Wednesday, February 27, 2019

Aiden Berhenti Nenen, Akhirnya


Hari ini sudah 8 hari Aiden nggak nenen sama sekali. Sungguh sesuatu yang layak dishare di blog. Buat yang sering baca blog atau IG saya, mungkin kalian nyadar saya cukup sering kebingungan gimana caranya biar Aiden stop nenen. Karena ya, umurnya udah 3 tahun bulan September 2018 kemarin.


Terakhir saya cerita masalah nenen ini di Instagram tanggal 23 Januari. Itu post video Aiden yang lagi sakaw nangis bombay minta nenen. Abis itu lumayan banyak yang komen dan DM sharing pengalaman menyusui juga.


Dari yang pada komen itu, ada juga beberapa ibu yang sama seperti saya. Masih menyusui anaknya walau anaknya udah 2 tahun lebih. Nggak masalah sama sekali toh ibunya juga masih menikmati. Saya langsung ngerasa nggak sendirian hahaha.

Terus ada juga yang komen intinya ngasih masukan ke saya biar lebih tegas ke Aiden dan jangan mau kalah sama anak. Di situ saya mikir sih. Apa iya Aiden masih terus aja nenen karena saya kalah? Apa bener ini masalah otoritas?

And for me, it's not.

Aiden masih menyusu itu bukan karena saya nggak tega nolak atau nyetop. Tapi saya yang belum siap. Itu.

Saya lumayan sering kan ke luar kota tanpa anak-anak. Jadi Aiden dan Ubii bobok sama Mbak Nur. Selama nggak ada saya, nyatanya Aiden bisa-bisa aja tidur tanpa nenen. Sama sekali nggak terganggu jam tidurnya. Nggak yang harus cranky dulu nyari pentil atau apa.

Begitu saya balik ke rumah, baru nenen lagi dan emang saya juga mau-mau aja. Justru saya seneng tiap Aiden nenen. Rasanya intimate sekali. Saling liat-liatan, saya sambil nyanyi dengan lagu yang direquest Aiden, saya elus kepalanya, dan sesekali Aiden pegang pipi saya. Dibilang terlalu meromantisasi menyusui biarrrrr, hahahaha, because I did enjoy it very much.

Saya emang anaknya melankolis, ingat itu. Jadi, pengalaman menyusui Aiden dengan interaksi dua arah sambil nenen gini emang priceless banget. Berbeda sekali dengan breastfeeding Ubii yang hanya pasif saat itu. Sebenernya nggak bisa ya membandingkan. Tapi ya gimana. Realistis aja sama kenyataan bahwa ada yang berbeda.

Anggota keluarga saya nggak ada yang protes Aiden masih nenen. Mama mertua saya juga santai karena dulu Adit nenen sampai 5 tahun katanya, wkwk. Jadi saya makin nggak nemu alasan yang urgent untuk stop. Sisanya bisa dibaca di blogpost jadul: Kenapa Aiden Belum Disapih

Aiden, as much as he loves breastfeeding, sebenernya juga udah malu sih. Kalau ditanya guru daycare atau siapa pun, dia nggak akan ngaku kalau masih nenen. Dia akan bohong dan bilang kalau dia tuh sudah besar, hence nggak nenen lagi. Dan kalau ada yang ngotot menyangsikan, dia bisa marah-marah. Udah ngerti malu anakku uhuhu lucu.

Jadi hasil evaluasi singkatnya emang karena saya yang belum siap. Further, I asked myself why wasn't I ready? Ternyata karena saya takut kalau saya menjadi tidak sepenting itu lagi buat Aiden. Menyusui adalah satu-satunya hal yang hanya bisa didapat dari saya. Adit kan mustahil menyusui, Mbak Nur juga nggak mungkin. Sementara hal lain kayak nemenin bobo, bacain buku, bantuin mandi, nyuapin, nemenin main, etc gitu kan Adit dan Mbak Nur bisa lakuin. Saya takut kehilangan sense bahwa saya nggak lagi sespesial itu di mata Aiden.

It's like I needed one thing yang bikin saya ngerasa, "Hey, cuma Mami loh yang bisa kasih ini."

Akhirnya bisa menyadari itu setelah self-talk sama diri sendiri. Baca ya tentang self-talk di sini: Parenting Self-Talk dan Mengenali Diri Sendiri

Long story short, tanggal 11 sampai 16 Februari kemarin saya ikut intensive course Montessori di Jakarta. Capek banget banget karena satu hari materinya dipadatin sekali. That's why it's called intensive, dan 5 hari doang pula untuk kulik-kulik permukaan kulit A-Z Montessori, makanya berasa 'penuh' banget kepala.

Di hari pertama, kami belajar tentang Filosofi Montessori. Di situ dibilang intinya fase oral anak itu berada di usia 0-2 tahun. Usia segitu, daerah otot orofasialnya masih harus berkembang dan baru dipenuhinnya dengan kegiatan menyusu. Hence, usia menyusu sebaiknya ya dari 0 bulan sampai 24 bulan. Not more and not less.

Dalam Filosofi Montessori juga disebut bahwa anak perlu bertumbuh dan berkembang sesuai tahapan usianya. Sebaiknya nggak dikarbit, dan nggak dibonsai juga. Entah ya, tapi di situ saya langsung ngerasa saya sudah membonsai Aiden. Dia sudah waktunya selesai menyusu dan sebenernya dia bisa tidur tanpa nenen. Udah saatnya Aiden bertumbuh ke tahapan selanjutnya, tapi saya yang bikin dia 'kerdil' dan stuck di fase oral karena saya yang belum siap.

It took me just that very first day to realise that I have to work on my feelings.

Dan hari itu juga (11 Februari 2019), saya bilang sama diri sendiri "It's time to stop" walau emang masih ada perasaan nggak yakin bisa sih sebenernya.

Saya balik Jogja lagi Sabtu tanggal 17 Februari, sampai rumah pagi jam 9-an karena first flight banget subuh-subuh. Itu posisinya Aiden udah bangun dan emang keliatan nungguin saya. Nur bilang Aiden tumben-tumbenan bangun tidur jam 5 kemudian bertingkah manis. Spontan langsung pengin nenenin hahahaha.

And I did breastfeed him.

Hari itu saya jadikan hari terakhir menyusui Aiden. Nggak mau sih emang kalau langsung cabut. Saya pengin 'pamitan' dulu baik-baik. Saya bilang Aiden sudah besar, sudah waktunya nggak nenen lagi. Mami sayang Aiden sampai kapan pun, bakal tetep nemenin Aiden, dan blablabla sambil nyiumin dia terus.

Besoknya, 18 Februari, malem mau tidur, Aiden pegang-pegang payudara saya dari luar. Saya ingetin lagi kalau sudah nggak nenen. And it worked just like that. Dia nyaut sendiri, "Aiden sudah besar. Puk-puk aja ya" tanpa drama apa pun sama sekali.

I guess mommy's determination was all that made the difference, huh?

So, as per today, it's been more than a week saya berhenti menyusui. And it turns out just great. Ternyata Aiden masih tetep nyari-nyari saya. Masih suka mendadak tanpa diminta bilang "Aiden sayang Mami" sambil meluk. Masih milih dimandiin, dianter sekolah, dan ditemenin main di kamar depan sama saya ketimbang sama Mbak Nur. Ternyata nggak ada yang berubah.

Iya biar saya emang meromantisasi peran ibu yang satu ini kok hahaha, who cares. Buat saya, beberapa hal dalam hidup memang perlu diromantisasi dan dianggap seprecious itu so that we do NOT take those things for granted.

So, what about you? Apa kabar kalian? Do you miss me? Hueehehehehe.




Love,






5 comments:

  1. Aiden so sweet anet ciiih. Mukhlas 8 Maret nanti dua tahun. Tapi udah disounding dari beberapa bulan ini dia nolak dan nangis kalau harus berhenti nenen. Apa karena dia belum ngerti bener ya? Duuu galau. Semoga waktunya nanti beneran mau berhenti.

    ReplyDelete
  2. aduh Aiden gemes anet sih, puk puk aja yah bobonya jangan nenen hahaha..aku jadi ga sabar nih kalau anak bungsu wes gede ada drama ga yah semoga mirip Aiden mengerti malu dan berhenti dengan suka cita :D

    btw aku juga mba Gesi suka banget kalau pas nyusui liat2an, becanda, cerita ah jadi pengen pulang nih cepet biar bisa nyusuin :D

    ReplyDelete
  3. Congratsss Aiden and mommy! I can't agree anymore with the your last statement, Ci Gesi. WE usually take something for granted so easily. Soal berhenti nenen ini memang butuh kesiapan matang dari si mommy sendiri, bukan karena omongan orang lain atau karena dipaksa juga. So glad that both of you ended this journey beautifully, semoga Aiden makin okee yaa pertumbuhannya (:

    ReplyDelete
  4. ahh iya mami ubii. dulu saat nyapih ale dan elo itu aku patah hati ^_^. berasa kehilangaaan gitu. jadi kesulitan di weaning itu kadang mmg malah dari mamanya :D

    ReplyDelete
  5. Mbaa, nanti post tentang bbw kemarin dong hihi, kalo mau unboxing juga boleh, makasih mba 😊🙏

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^