik. Itu yang rasakan. Eh, lha kok besoknya, bener-bener BESOKnya alias SEHARI setelah itu, kali itu pagi-pagi bukan sore-sore, dia nyeletuk "Mbak, aku pulangnya besok aja yah." I was like, "WHAAATTT THEEEEEEE FFFFF?!" Dan akhirnya, saya bukan cuma nggak menahannya, saya langsung ketus dan saya suruh dia packing secepatnya."

***

So, here we are, mengasuh Kakak Ubii dan Baby Aiden berdua saja. Akhirnya kami cari ART pocokan alias infal, yang nggak menginap dan hanya bertugas untuk urusan rumah tangga. Saat ini saya dan Adit masih dalam taraf kapok dan trauma. Masih berpikir lebih baik badan yang capek daripada pikiran dan hati yang capek karena makan hati melulu. Capeknya warbiyasaaak. Guilty feeling nya juga warbiyasaaak. Guilty ke Baby Aiden karena ada banyak waktu di mana ia jadi ternomerduakan karena saya belum selesai mengurus kakaknya. Ada banyak waktu di mana ia menangis cukup lama baru saya susui karena saya belum selesai menyuapi kakaknya yang masih punya problem mengunyah. Ada banyak waktu di mana momen menyusuinya yang semestinya jadi momen bonding istimewa jadi nggak punya keintiman sama sekali karena saya menyusuinya sambil menjagai kakaknya agar selalu bisa memakai alat dengarnya. Ada banyak waktu di mana pagi nya hanya di kamar bukannya jalan-jalan cari matahari karena saya tepar kecapekan. Ada banyak waktu di mana saya akhirnya jadi merasa bahwa saya telah jadi ibu yang buruk buatnya.

Soal kerjaan, jangan ditanya. Keteteran semuanya.

Fix. Saya sedang banyak mengeluh dan baper. 


Maaf ya, postingan ini super duper nggak penting dan nggak ada manfaatnya sama sekali. Semoga nggak bikin kapok mampir ke blog saya ini.




Still love,








42 comments:

  1. Puk.. puk.. aku tahu ribetnya berurusan dengan ART.. kaya cari jodoh, susah-susah gimana gitu..
    Tapi, kaya jodoh juga, kalo udah waktunya bakalan ketemu yang pas dan sreg..
    Semangat mami Ubii n Aiden :)

    ReplyDelete
  2. Pukpuk, yg sabar ya mak. Itu baby blues syndrome jg ikut andil deh Kayanya.

    ReplyDelete
  3. Iya mbak... Mmng susah nemu ART yang klop.... Kdng berasa cocok diawal...tp di belakang kadang mlh nambahi pikiran. Dulu anak ke dua lahir, sulungku lngsung tak full day in mb...

    ReplyDelete
  4. pukpukin mami umii dan aiden. semoga segera dapet ganti ART yang baik dan sayang sama anak2 ya, mak. :*

    ReplyDelete
  5. Salam kenal ya mbak, kalimat2 terakhir kok bikin pingin peluk ya mbak.. Drama art emang ngga ada abisnya mbak. Hebat bgt mbak bs jaga 2 anak tanpa art dan jauh dr ortu. Semoga segera diberikan art yg baru yg jauh lbh baik ya mbak.. :)

    ReplyDelete
  6. Puk pukk mami Ubii. Semoga lekas dapat ART baru yg baik hati ya :))

    ReplyDelete
  7. Sebenarnya masalah klasik, tapi bikin hati mangkel tujuh turunan.
    Anak-anakku sudah besar, tapi ngerjain apa-apa sendiri itu luaaaar biasa :D
    Kalau udah capek, kubiarkan sajalah, terserah mau berantakan atau hancur lebur :D

    ReplyDelete
  8. Been there done that, mbak. Ngerti banget deh rasanya kesel sama ART, pas kita lagi butuh-butuhnya. Sampe nangis berdarah-darah. Since that, saya jadi males punya ART lagi. Lebih baik capek fisik ngurusin rumah daripada capek hati. Jadi kalopun punya asisten, paling yang datang sebentar2 aja, hanya untuk beres-beres rumah, cuci dan setrika.

    ReplyDelete
  9. syukur deh akhirnya doi ngundurin diri mak ges, en smoga segera dpet solusinya yak, amiinnn
    semangat mi ubi, yoyoyow :)

    ReplyDelete
  10. Semangat mama ubi,,,,
    Kalau ART masih muda suka kaya gitu
    Dan mungkin krn diawal dianggap sbgai keluarga jadi makin besar kepala

    Semoga cepat dapat ART baru y

    ReplyDelete
  11. Mami ubi...urusan dg art mmg susah2 gmpng.intinya sejak awal mmg jangan dikasih hati.kcuali udh krja setahun lebih jd kliatan karakter aslinya gmn. Abg biasanya mmg gt, bs dkt sm anak, tp dibbrpa bagian ya ttp ga bs perfect, nmnya juga abg.dlu art abg ku malah qpecat-_-.teganya aku..hehe.cm gr2 ndablek, dikandani berkali2 ttep ga digubris..beda lg sm art tua lbh resikan dll tp kalo ke anak jelas lbh ga kuat fisiknya..

    ReplyDelete
  12. Aku dulu pernah sekali punya ART. Dibaikin trus malah nusuk dr belakang..ya udah abis itu ga pernah pke ART lg. Lbh percaya sm daycare buat ngasuh anak selama ditinggal kerja. Tp bayangin bsk klo anak kedua lahir dan tanpa ART..msh blum kebayang gmn repotnya...hehe...semangat mak ges...badai pasti berlalu :)

    ReplyDelete
  13. semangat ya Mak, jadi ibu baru melahirkan tanpa ART itu capek pake banget, tapi kudu sabar dan happy ya

    ReplyDelete
  14. Hhmmm..nambah lagi cerita ART,memang drama bnget urusan soal ini ya...kata-katanya jodoh2an mba untuk bisa dapet yg baik...tetep semangat mba meski tanpa mba..salam kenal..

    ReplyDelete
  15. Yang kuat, Mami. ART itu emang susah. Pengalaman kakakku juga ga jauh beda hiks

    ReplyDelete
  16. *puk2 gesi...
    Semoga daper gantinya ya gesi...tapi jangan yg muda2 banget kayak dia...
    pas kemaren liat, dia masih kayak anak2...mgkn kalo dirumah merhatiin ubi ya...kalo diluar kurang seperti yang aku tanya ama kamu waktu itu... sebenarnya yg muda gpp tapi jangan yang ganjen *iya kalo aku bilang dia rada centil...takutnya malah napa2..mugo2 ndang ole ganti e...iso pasti iso gesi...aku yakin...

    ReplyDelete
  17. gessi, mungkin sebagian yang memiliki ART pernah punya drama yang mungkin hampir sama kek gessi. Aku penah punya ART malah yang ketika masak, masa pake tangtop, ajigile kaaan, ya wis akhire aku sama suami berdoa dan berharap diberikan ART yang baik, dan sebisa mungkin kami juga baik.

    ReplyDelete
  18. Kebayang lelah dan repotnya...semoga dikuatkan

    ReplyDelete
  19. Ternyata begitu ya orangnya? I thought I was wrong about this person when we're met before. 😆😆😆

    ReplyDelete
  20. Resiko punya ART yang berusia muda, jiwa petualangannya masih terlalu jelas untuk dipenuhi haha rasa-rasanya emang menjengkelkan sekali, ART jadi kayak sang empu pemiliki rumah, minta plesiran sesuka hati hahaha

    ReplyDelete
  21. duh..makan ati banget ya mba..., semoga lelah mba ngurus anak-anak..jadi ladang pahala..buat mba...

    ART yang masih abg gitu deh mba... labil..

    ReplyDelete
  22. Semoga dapat ganti yg lebih baik ya mbaaak

    ReplyDelete
  23. smoga cpat dapat ganti ya mama ubi

    ReplyDelete
  24. Aq juga ngalamin ini, dibaik2in mlh ngelunjak T.T sebel banget, yg lebih kesel lagi, nyari2 belum dapat ganti hiks #maafmalahcurhat

    ReplyDelete
  25. Semoga segera dapat gantinya mbk, aamiin

    ReplyDelete
  26. Huaaa.. aku kok mikirnya karena awalnya dia dengan enteng juga dikasih ini itu yaa, jadi malah keenakan dan jadi gak risih, udah jadi ngerasa keluarga sendiri banget banget gitu *tapi jadi gak tau diri, wahahaha*
    anyway, semoga cepet dapet gantinyaaa yang baik hati, sopan, gak sombong, rajin menabung, dan perhatian sama semuanya tapi tetap tau diri :D

    Semangat mami Ubii!!!

    ReplyDelete
  27. Sabar dan ikhlas. Dulu saya punya Van saat Bas berumur tiga tahun. Emang Bas tidak seperti Ubii tapi tetap saja mengurus dua anak yang kebetulan dua-dua lahir SC tanpa bantuan memang menguras energi. Kadang saya menangis, tapi tetap saya jalani. Mau bagaimana wong anak sendiri. Dan saya lebih rela uape tenaga ketimbang punya pembantu macem pembantumu. Mengambil makanan suamiku dengan sendok bekas makannya, maka hal saya lakukan saat itu juga saya pulangkan. Peduli besok saya lahiran. Sikap kurang ajarnya sama sekali nggak bisa ditolerir

    ReplyDelete
  28. Hihihi, kok ARTnya gawuul banget, yaaa. Iso njaluk ini ituuuu. Sampai ke Sprite juga. :D

    Tambah sabaar, ya!

    ReplyDelete
  29. tetap menarik mengikuti kisah mb. paling nggak dengan cerita ini, mb menunjukkan bahwa mb manusia juga...bukan super hero. wajar kok mb...kalau dengan menulis, bisa sedikit mengurangi tekanan yang mb rasakan...sok atuh mb. menulis lah apa yang mb ingin tulis. kalau saya sih, selalu menikmati apa yang mb tulis...^_^

    ReplyDelete
  30. Semangat ya Ges, semoga dpt ganti ART yg baru, yg bener2 cari kerja :)

    ReplyDelete
  31. wahh...sabar2 ya mbak, semoga dpt gantinya sing apiik. Pas bgt nih curhatannya, jd pelajaran bgt deh buat saya, jgn terlalu manjain ART. Sy jg baru ngelahirin anak bln Agst kmrn, dan lg cari ART. Semoga gak kayak gitu deh.

    Sedikit sharing, kaka sy punya ART, masih muda 20an, tapi orangnya nyadar diri sih, kerjanya apik... tapi karena masih muda jadi sesekali suka liat dia main HP, mungkin kaka saya tipenya tegas jadi ART-nya nurut, istilahnya 'kalo lu kerja bener, lu dapet reward', jdi kalo setiap malem minggu dibolehin jln2 keluar sama temennya, palingan ke mall deket rumah.
    Salam kenal ya mbk :)

    ReplyDelete
  32. Huhuhu..semangat Mami Ubi.. ARTnya memang ajaib pake banget.. saya pakai ikutan WHAT?? segala...

    Semoga cepat dapat ganti yang baik,cocok dan gak ngelunjak..

    ReplyDelete
  33. mami ubii....moga cepet dapet art yg oke ya *pukpuk*
    semangat :)

    ReplyDelete
  34. Hwah gak papa, you can do it Ges. Semangat! Nggak usah mikir keindahan rumah dulu, yg penting anak2 keurus. Bahaya ART yg kayak gitu, kayak2 di film2 psikopat gitu ya, bisa berubah2.

    ReplyDelete
  35. salam kenal mami ubii..tulisan mami ubii sangat bermanfaat bgt bagi sy..kadang sy suka merasa mami yg paling capek hrs mengurusi 2 anak yg msh balita. eh ternyata sy itu gk ada apa2nya dibanding kan sama mami ubii yg super mom sekali.. hehee..thx ya mami ubii...tulisan nya udh jd motivasi buat saya.

    ReplyDelete
  36. *puk puk-in* Semangat ya Mbak, semoga cepat dapat ART yang baru ya.

    ReplyDelete
  37. Haiyaa... kalo ekke plg gasuka sm art yg krg menghargai effort kita dg sopan. Aku nyadar sih aku mah orgnya susah ngadepin art. Makanya mutusin gapunya aja skalian, drpd cape hati. Tp kl punya anak lagi kayaknya harus punya bala bantuan ya mami ubii.. semoga cepet dapat art baru ya Ges. Btw ini artnya ikut yah waktu ke acara ultahnya raffi?

    ReplyDelete
  38. Asik banget artnya diajakin jalan2 & dibeliin baju mulu.. Aku pun tanpa art sekarang & malas cari ganti.

    ReplyDelete
  39. #bighug# you're a good mom Grace..kl ak di posisi km..ak udh nyerah n triak dr kpn2 tp km hebat.. Semangat yaa Grace.. Km pasti bisa lalui semua ini.. Pelukcium dr jkt..

    ReplyDelete
  40. Mami Ubii, smoga Tuhan memudahkan semua urusannya. Sy sepemikiran lbh baik badan cape drpd pikiran yg cape. Hikmah yg sy rasa setlh ga ada art, bs ngurus keuangan dg lbh hemat, suami lbh dkt k anak krn sy mnt bantuannya urus anak, ga cape hati krn sy jg hrs mperhatikan kbutuhannya, kenyamanannya dll yg jadinya sperti pny anak lg. Pernah dapat art yg sayang anak dan sy anggap sodara, dianya ahirnya milih jd tki yg dianggap gajinya lbh bsr. Pernah dpt art yg suka abisin makanan d rumah. Pernah dpt art yg make telpon rmh tnp ijin sampe mbengkak bayaran tellpon. Pernah dpt art yg suka pake baju sexy d rmh untungnya dia mau diingetin tp taunya diluar rmh ada skandal sm suami orang. You are not alone mami ubii

    ReplyDelete
  41. ya ampuuun berani banget yo minta ini itu, si mbak ini dikasih hati minta rempelo ini mak gesii...

    ReplyDelete
  42. Sudah lebih dari 4 tahun ga pakai ART, awalnya kikuk, tapi setelah biasa malah lebih enak. Cuma pekerjaan rumah seperti laundry dll harus disubkan ke jasa laundry.

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^