Tuesday, December 24, 2013

E-Learning untuk Siswa Tunarungu dan Tunanetra

 
Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. - Nelson Mandela

Itulah sebuah quotation yang sangat apik dari seorang pria hebat. Saya sangat mengamini kalimat yang menegaskan pentingnya pendidikan tersebut. Dan menurut saya, setiap orang memiliki hak dan kewajibannya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing untuk berkontribusi terhadap perubahan dunia, atau minimal dirinya sendiri, ke arah yang lebih baik. Sayangnya tidak semua orang mampu mengenyam pendidikan. But, the good news is, perkembangan zaman menghadirkan pendidikan yang lebih mudah diakses untuk semua orang, yaitu melalui e-learning.

Saya yakin kita sudah akrab dengan e-learning. Ada beberapa definisi dari e-learning yang sebenarnya memiliki poin yang sama. Salah satu definisi e-learning yang cukup dikenal adalah definisi menurut Darin E. Hartley, yaitu "E-learning merupakan sebuah jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain" (Hartley, 2001).

Tentu sistem e-learning sangat menguntungkan bagi banyak orang. Namun, apakah anak berkebutuhan khusus juga bisa menikmati manfaat dari e-learning tersebut? Jawabannya, ya. Once again, thank to technology yang menyediakan banyak sumber bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar secara online.

Menurut Wikipedia.com, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karateristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Yang termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, anak dengan kesulitan belajar, dan anak dengan gangguan perilaku (Autis, ADHD, hiperaktif). Karena keluarbiasaan mereka, tentu anak berkebutuhan khusus membutuhkan perangkat electronic learning yang berbeda dari anak yang normal. Tentunya perangkat belajar ini harus dilengkapi dengan software untuk mengakomodasi karakteristik, hambatan, dan potensi mereka. Yang akan saya bahas di sini adalah siswa tunarungu dan tunanetra. :)

Tunarungu

Sebenarnya saya selalu meyakini bahwa anak tunarungu adalah mereka yang sudah tidak bisa mendengar suara sama sekali karena anatomi telinga atau koklea di telinga tengah mereka sudah rusak. Anak-anak yang masih bisa mendengar suara, walaupun hanya suara yang sangat keras saja, disebut dengan anak yang memiliki gangguan pendengaran. Seperti anak saya misalnya, ia mampu mendengar pada frekuensi 95 dB, di mana komunikasi normal terjadi pada frekuensi 25-30 dB. Itu artinya ia dikategorikan pada anak dengan gangguan pendengaran sangat berat. In fact, ada 4 tingkatan pada gangguan pendengaran.

1) Gangguan pendengaran ringan (26-41 dB): Penderita tidak bisa mendengar suara yang lembut dan ia kesulitan mengerti apa yang diucapkan lawan bicara di area yang ramai.
2) Gangguan pendengaran sedang (41-70 dB): Penderita tidak bisa mendengar suara yang lembut dan agak keras. Ia sangat kesulitan menangkap pembicaraan di area yang ramai.
3) Gangguan pendengaran berat (71-90 dB): Lawan bicara harus berbicara dengan suara yang sangat keras (hampir berteriak) agar penderita dapat mendengarnya.
4) Gangguan pendengaran sangat berat (+91 dB): Penderita masih dapat mendengar suara. Namun suara tersebut harus sama kerasnya dengan suara truk, pesawat, dan mesin bor. Komunikasi verbal tidak mungkin dilakukan kecuali penderita menggunakan hearing aids.

Salah satu pilihan berkomunikasi bagi anak-anak tunarungu adalah dengan bahasa isyarat. Syukurlah ada sebuah website yang khusus dirancang untuk membantu anak-anak tunarungu pengguna bahasa isyarat untuk belajar dan berkomunikasi. Website tersebut adalah i-CHAT (I Can Hear and Talk). Website ini digagas oleh Telkom Indonesia bekerja sama dengan FNKTRI, Yayasan AKRAB, UPI, SLB Santirama, Yayasan Sehjira, dan Kementrian Sosial.

Tampilan Home dalam i-CHAT
Program dalam i-CHAT dilengkapi dengan 5 feature belajar, yaitu Kamus, Abjad Jari, Isyarat Bilangan, Tematik dan Susun Kalimat. Semua feature itu menyediakan tutorial bagi anak tunarungu untuk mempelajari bahasa isyarat dengan mudah. Pada feature Abjad Jari dan Isyarat Bilangan kita hanya perlu mengetikkan sebuah kata atau memilih angka, lalu akan muncul tutorial bahasa isyarat yang diperagakan oleh seorang model.

Feature Abjad Jari

Feature Isyarat Bilangan
Selain menyediakan feature untuk mempelajari bahasa isyarat per huruf dan angka, i-CHAT juga menyediakan sarana untuk berlatih bahasa isyarat untuk kelompok-kelompok kata dalam featureTematik. Terdapat beberapa kelompok kata dalam feature Tematik, antara lain: Anggota Keluarga & Kenalan, Benda-Benda di Sekitar Kita, Tubuh, Kesehatan, & Perlengkapan Diri, Aktivitas Manusia, Jenis Pekerjaan, Hari Besar & Hari Libur, Empat Sehat Lima Sempurna, Mari Kita Pergi Jalan-Jalan, Menghargai Waktu & Uang, Padanan Kata, dan Lawan Kata. Masing-masing kategori dilengkapi dengan video bahasa isyarat, video pengucapan, dan contoh kalimat. Feature selanjutnya adalah Susun Kalimat. Ada 3 pilihan dalam feature ini, yaitu Kalimat Pilih Gambar, Kalimat Berstruktur, dan Kalimat Bebas. Program i-CHAT juga menawarkan feature Latihan & Game. Ada 8 permainan edukatif sehingga proses belajar pun tidak boring. Menurut saya situs i-CHAT ini sangat bermanfaat tidak hanya untuk murid, tapi juga untuk guru sekolah luar biasa (SLB). Guru SLB bisa menmanfaatkan situs i-CHAT ini sebagai bahan pengajaran di sekolah.

Feature Tematik
Feature Susun Kalimat
Game Mencocokkan Kata

Website i-CHAT diperuntukkan bagi siswa tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Lalu bagaimana dengan anak tunarungu yang menggunakan hearing aids atau implan koklea? Mereka tidak menggunakan bahasa isyarat. Pasti mereka diharapkan mampu berkomunikasi secara normal seperti anak pada umumnya karena mereka bisa mendengar dengan dibantu oleh alat. Nah, yang menjadi PR mereka kemudian adalah bagaimana supaya mereka bisa mendengar untuk kemudian bisa bicara. Tujuan itu bisa dicapai melalui e-learning dari Cochlear. Cohlear menyediakan materi-materi untuk belajar mendengar yang disusun per minggu. Materi per minggu dilengkapi dengan lembar evaluasi untuk menilai sejauh mana seorang anak mengalami kemajuan. Website ini juga dilengkapi dengan lagu dan video sebagai pendukung e-learning. Tidak hanya itu, Cohlear juga menyediakan materi gambar-gambar yang menarik dalam bentuk Powerpoint yang bisa diunduh dengan gratis.

Berbeda dari website i-CHAT yang bisa digunakan sendiri oleh siswa tunarungu, website Cohlear ini lebih diperuntukkan bagi guru atau orangtua. Saya sendiri memanfaatkan materi-materi dari Cohlear ini untuk e-learning. Saya banyak belajar tentang aktivitas-aktivitas apa saja yang harus saya lakukan untuk menstimulasi pendengaran anak saya pasca memakai hearing aids. Sejauh ini saya merasakan manfaat yang cukup besar karena materi-materinya sangat lengkap. Anak saya juga terhibur dari video animasi yang lucu namun tetap edukatif. Jadi situs ini adalah media e-learning sekaligus playing buat kami. Kelemahan dari website ini adalah dari segi bahasa. Bahasa pengantar yang dipakai di Cohlear adalah Bahasa Inggris. Jadi guru atau orangtua yang tidak bisa berbahasa Inggris harus meminta bantuan penerjemah dulu untuk menikmati manfaatnya. Selebihnya, this website is super awesome!

Materi Expressive Language minggu I
Animasi yang saya unduh dalam format Powerpoint
Tunanetra

Anak tunanetra adalah anak-anak yang memiliki kesulitan untuk melihat. Ada 2 golongan tunanetra, yaitu blind (buta total) dan low vision. Nah, anak-anak tunanetra tentunya membutuhkan e-learning yang menggunakan indra pendengar dan peraba. Maka media untuk mendukung e-learning bagi anak tunanetra ialah keyboard braille (untuk blind), keyboard bertombol besar dan berwarna mencolok (untuk low vision), dan perangkat Screen Reader seperti Thunder dan Natural Reader yang dapat menyuarakan teks pada halaman website, Ms. Word, PDF, dan email. Software Thunder dan Natural Reader ini harus didownload terlebih dulu untuk bisa dinikmati manfaatnya.

Keyboard Braille

Keyboard untuk low vision

Mouse Braille

Software Natural Reader
Tampilan Google yang disuarakan dengan Thunder
Dengan software yang dapat menyuarakan teks seperti Thunder dan Natural Reader, siswa tunanetra tetap dapat menyerap ilmu sebanyak mungkin secara mandiri seperti siswa pada umumnya. Kendala penglihatan pun tidak lagi menjadi aral yang berarti. Memang, buku-buku yang diterjemahkan dalam format Braille sudah banyak. Namun, tentunya e-learning memungkinkan lebih banyak lagi ilmu untuk dilahap. Selain itu, e-learning ini juga dapat menjembatani mereka dengan dunia teknologi. Anak berkebutuhan khusus juga berhak menjadi canggih dan tidak gaptek, bukan?

All in all, I'd have to say that saya bersyukur melihat perkembangan e-learning dewasa ini. E-learning tidak hanya dapat dinikmati oleh siswa pada umumnya, tapi juga oleh siswa berkebutuhan khusus. Saya berharap media e-learning untuk siswa tunarungu dan tunanetra ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para siswa, guru SLB, dan orangtua sehingga ilmu dan potensi mereka dapat berkembang dengan optimal. Dalam hal ini, kuncinya adalah kemauan untuk meng-update pengetahuan kita. Para guru harus aktif membuat terobosan baru dalam mengajar; entah itu dari cara menerangkan atau materi yang diterangkan sehingga proses belajar siswa tunarungu dan tunanetra menjadi atraktif. Sayangnya banyak guru yang sudah puas dengan apa yang mereka miliki dan menjadikan diri mereka sebagai subjek dalam pendidikan sehingga mereka tidak lagi memperkaya bahan ajar mereka. Dampaknya, materi yang diterima siswa dari tahun ajaran ke tahun ajaran berikutnya itu-itu saja. Siswa tunarungu dan tunanetra di sini menjadi objek pendidikan semata, yang hanya menerima materi dengan pasif. Itu patut disayangkan karena sangat banyak yang bisa dipelajari dengan e-learning.

Selain itu, berdasarkan pengamatan saya, tampaknya e-learning untuk siswa berkubutuhan khusus belum marak. Saya mencoba bertanya pada beberapa kawan tunarungu dan low vision saya apakah mereka  mengetahui dan memanfaatkan program i-CHAT atau Natural Reader. Kebanyakan dari mereka mengaku baru pertama kali mendengar program tersebut. What a shame! Websites untuk e-learning sebagus itu namun tidak dirasakan manfaatnya oleh banyak siswa tunarungu dan tunanetra? Sangat disayangkan. Mengapa? Entahlah. Mungkin karena 1) Telkom kurang mensosialisasikan program i-CHAT, 2) Kita sendiri yang kurang termotivasi untuk mencari tahu perkembangan dan hal baru apa saja yang hadir di tengah kita, atau 3) Sekolah-sekolah Luar Biasa berikut pengajarnya tidak menggunakan media e-learning tersebut sehingga siswa pun tidak tahu keberadaan program pendukung e-learning itu.

Ada perumpamaan mudah untuk menggambarkan fenomena di atas. Katakanlah kita lapar sehingga kita butuh makan. Biasanya makanan sudah disediakan oleh ibu di meja makan. Kali ini hidangan di meja makan habis. Tapi, masih banyak makanan yang disimpan ibu di lemari dapur. Kita tidak menemukan makanan itu karena kita malas mencari dan langsung berpuas diri dengan pemikiran oh di meja makan nggak ada makanan, berarti makanan udah habis dong. Akhirnya perut kita tetap keroncongan dan bahkan menjadi maag. Siapa yang rugi? Kita. Mengapa? Karena kita enggan mencari tahu. Ya, begitulah kurang lebih-nya.

E-learning memungkinkan kita mampu belajar, now a question remains, apa kita mau belajar?



Referensi:
  1. http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
  3. http://app.i-chat.web.id/
  4. http://cochlear.com/wps/wcm/connect/intl/home/support/rehabilitation-resources/rehabilitation-resources 
  5. http://www.sightandsound.co.uk/shop/product_images/d/485/braille-display-Focus40-perkins-keyboard-web__81005_zoom.jpg
  6. http://store.aramedia.com/shopimages/products/normal/KUSykb-lpkid-i_1a.jpg
  7. http://www.thenutgraph.com/user_uploads/images/2009/05/13/webyrical-blind-mouse.jpg
  8. http://justfwd.com/?dn=naturalreader.com&pid=7PONP4W1U


f

Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan : "e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain". - See more at: http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html#sthash.BxOmEfnx.dpuf
Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan : "e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain". - See more at: http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html#sthash.BxOmEfnx.dpuf
Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan : "e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain". - See more at: http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html#sthash.BxOmEfnx.dpuf

2 comments:

  1. Semoga ide ini terealisasi segera...keren banget Mami Ubii...

    Semoga berjaya ( lagi ) . Amin

    ReplyDelete
  2. Amiinn. Xixixi. Tengkyu mak Lies :D

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^