Saturday, December 14, 2013

Pengasuhan Positif bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Hola! Yogyakarta hari ini cerah setelah dua hari sebelumnya hujan deras disertai angin cukup kencang. Di hari yang cerah ini saya pengin berbagi tentang mendidik anak dengan positif. Hmm, sebenarnya saya masih termasuk newbie sih dalam hal mendidik anak. Anak saya, Ubii, sekarang masih berusia 18 bulan (hampir 19 bulan), jadi yah memang to be honest saya belum makan banyak asam-garam dalam pengasuhan Ubii. But, let's just share anyway.

Kebetulan anak saya, Ubii, lahir dengan kebutuhan khusus akibat Congenital Rubella Syndrome. Ia mengalami kebocoran jantung, TB paru-paru, encephalitis (pengapuran otak), retardasi psikomotorik, dan gangguan pendengaran sangat berat. Akibat retardasi psikomotorik, Ubii mengalami keterlambatan yang cukup kentara pada kemampuan motoriknya. Di saat anak-anak seusianya sudah bisa berdiri atau bahkan berjalan, Ubii baru mampu tengkurap dan telentang sendiri saja. Progress nya untuk mampu tengkurap dan telentang sendiri ini pun dicapai setelah fisioterapi rutin tiga kali dalam seminggu sejak ia berusia 6 bulan. Gangguan pendengaran sangat berat membuat Ubii harus memakai hearing aids di kedua telinga nya. Ini lah yang sangat kentara. Sayangnya, masyarakat Indonesia belum terbiasa melihat anak-anak dengan hearing aids. Memakai hearing aids dianggap sebuah kecacatan. Padahal apa bedanya dengan memakai kacamata? Toh fungsi kedua benda itu sama-sama untuk mengoptimalkan indra, bukan? Nah, karena belum banyak orang yang terbiasa melihat anak-anak dengan hearing aids, Ubii sering sekali diamati saat kami membawanya ke tempat umum yang ramai. Suatu ketika saya pernah membawa Ubii ke sebuat supermarket. Ada seorang ibu yang sedang menggandeng anaknya. Begitu melihat Ubii dengan hearing aidsnya, ia berkata, "Lihat dek ada anak cacat" sambil menunjuk-nunjuk Ubii. Dari situ saya sadar bahwa hal-hal yang mendegradasi mental dan kepercayaan diri Ubii seperti itu tidak bisa dihindari. Bisa sih saya dengan sengaja 'menyimpan' Ubii di rumah sehingga ia nggak perlu bertemu dengan orang lain supaya nggak menerima cemoohan. Tapi, apa itu bijaksana untuk perkembangan sosialnya kelak? Pilihan saya hanya satu, yaitu mendidiknya dengan cara-cara sepositif mungkin semampu saya.


Ubii and her hearing aids
Buat saya pribadi, mendidik anak dengan positif itu nggak gampang. Tricky, but possible. Karena Ubii adalah berkebutuhan khusus, jadi mungkin saya akan mempersempit pandangan saya tentang pola pengasuhan yang positif. Saya mempersempitnya menjadi pola pengasuhan yang positif untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti apa sih pola pengasuhan anak berkebutuhan khusus menurut saya? Saya memakai istilah anak berkebutuhan khusus atau special need kids karena itu yang lazim dipakai. Kalau saya sendiri selalu menyebut Ubii dengan sebutan anak yang luar biasa. Kan Ubii memang tidak biasa karena ia berbeda dari anak-anak yang sehat dan normal. Nah saya mengartikan 'tidak biasa' dengan 'luar biasa.' Semoga saja kata 'luar biasa' ini kelak dapat ditunjukkan Ubii dalam hal-hal yang positif. Amin. Ada juga sebutan lain, yaitu anak difabel. Difabel means different abilities. Saya menolak menggunakan kata cacat. Ubii, dan anak-anak lain yang luar biasa, sama sekali bukan produk cacat.

Menurut saya, ada banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mewujudkan pola pengasuhan anak berkebutuhan khusus dengan positif. Mungkin ilustrasi berikut ini bisa memberikan gambaran.
Gambar diambil dari sini



Berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, ada 5 stages yang sebaiknya terpenuhi. Saya akan membahasnya satu per satu disesuaikan dengan apa yang saya percaya dan lakukan untuk Ubii. Sebenarnya ini bukan hirarki kebutuhan yang secara khusus diperuntukkan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus sih. But basically I agree with these stages.

Physiological: Food, Water, Shelter, Warmth

Menurut saya kebutuhan fisiologis ini sangat esensial. Mengapa? Karena tentu kita paham bahwa ini adalah kebutuhan primer. Ada juga ungkapan Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat yang bagi saya mengafirmasi kebutuhan di stage ini.

Kebetulan Ubii memiliki gangguan pada berat badannya. Di usianya yang ke-18 bulan ini, berat badannya masih 8 kg saja (terakhir ditimbang 2 minggu yang lalu). Ini disebabkan oleh kebocoran jantung dan TB paru-parunya. Ini kemudian menjadi PR untuk saya, yaitu untuk memberikan asupan yang bergizi dan tinggi kalori untuk booster berat badannya. Jadwal makan Ubii sudah saya tetapkan sejak ia berusia 6 bulan, yaitu 3 kali makan besar dan 1-2 kali cemilan dalam sehari. Cemilan biasanya saya berikan berupa biskuit atau oat yang dicampur dengan buah atau yoghurt. Kebetulan Ubii sangat suka yoghurt. Untuk buah pun, Ubii juga suka. Memang nggak semua buah Ubii doyan. So far Ubii paling bersemangat saat diberi jambu biji, pisang, mangga, tomat, jeruk, strawberry, dan kiwi. But that's okay. Toh buah-buah tersebut mengandung banyak vitamin yang baik. Untuk makan besar, sebisa mungkin saya membuatnya sendiri. Bukan makanan yang wah karena saya tidak pandai memasak. Pokoknya saya masuk-masukkan saja bahan-bahannya dan diberi sedikit bumbu seperti garam, gula, bawang putih, bawang bombay, dan kecap saus tiram sampai ada rasanya. Hehehe. Syukurlah Ubii selalu mau memakan masakan saya. Ubii bukan anak yang sulit makan. Kebetulan saya meyakini bahwa homemade food lebih baik daripada instant food, jadi saya menyuapi Ubii dengan makanan instan hanya ketika bepergian saja. Biasanya saya menyertakan daging sapi dalam menu makan Ubii karena daging sapi adalah sumber zat besi yang baik. Sebagai pelengkap, saya tidak lupa memberikan jus jeruk atau tomat pada Ubii karena vitamin C yang terkandung di dalam nya bisa memudahkan penyerapan zat besi. Sebelum menyuapi Ubii, saya juga memberikan 1 sdt EVOO (Extra Virgin Olive Oil) dalam makanan Ubii karena dokter anak kami pernah berkata kalau itu baik untuk meningkatkan kalori. Kemudian, ada air. Sebenarnya Ubii jarang saya beri air putih. Saya lebih suka memberinya susu atau jus. Itu juga karena anjuran dokter kami yang menyampaikan bahwa jus buah lebih menyehatkan dari hanya air putih. Untuk konsumsi susu, saya selalu mencatat berapa cc susu yang diminum Ubii per hari nya dengan harapan saya bisa memonitor kebutuhan susunya. Di stage ini, rasanya saya sudah memberikan pengasuhan yang baik untuk Ubii. Hopefully.

Tim kentang, daging sapi, & brokoli + jus stroberi
Catatan jumlah susu yang diminum Ubii pada bulan September

Safety: Security, Stability, Freedom from Fear

Mungkin ada berbagai interpretasi tentang stage kedua dari hirarki kebutuhan ini. Sah-sah saja kok. Hehehe. Saya mendefinisikan safety ini dengan sebisa mungkin memberikan atmosfer yang aman untuk jiwa dan raga Ubii di rumah dan di mana pun. Dokter pernah berkata bahwa kekebalan tubuh Ubii mungkin nggak sebagus anak yang terlahir normal dan sehat akibat pengaruh virus Rubella nya. Consequently, Ubii sebaiknya nggak dibawa pergi dengan kendaraan umum. Kita toh nggak bisa memastikan apa penumpang sebelumnya sedang sehat atau sakit, bukan? Dampak dari itu, saya menjadi ibu yang cukup protektif. Ketika ada kawan yang berkunjung ke rumah kami saya selalu menyuruhnya untuk mencuci tangan dulu sebelum memegang Ubii. Hal yang sama saya lakukan ketika membawa Ubii ke tempat umum. Kadang-kadang saya tidak memperbolehkan orang lain memegang wajah atau mencium Ubii jika saya melihat ia sedang flu. Mungkin saya terkesan tidak ramah karena itu. Tapi biarlah. Itu lah yang saya lakukan untuk menjaga keamanan kesehatan Ubii. Untuk keamanan jiwa nya, saya dan suami berusaha menciptakan atmosfer rumah yang rukun. Sebisa mungkin kami berdua menghindari bersitegang di hadapan Ubii. Kami percaya walau Ubii belum bisa mengerti apa yang kami ucapkan, ia dapat merekam kejadian dan peristiwa. Saya tidak pengin Ubii merekam kejadian yang buruk-buruk. Memang, pernah kami kelepasan bertengkar hebat di depan Ubii. Ubii lantas menangis keras sampai nafasnya tersengal-sengal karena ketakutan. Ia jadi merasa tidak aman. Itu jadi sebuah pembelajaran untuk kami berdua.

Belonging - Love: Friends, Family, Spouse, Lover

Ubii belum memiliki pasangan dan pujaan hati ya. Hehehe. Ubii juga belum memiliki kawan karena kemampuannya masih terbatas. Jadi kebutuhan di stage ini yang berusaha saya penuhi adalah dari keluarga. Menurut saya cara memenuhi kebutuhan belonging dan love ini tidak perlu ribet dan muluk. Untuk kebutuhan yang satu ini, saya mewujudkannya dengan membiasakan quality time antara saya, suami, dan Ubii. Kalau saya dengan Ubii berdua saja sih sering. Tapi dengan ayah nya lah yang tidak bisa sering karena suami saya bekerja sampai pukul 6 sore dan selepas kerja kami masih harus membawa Ubii fisioterapi. Solusinya adalah pandai-pandai mencari celah waktu di mana kami bertiga bisa berkumpul. Biasanya quality time itu kami lakukan sebelum mengantar Ubii fisioterapi. Tak lama memang, hanya 15-20 menit saja. Tapi aturan dalam quality time kami adalah no gadget. Jadi perhatian kami benar-benar tercurah untuk Ubii saja. Quality time nya pun sederhana sekali. Kami bertiga berkumpul di kamar. Lalu suami saya akan mendudukkan Ubii di perutnya sedangkan saya tiduran di sebelah suami. Setelah itu kami bercanda-canda dengan Ubii; entah menggodanya, menggelitiki perutnya, atau mengajaknya mengobrol. Di akhir pekan, saya kadang dengan sengaja meninggalkan Ubii berdua saja dengan ayah nya. Saya membiarkan suami saya mengurus keperluan Ubii seharian; mulai dari meminumkan obat pagi, menyuapi, memandikan, meminumkan obat setelah makan pagi, mengajaknya bermain, meminumkan obat siang, menyuapi makan siang, dan menidurkannya. So far, saya merasa kebutuhan Ubii akan belonging and love from family ini tercukupi baik dari saya mau pun dari suami. Puji Tuhan.

Quality time Ubii dan ayahnya
Ticklish Ubii
Self Esteem: Achievement, Mastery, Recognition, Respect

Nah, pemenuhan kebutuhan self esteem ini menurut saya agak tricky. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, julukan-julukan seperti cacat, budek, tuli, robot, cyborg, anak ajaib mungkin tidak bisa dihindari karena Ubii memakai hearing aids. Untuk bisa mengahadapi itu, Ubii wajib memiliki self esteem. Ia wajib punya penghargaan atas dirinya sendiri. Namun, seperti yang kita ketahui, menumbuhkan self esteem pada anak bukan hal yang bisa dilakukan dalam hitungan hari. Itu butuh proses. Itu adalah hasil dari upaya menahun yang tak kenal putus asa. Saya merasa tugas saya di sini menjadi dobel, karena menumbuhkan self esteem pada anak dengan kebutuhan khusus tentu lebih menantang daripada anak yang sehat. Apalagi anak dengan kebutuhan khusus cenderung memiliki masalah juga dalam segi emosi dan sosial.

Saya sadar benar bahwa Ubii punya banyak peluang untuk minder. Saya tidak mau hal itu terjadi. Maka dari itu, kadang-kadang saya mengirimkan foto-foto Ubii ke beberapa lomba foto anak. Puji Tuhan Ubii menang di beberapa lomba foto tersebut. Saat ini Ubii sudah memiliki 16 piala yang kami pajang di ruang tamu kecil kami. Sungguh, bukan prestis atau ego pribadi semata yang pengin saya kejar. Saya berharap piala-piala itu menjadi reminder kecil untuk Ubii sehingga ia sadar kekurangan bukan lah sebuah penghalang untuk tetap berprestasi. Saya berharap Ubii bisa bangga pada dirinya sendiri dengan melihat piala-piala itu kelak. Itu yang saya lakukan untuk membangun self esteem nya dalam segi achievement dan respect.

Piala-piala Ubii
Kebetulan saya sangat menyukai dunia tulis menulis. Menulis adalah terapi jiwa untuk saya. Saya tidak mau menulis untuk diri saya sendiri. Saya juga pengin menulis untuk Ubii. Saya pengin menulis apa saja yang kelak bisa Ubii baca sehingga ia tahu apa saja yang ia lakukan, makan, pakai, dan sukai semasa kanak-kanak. Maka dari itu, saya membuat blog khusus untuk Ubii yang saya namai Letters to Aubrey with Rubella. Blog untuk Ubii bisa diintip di sini. Di blog untuk Ubii ini, saya menulis berbagai hal mulai dari kegiatan fisioterapi nya, kegiatan kami, tempat-tempat yang kami kunjungi, dan lain-lain. Saya juga menyelipkan beberapa harapan saya dan suami di blog tersebut. Dengan adanya Letters to Aubrey with Rubella ini, saya sangat berharap Ubii mengerti betapa kami sangat menyayangi dan menerima Ubii apa adanya. Saya berharap dengan membaca blog untuknya kelak, Ubii mengerti bahwa kami mengakuinya dengan bangga dan ikhlas. Dengan itulah saya memenuhi kebutuhan self esteem nya dari segi recognition.

http://letters-to-aubrey-with-rubella.blogspot.com/
Gangguan motorik Ubii membuatnya terlambat hampir dalam segala hal. Jadi, kemajuan Ubii sekecil apa pun adalah kado yang sangat berharga buat kami. Saya selalu mengabadikan kemajuan perkembangan Ubii yang baru lewat tulisan. Ketika sedang tidak sempat menulis, saya mengabadikannya lewat foto. Seperti kemajuan motoriknya belakangan ini, yaitu menggenggam mainan dan mempertahankan posisi duduk lebih lama dari biasanya, juga saya rekam dalam foto. Saya berharap lewat foto-foto ini kelak Ubii bisa mengerti penguasaannya akan sesuatu; kapan dan bagaimana prosesnya, sehingga ia merasa puas, bersyukur, dan gembira. Dengan cara ini lah saya coba memenuhi kebutuhan self esteem nya dalam mastery, yaitu dengan membuat Ubii tau kalau ia sudah melewati banyak kemajuan sehingga ia menghargai dirinya. Saya sadar mungkin ini berbeda dengan penafsiran mastery pada sebagian orang. Tapi sekali lagi, this is open interpretation. *senyum manis*

Hore! Duduknya sudah lebih lama
Tangan kanan sudah mulai aktif, tangan kiri masih sering mengepal

Self Actualization: Pursue Inner Talent, Creativity Fulfillment

Pemenuhan kebutuhan dalam stage ini tampaknya belum bisa saya lakukan. Saya masih memiliki PR besar sebelum bisa mendorong Ubii untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya. PR itu adalah menstimulasi tumbuh kembang Ubii sehingga ia dapat mengejar semua ketinggalannya baik dalam kemampuan mendengar mau pun motoriknya.

Dengan bantuan tenaga medis, yaitu dokter spesialis syaraf anak dan terapis, yang saya lakukan adalah membawa Ubii untuk fisioterapi rutin 3x dalam seminggu. Selain itu, Ubii juga rutin mengkonsumsi obat-obatan penguat syaraf, penurun kaku, dan anti kejang. Ubii juga memakai back slab elbow selama fisioterapi untuk membantu meluruskan tangan atau kakinya yang masih sering bengkok. Kadang-kadang Ubii juga memakai physiotherapy tape. Fungsinya sama dengan back slab elbow, yaitu untuk membantu tangan dan kakinya ada di posisi yang lurus.

Salah satu sesi fisioterapi
Physiotherapy tape yang dipasang di kaki
Ubii dan back slab elbow nya
Untuk kemampuan motoriknya, sangat tidak cukup jika saya hanya mengandalkan terapis saja. Saya percaya bahwa peran terapis di sini adalah membantu mengawasi dan mengarahkan saja. Saya dan suami tetap terapis utama nya. Jadi, di rumah pun Ubii tetap harus diterapi. Tapi mungkin kata terapi diganti dengan kata latihan saja supaya lebih friendly. Hehehe.
Gambar dari sini
Nah berhubung saya mempunyai tugas untuk menstimulasi kemampuan motorik Ubii, maka saya sering mengajaknya melakukan aktivitas yang menggabungkan permainan dengan belajar. Saya mengajaknya bermain dengan beras, es batu, jelly, dan wax (malam) karena Ubii belum tertarik dan belum terlalu bisa memainkan mainannya. Bermain dengan beras, es batu, jelly, dan wax ini pun sangat bermanfaat untuk menstimulasi motorik halus Ubii.

Awalnya ide untuk mewarnai beras ini datang karena terapis menganjurkan supaya Ubii sering diajak bermain dengan biji-bijian untuk menstimulasi motorik halus tangannya. Saya sudah mencoba berbagai hal mulai dari biji jagung, biji kacang hijau, kacang merah, dan beras putih. Biji jagung terlalu besar untuk digenggam tangan Ubii yang kecil. Biji kacang hijau malah terlalu kecil sehingga selalu lepas dari genggaman Ubii. Ubii juga tidak tertarik menggenggam kacang merah. Untuk si beras, sebenarnya sangat pas dengan genggaman tangan Ubii. Sayangnya warna beras yang plain membuat Ubii cepat bosan untuk bermain dengan beras. Solusinya adalah dengan mewarnai beras. Mari kita warnai! :) Mewarnai beras itu mudah dan mengasyikkan.

Yang dibutuhkan adalah beras (of course!), pewarna makanan, cuka, aluminium foil atau tissue dapur, dan tray. Awalnya saya mencampur sedikit cuka dan setetes pewarna makanan. Saya memilih warna merah dan hijau sebagai pengenalan warna dasar. Kemudian campuran cuka dan pewarna makanan itu dituangkan ke wadah berisi beras lalu diaduk. Setelah warnanya merata, saya menuangkan beras di tray yang sudah saya lapisi dengan aluminium foil sampai merata. Sudah deh, tinggal dijemur dan voila beras berwarna siap untuk dipakai bermain. Untuk bermain, saya menuangkan beras berwarna di tampah plastik lalu saya mendudukkan Ubii di situ. Tubuh Ubii kecil jadi masih muat duduk di dalam tampah. Hehehe. Yang bisa dipelajari dari beras berwarna ini adalah motorik halus dan warna. Untuk anak yang kemampuan motoriknya sudah lebih baik, bisa juga melatih kreativitas, konsep dasar matematika, dan story telling.

Proses mewarnai beras
Berasnya dijemur dulu
Playing time!
Aktivitas selanjutnya dalam melatih motorik halus Ubii adalah dengan menggunakan es batu. Sama seperti beras, es batu ini juga saya warnai supaya lebih menarik. Pilihan warna yang saya gunakan masih merah dan hijau. Pastikan air yang digunakan untuk membuat es batu adalah air matang supaya tidak berbahaya jika tertelan. Kalau mau lebih aman lagi, pewarna makanan bisa diganti dengan jus brokoli dan stroberi untuk memberikan warna pada es batu. Dari aktivitas dengan es batu berwarna ini ada beberapa hal yang bisa dipelajari Ubii, yaitu teksur benda beku, rasa dingin, dan warna. Untuk anak yang lebih besar bisa sekalian mempelajari bentuk, kreativitas, story telling, dan konsep dasar matematika.

Nyesss, dingiiinn
Permainan berikutnya masih menggunakan es batu berwarna, tapi kali ini saya menambahkan jelly untuk mengenalkan tesktur kenyal. Saya tidak perlu repot-repot mewarnai jelly. Kan sudah banyak jelly kemasan dengan aneka warna. Jadi bisa lumayan hemat waktu dan tenaga. Hehehe. Saya memberikan jelly ini pada Ubii ditemani dengan es batu berwarna. Tujuannya adalah supaya Ubii dapat mengenal perbedaan benda dengan tekstur beku dan kenyal. Kali ini saya juga tidak lupa memakaikan celemek plastik supaya baju Ubii tidak basah terkena es batu. Pengalaman pertama bermain dengan es batu, saya lupa memakaikan celemek plastik sehingga baju Ubii basah. Maafkan Mami ya, Ubii. *hiks* *cium Ubii* Walaupun ini adalah aktivitas berbasah-basah ria saya tidak melepas hearing aids Ubii karena so far kontrol tangan Ubii belum baik sehingga saya tidak perlu khawatir Ubii akan memegang-megang hearing aids nya dengan tangan yang basah.

Serius sekali Ubii?
Aktivitas terakhir yang sejauh ini saya lakukan bersama Ubii adalah bermain dengan wax. Kali ini saya memakai wax mainan yang banyak dijual di pasaran. Kebetulan Ubii mendapat hadiah ini jadi lebih baik dimanfaatkan. Hehehe. Sebenarnya bisa juga membuat homemade wax supaya lebih aman jika tertelan. Tapi untuk saat ini wax mainan masih aman buat Ubii karena ia belum sampai pada tahap memasukkan benda ke mulutnya. Yang bisa dipelajari dari aktivitas dengan wax ini adalah pengenalan benda dengan tekstur empuk, warna, dan motorik halus. Untuk anak yang sudah lebih besar dengan kemampuan motorik yang lebih baik bisa juga menjadi sarana belajar story telling, kreativitas, konsep dasar matematika, dan problem solving.

Playing time!
Eits, ada satu lagi aktivitas yang bisa dilakukan untuk menstimulasi kemampuan motorik Ubii. It's swimming! Kecipak-kecipuk di air sangat menyenangkan. Ubii juga bukan termasuk anak yang takut dengan air. Malah ia suka sekali berenang dan sering menangis saat kegiatan berenangnya disudahi. Hehehe. Banyak baby spa yang menyediakan layanan berenang ini untuk anak. Jadi tinggal menyiapkan handuk, baju ganti, diapers, dan lotion atau minyak telon pribadi jika memang anak biasa memakai lotion atau minyak telon. Nah, kalau Ubii tidak perlu ke baby spa untuk berenang. Syukurlah ada teman yang melungsurkan kolam renang anak untuk Ubii karena anaknya sudah terlalu besar untuk berenang di situ. Hore. Rejekinya Ubii nih. Saya jadi bisa mengirit biaya untuk baby spa. Hehehe. Aktivitas berenang ini sangat baik untuk menstimulasi motorik kasar anak. Anak-anak jadi terdorong untuk menggerak-gerakkan tangan dan kakinya di air. Sungguh sangat bermanfaat sekaligus menyenangkan, bukan? :)

Happy face of a swimming girl
Selamat berenang Ubii
Untuk kemampuan kognitif Ubii, cara saya menstimulasi sederhana saja sih. Caranya hanya dengan menerapkan jadwal harian yang sama waktunya setiap hari mulai dari minum obat, makan, mandi, dan tidur. Saya pikir hal ini akan membantu membentuk sebuah pola pada Ubii. Jadi Ubii bisa memahami pukul berapa saja dia beraktivitas ini dan itu. Selain itu saya juga kerap mengajak Ubii melakukan aktivitas-aktivitas harian di rumah seperti menyalakan kipas angin dan mematikan lampu kamar mandi. Karena Ubii belum bisa berjalan, maka saya menggendongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. So far, saya lihat Ubii sudah mulai paham. Contohnya adalah dalam menghidupkan dan mematikan kipas angin. Kebetulan kipas angin di rumah kami adalah kipas angin yang dipasang di langit-langit bukan kipas angin duduk yang biasa diletakkan di sudut ruangan. Nah, setiap saya mulai menyentuh panel untuk menghidupkan atau mematikan kipas angin, Ubii sudah langsung mendangakkan kepalanya ke atas ke arah kipas angin. Buat saya, itu adalah salah satu contoh yang menunjukkan daya kognitif Ubii bekerja, which is in memorizing things. Hal ini saya lakukan sejak Ubii berusia sekitar 5 bulan. Ternyata dalam rentang waktu 6 bulan Ubii sudah memahami konsep sederhana ini. Thanks, God! :)

Selain kemampuan motorik dan kognitif, masih ada lagi PR yang harus saya lakukan, yaitu menstimulasi kemampuan mendengar Ubii pasca memakai hearing aids. Ini gampang-gampang susah. Gampang karena ada berbagai macam sumber yang menyediakan guidelines untuk melatih pendengaran anak pasca memakai hearing aids. Susah karena saya harus pilih-pilih kegiatan karena tidak semua kegiatan sesuai dengan kemampuan motorik Ubii. Akhirnya saya memilih sebuah website yang menyediakan materi latihan mendengar sebagai acuan saya. Website tersebut bisa diintip di sini. Selain materi untuk latihan mendengar, website tersebut juga menyediakan video, lagu, dan lembar evaluasi kemampuan mendengar anak. Personally I think it is a VERY good source. Yang saya suka dari website tersebut adalah materi yang disediakan tersusun dengan baik dari minggu ke minggu. Kegiatan latihan mendengar nya pun diselipkan dalam permainan-permainan sehingga lebih atraktif. Supaya lebih bisa memonitor kemampuan mendengar Ubii, saya menuliskan materi-materi dari website tersebut per minggu. Sebelumnya saya membuat dulu buku yang dikhususkan untuk mencatat materi kemampuan mendengarnya. Saya hias sedikit bukunya supaya lebih bersemangat. Hehehe. Semangat itu penting, kan? :)

Hello Kitty lover nih Mami nya Ubii
Aktivitas mendengar minggu I & II
Anyway, materi-materi dalam website tersebut sangat bagus loh. Saya rasa ini tidak hanya baik untuk anak dengan gangguan pendengaran seperti Ubii tapi juga bagus untuk anak-anak dengan kemampuan mendengar yang normal. Silakan intip website nya. :)

Ada satu lagi yang saya lakukan untuk melatih pendengarannya, yaitu dengan membuat sarung tangan wajah. Sarung tangan wajah ini berguna untuk mengenalkan anggota wajah. Kegiatannya dibarengi dengan bernanyi lagu 'Dua Mata Saya' ciptaan Pak Kasur. Saya mendapat ide ini saat membawa Ubii untuk AVT (Auditory Verbal Therapy). Jadi aktivitas ini memang ditujukan untuk menstimulasi kemampuan mendengar anak. Saat AVT, saya melihat terapis menggunakan sarung tangan wajah untuk mengajak Ubii bermain sambil bernyanyi. Langsung saja saya juga pengin ikutan membuatnya di rumah karena caranya mudah sekali. Bahan dasarnya antara lain sarung tangan, lem, gunting, dan kertas asturo / kain flanel. Mata bisa dibuat dari mata mainan atau kertas yang digunting menyerupai mata. Untuk hidungnya saya belum berhasil membuat yang bagus sih. Hehehe. So, this is it, Ubii's face glove.

'Dua mata saya, hidung saya enol, satu mulut saya'
Itulah yang saya lakukan sejauh ini untuk memenuhi kebutuhan Ubii pada stage self actualization. Saya sadar bahwa masih banyak yang harus dipelajari Ubii untuk kemudian bisa mengembangkan talenta dan kreativitasnya. Saya pun juga harus banyak belajar lagi untuk mengakomodasi setiap perkembangan Ubii. But, hey, learning is a long life process, isn't it? :)

Pikiran Ibu yang Positif = Pengasuhan Anak dengan Kebutuhan Khusus Positif

Sebenarnya pengasuhan yang positif tidak hanya berpusat pada anak sebagai subjek pembelajar. That's what I always keep in mind. Orangtua juga harus menanamkan pola pikir yang positif terlebih dahulu dalam merawat anak dengan kebutuhan khusus. That is why aura negatif seperti malu, minder, tidak bersyukur, dan tidak percaya diri harus dilenyapkan dulu. Saya yakin bahwa selalu ada rencana indah dari-Nya dengan menitipkan anak berkebutuhan khusus seperti Ubii. Stage dalam kehidupan saya untuk bisa menerima Ubii apa adanya tentu butuh proses. Sedih, malu, kecil hati, putus asa, dan menyalahkan Tuhan juga sempat mampir di hari-hari saya. Keikhlasan dalam menerima Ubii muncul setelah saya melihat sebuah video dalam seminar parenting. Video tersebut mengilustrasikan bahwa anak tidak tumbuh berdasarkan apa yang mereka dengar, namun apa yang mereka lihat. Silakan mengintip video nya di sini. Children watch, children do. Jika saya terus menerus dipenuhi aura negatif, apa yang bisa saya harapkan dari Ubii? Mana mungkin saya bisa melihat Ubii optimis dan berdamai dengan dirinya sendiri kalau saya tidak mampu seperti itu? Sejak itu saya sadar bahwa saya harus berubah. Saya harus menjadi ibu yang kuat untuk Ubii terlebih dahulu baru kemudian Ubii juga mampu untuk kuat dan bersemangat.

Anak-anak berkebutuhan khusus punya banyak alasan untuk menyalahkan keadaan. Pengasuhan positif terbaik yang bisa diberikan untuk mereka adalah dengan menjadi orangtua yang memandang segala sesuatu dengan positif. Always remember that children do what they watch.

Gambar diambil dari sini
Selamat mengasuh anak-anak kita dengan positif. Ini pola pengasuhan positif menurut saya, bagaimana menurut kalian? :)



30 comments:

  1. Semoga kemampuan Ubii terus berkembang ya mbak. Sehat terus Ubii.. Salam sayang dari bunda. :)

    ReplyDelete
  2. Amin. Terimakasih doanya Mbak Novia. Salam sayang kembali dari Ubii. :)

    ReplyDelete
  3. Keren Mak....Lucky Ubii...to have you :) sukses kompetisinya...

    ReplyDelete
  4. Mbak, salut banget sama kegigihannya. But I believe that's what a parent should do. Top dan inspiratif bgt! Good luck ya, dan titip peluk untuk Ubii ^_^

    ReplyDelete
  5. Sehat terus ya Ubii, dont worry, anak-anak luar biasa selalu mencapai prestasi luar biasa di masa depannya. Semangat terus ya mak? Ibu hebat selalu menjadi pengantar yang hebat bagi kehebatatan anaknya kelak. Titip kecup sayang buat Ubii *big hug

    ReplyDelete
  6. Ubii anak sibukkk.. kegiatannya banyak banget euy :D Go-go Ubii..
    Tulisannya bagus mami Ubii.. insyaallah menginspirasi banyak orang.. :)

    ReplyDelete
  7. kreatif dan sabar ya si Mak ini.. salut saya.. ktjup buat Ubii... :)

    ReplyDelete
  8. salut sama maminya ubii. rajin dan gigih sekali ya :) semoga ubii selalu sehat dan tumbuh jadi anak yg cerdas dan ceria :)

    ReplyDelete
  9. wah Ubii dan mamanya memang hebat! Sehat selalu ya mak ^_^

    ReplyDelete
  10. kereen..salut sama emaknya Ubii yang selalu optimis.. Insya Allah kalo ortunya optimis, anaknya pasti berpikiran positif pula.. walo anak baru 18 bulan, tapi dikau dah well educated masalah pengasuhan anak..

    ReplyDelete
  11. Bikin sekolah mami Gracie, kagum banget sama "kurikulum"nyaaa

    ReplyDelete
  12. Inspiratif Mak ... saya yakin ini akan memacu Ubii untuk berkembang menjadi lebih baik. Anak2 luar biasa seperti Ubii, sebenarnya ditakdirkan pada ibu2 yang luar biasa. Moga menang ya Mak ^_^

    ReplyDelete
  13. Kian hari, Ubii semakin hebat dan berkembang. Semangat ubii, semangat juga buat mamanya. Terima kasih sudah diingatkan kembali tentang hirarki kebutuhan :)

    ReplyDelete
  14. @Mak Dianesuryaman: Xixi, tengkyu Mak udah mampir dan meninggalkan jejak :D

    @Mbak Eliza: Indeed! :D Kata Ubii peluk balik :))

    @Mak Lenny: AMIN doanya, tengkyu Mak :) terimakasih kecup sayangnya buat Ubii :*

    ReplyDelete
  15. @Mak Nian: Hahahaha, go-go Ganesh! AMIN doanya xixixi ^_^

    @Mak Riski: Sabar? Mmmm, AMIN semoga jadi sabar beneran *senyum malu-malu*

    @Mbak Rita Dewi: Aaakk, didoakan supaya Ubii ceria. AMIN AMIN. I love cheerful kids ^_^

    ReplyDelete
  16. @Mak Ririn: Ah, ini kan ilmu nya belajar dari Mbah Google aja :)) AMIN

    @Mbak Suria: *pake kacamata item* biar lebih keliatan keren dan misteriyus, xixi

    @Mak Diba: Wuetz, ini mah nyontek dari Mbah Google doank Mak Diba. Xixi. Salam buat Faris yaaa.

    ReplyDelete
  17. @Mbak Fenny: Waa mau banget! Danain ya Mbak *memohon*

    @Mak Niar: AMIN, semoga Ubii menjadi lebih baik selalu. Tengkyu ya Mak Niar. Ikutan juga kan? Mau mampir juga dong :D

    @Mbak Rochma: Ay! Iya, aku seneng Ubii semakin baik perkembangannya. Fiuh *lap keringet* Tengkyu Mbah Maslow :D

    ReplyDelete
  18. Inspiring banget mami Ubii...aku yakin lagi kali ini berjaya ( lagi ) Amin

    ReplyDelete
  19. Maminya Ubi hebat dan sangat menginspirasi.

    Ubii juga cantik dan luar biasa :)

    ReplyDelete
  20. Tambah cantik dan pinter sj Ubii....semoga kedepannya lebih baik lagi ya Ubii...Maminya jg tambah hebat aja ni tulisannya....peluk cium utk Ubii sayang....

    ReplyDelete
  21. ubii sayang....
    sehat terus ya, kelak ubii akan menjadi anak yang sangat membanggakan kedua orangtua.
    kelak ubii akan menjadi anak terhebat yang banyak menginspirasi banyak orang.
    kelak ubii akan menjadi perempuan terkuat yang pernah ada di dunia ini.
    Ubii memang masih kecil sekarang, tapi ubii adalah karya terbesar dan terindah buat kita semua.
    Peluk dan cium untuk ubii yang manis, yang riang dan selalu membuat semua orang berdecak kagum.. :)

    ReplyDelete
  22. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  23. @Mak Lies: Ikutan juga yuk Mak Lies :))

    @Leyla Hana: Duh senangnya ada penulis beken yg mau nyempetin mampir dan meninggalkan jejak. Tengkyu ya Mak :'D

    @Mbak E. Novia: Tengkyu sudah mampir. Ubii narsis loh kalau dibilang cantik :p

    @Mak Irowati: AMIN, tengkyu ya Mak doanya untuk Ubii. Cium balik dari Ubii dan Mami nya :**

    @Mak Dame: *mewek baca komennya* *cari tissue* *ke pojokan* Tengkyu ya Mak :))

    ReplyDelete
  24. ibu yang hebat.
    ibu yang luar biasa.
    Ubii sungguh beruntung memliki ibu sehebat dan amat istimewa seperti dirimu mak.
    (btw, anak saudaraku karena kurang kalsium jadi pendengarannya juga bermasalah. dia ke singapura untuk tanam alat hearing aid yang tahan air dan tahan guncangan. Ditanamnya di atas batok kepalanya,. jadi, itu alat dipakai setiap saat di belakang telinganya, tertutup rambutnya bahkan dia keramas seperti biasa saja, dan berenang sampai nyelam juga gak masalah. anaknya akhirnya bisa dengar normal dan di usia 6 tahun mulai berlatih bicara. sekarang usianya sudah 8 tahun sudah lancar ngomongnya).

    ReplyDelete
  25. ubi sayang, sungguh beruntung kamu, nak, punya ibu sehebat mamamu.
    Kiss kiss dari jauh :*

    ReplyDelete
  26. @Mak Ade Anita: Tengkyu mak udah mampir. Peluukk. Wah, beruntung sekali anak saudara Mak Ade bisa pakai itu. Sekarang Ubii pakai alat bantu dengar biasa dulu Mak. Yg Mak ceritain itu, namanya cochlear implan, biayanya 350 juta dan biaya operasi nya 65 juta. Xixixi. Semoga suatu saat Ubii dapet rejeki untuk itu, amiinn :)

    @Mak Sary: Oh ada Mak Sary! Idolaku! Ibu 5 anak yg pakai outfit kuliahan pun masih pantes. Dunia nggak adil nih, yg mati2an pengin kurus kayak aku malah mbrot terus. Hiks. Tengkyu Mak Sary. Aku harus berguru padamu nih Mak :))

    @Obat herbal: Hihi, bingung nama aslinya siapa :) Anyway, thank you sudah mampir ke sini :))

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^