Friday, January 26, 2018

Diari Papi Ubii #27: When The Smoke Vanishes


Salah satu hal tersulit untuk dilakukan adalah berhenti merokok, buat yang ngerokok tentunya. Hahaha. Apalagi kalau ngerokoknya udah lama banget. Di Diari Papi Ubii edisi 27 ini, Adit bakal cerita tentang perjalanannya berhenti.


So far, dia sudah berhasil nggak ngerokok selama 3 bulan. I should applaud him for that. Okay, so here we go!

Adit:

Disclaimer: Saya tidak berafiliasi dengan kampanye anti rokok. Saya juga tidak dibayar oleh beberapa produk yang saya sebut di tulisan ini. Saya hanya berbagi pengalaman tentang berhenti merokok secara subjektif.
Giving up smoking is the easiest thing in the world. I know because I've done it thousands of times ― Mark Twain
Saya lahir dan tumbuh dengan seorang ayah yang perokok berat. Sebagai anak kecil, saya nggak pernah komplain dengan rokok Papa. Bagaimana mau komplain kalau setiap Papa menyuruh saya buat beli rokok di warung, Papa selalu bilang, “Uang kembaliannya buat Adit saja.” Saya sungguh senang. Bahkan, kalau boleh bilang, saya selalu menanti perintah Papa yang satu ini. Gara-gara ini, saya beranggapan bahwa merokok adalah sesuatu yang wajar.

Sampai dimana saatnya Mama hamil adik saya. Karena mungkin bosan melihat kelakuan nakal kedua anaknya yang cowo semua, he longed for a baby girl. Papa lalu membuat sebuah pakta: kalau adik saya lahir perempuan, Papa akan mencukur habis rambutnya dan meninggalkan semua bad habit. Bad habit disini mencakup minum alkohol dan merokok. 4 hari setelah ulang tahun saya yang ke-7, dan tepat di ulang tahun Mama yang ke-37, adik saya lahir. It was a she. And, because Dad is a gentleman with his words, he shaved his head and stopped smoking immediately. Tidak merokok sebatangpun sampai hari ini. 


Tahun 2000, beranjak SMA dan sedang mencari jati diri, saya berteman dengan semua orang: mulai dari science geek sampai musisi, saya jadikan teman. Lalu, seperti halnya kebanyakan remaja Indonesia, saya mulai coba-coba merokok. Awalnya cuma biar merasa “diterima” oleh segelintir kumpulan di sekolah, lalu keterusan ngeksplor berbagai macam merk. Before I knew it, I was a nicotine junkie. Saya menjadi perokok aktif dengan menghabiskan sebungkus rokok per harinya. Tapi jangan salah ya, selama 17 tahun merokok, I was a very responsible smoker. Saya tidak akan merokok jika:

🚬 Tidak di smoking area
🚬 Tidak ada asbak
🚬 Ada bayi dan ibu hamil di sekitar

Baca: Perilaku-Perilaku Ajaib Yang Jangan Dilakukan Ya, Gengs

Lalu diikuti ritual pascamerokok seperti makan permen mint, membasuh tangan sampai bersih, even ganti baju/mandi kalau mau megang anak. Ribet ya? Banget. Tapi saat itu saya menjustifikasi aktivitas merokok saya. Saya bilang, dengan merokok saya adalah seorang patriot yang turut serta menjadi bagian dari penyumbang pendapatan negara melalui cukai rokok yang jumlahnya mencapai ratusan triliun rupiah pertahunnya. Serta, secara tidak langsung saya menyokong hidup petani tembakau Indonesia. Pokoknya justifikasi yang ultra-nasionalis gitu lah. Biar termaafkan oleh masyarakat.

Tepat 10 tahun lalu. Nonton konser Bjork. Rokok selalu ada di sela jari.

Namun, dengan saya merokok, saya tidak serta merta tutup mata dengan bahaya laten yang mengintai. Beberapa saudara saya meninggal karena kanker paru yang disebabkan oleh rokok. Saya juga pernah bertemu orang yang tenggorokannya bolong dan suaranya hilang karena laringitis kronis. Saya tanya gara-gara apa, doi jawab gara-gara ngerokok 20 tahun. Sumpah, even sampai sekarang, saya masih merinding kalo nginget. Saya pikir itu hanya ancaman kosong dari Depkes buat nakut-nakutin. Ternyata ada beneran yang ngalamin.


Berangsur-angsur saya mencoba untuk berhenti merokok. Tapi susah banget. Beneran deh. Mulai dari hypnotherapy, sok-sokan hidup sehat, akupunktur, sampe nicotine patch saya jabanin. Hasilnya, mentok berhenti sebulan doang. Habis itu balik lagi. Why? Because I really enjoyed smoking. Perasaan terbuai nicotine rush saat hisapan pertama rokok itu suatu hal yang belum ada penggantinya sampai sekarang. Rokok juga bantu saya buat fokus, bikin pikiran kalem, dan apalah itu sebut saja satu-persatu.

Makanya, kalau banyak orang ngeluh berhenti ngerokok itu susah, jangan diketawain atau diejek. Berhenti merokok bukan perkara mudah. 

Tapi semuanya berubah circa 2016, di sebuah pendakian Gunung Lawu bersama dua teman saya. I was collapsed due to shortage of breath. Kepingsanan saya itu sampai membuat jadwal pendakian kami molor jauh banget. Sampe saya dicariin sama temen-temen, kenapa saya ngga balik-balik. Even Mama mengutus sepupu saya untuk nyusul ke pos 1. All in all, saya berhasil sampai puncak, dan pas dapet sinyal, saya mengabari orang rumah kalau saya baik-baik saja.

Indeed I reached the summit, tapi saya masih terganggu dengan fakta bahwa nafas saya sangat pendek dan membuat saya pingsan, lalu bikin orang lain susah. Saya pernah mendaki gunung ini dua kali sebelumnya. Baru kali ini saya pingsan. All of that defeated feelings made me really angry. Seketika, saya memutuskan untuk berhenti merokok.

View from the top of Central Java

Berhasil?

Tentu saja tidak. Saya masih merokok senikmat-nikmatnya. Tekad saya hanyalah pepesan kosong jika sudah mencium bau rokok menthol kegemaran saya. Ditambah, saya saat itu sedang coba-coba mainan e-cigs. Saya beli mods, juice, tank, dan segala tetek bengeknya sampai habis jutaan rupiah. Demi ngebul yang less health-damaging, I justified.


Buat yang belum tahu, saya LDM dengan istri. Saya di Jakarta dan anak istri di Jogja. Resiko LDM tentu saja: akrab dengan #KESENDIRIAN. Untungnya, saya seorang introvert dan saya fine-fine saja dengan kesendirian. In fact, merokok/vaping sendirian di balkon apartemen sambil dengerin Explosions in the Sky dan memandang lanskap Jakarta adalah kegiatan favorit saya tiap malam.

Baca: Diari Papi Ubii #4 - The Motherf*cker Called Distance

Adalah satu malam menjelang Thanksgiving 2017, saya kehabisan rokok. Itu posisi jam 1 dini hari. Ada 2 pilihan: saya harus mendapatkan rokok baik beli sendiri atau pakai Go-Mart, atau saya ngga usah cari rokok tapi bakal cranky dan ngga tenang sepanjang malam. Saya hampir saja beli via ojol. Sepersekian detik sebelum hit “buy” button, there was a part of consciousness from myself, said that:

“Halah Dit, ribet amat sih hidupmu malem-malem gini cari rokok. Mau-maunya gitu punya badan diatur rokok. Katanya individu merdeka? Kalo siklus biologis kamu masih diatur sama produk bikinan orang lain, dimana esensi merdekanya?”


I was like… what the fucking fuck? Dari mana saya bisa mikir gituan coba? Sebuah pemikiran yang ngga pernah terlintas sebelumnya. But I then took my thought seriously.

I decided to do cold turkey method.

Apa itu cold turkey?

Ini metode berhenti merokok dimana saya stop merokok all at once. Hanya mengandalkan willpower untuk melawan ketergantungan saya terhadap nikotin. Seperti yang saya bilang tadi. My body, my consciousness, my rule. Saya tidak suka fakta bahwa badan saya diatur substansi asing bikinan orang lain. Anyway, cold turkey ini metode paling populer dan paling menyakitkan. Tanpa persiapan apapun. Tanpa kompromi apapun.

Langkah-langkah yang saya lakukan adalah:

👉 Membuang semua hal yang berhubungan dengan rokok.

👉 Rokok, lighter, asbak, semuanya saya buang. Tanpa terkecuali. Ini mensugesti diri sendiri bahwa saya sekarang bukan seorang perokok. Saya tidak butuh itu semua. Even untuk sekedar memorabilia.

👉 Menghibahkan seperangkat alat vaping ke teman saya.

Walaupun rasanya bervariasi dan endess bambang cyiiin -- tetep aja ini ada nikotinnya. Bikin adiktif. Ini bertentangan dengan niat awal saya yang pengen lepas dari ketergantungan substansi apapun. Lagipula, walaupun rasanya lebih enak dan ngga bikin bau, e-cigs jauh lebih ribet dari rokok. Belum beli liquidnya, ngatur voltasenya, maintain batrenya, dan sebagainya. Buat sebagian orang lain, mungkin coil building adalah kegiatan yang menyenangkan. Tapi tidak buat saya. Saya orangnya mah males ribet. Thus, saya putuskan malam itu untuk menghibahkan semua alat e-cigs ke temen saya.

Vaping was so damn good

👉 Membuat “Benefit Time Table”

Ini isinya list benefit apa saja yang akan dialami tubuh kita hour by hour kalau berhenti merokok. Sebenernya ini juga termasuk salah satu metode sugesti, tapi buat saya ini adalah hal yang sangat menantang. The feeling when you conquer your craving is indescribably good! Listnya ini aku bikin sendiri dengan fetch data dari website WhyQuit. Walaupun front-end design nya jelek banget, tapi website nya provide info-info bermanfaat seputar berhenti merokok.


👉 Install app yang membantu berhenti merokok.

Pilihan saya jatuh ke Smoke Free. Kenapa? Karena appnya sangat komprehensif. Kita bisa melihat sudah berapa lama berhenti merokok, sudah berapa banyak duit yang kita hemat setelah berhenti merokok, berapa banyak waktu yang tidak terbuang untuk merokok, dan sebagainya.


Ada shareable badges pula buat penanda achievement kita.


Bahkan, ada fitur target: dimana saya bisa set the goal barang apa yang bakal bisa saya beli kalau berhenti merokok. I really love this feature!

At this moment saya sedang set sepasang sepatu Puma ini sebagai target. So, saya akan bisa beli sepatu ini dari hasil menghemat saya dengan berhenti merokok 6 bulan kedepan. Yay!


👉 Beli toples transparan yang besar. Lalu menabunglah.

Ini bisa dibilang “progress bar” yang terbuat dari uang. As we know, uang bisa jadi motivasi terbesar manusia. Ya udah, taruh aja uang di toples ini, let’s say alokasi sehari 20 atau 50 ribu. Dengan melihat uang yang makin banyak tiap hari, makin gede pula motivasi kamu buat lanjut cold turkey method ini. Ngga butuh waktu lama buat ngelihat uang menumpuk banyak.

Baca: Kantong Orang dan Kantong Kita

Saya anggap saja, ini adalah apresiasi saya terhadap diri saya sendiri karena sudah bisa set the challenge and conquer it. Kalau udah kekumpul agak banyak, bisa dibelanjakan buat makan enak di Paulaner atau beli setelan jas baru, atau apalah. Sungguh bangganya saya bisa bisa beli lensa baru buat ulang tahun istri kemarin. Sebagian uangnya dari toples ini lho!


Efek Dari Cold Turkey

Kebiasaan yang sudah dibangun belasan tahun, lalu dihentikan, pasti ada efeknya. Apa saja efek-efek yang saya alami dari nicotine withdrawal?

🚭  Dua minggu pertama adalah cobaan terberat. Saya pusing setiap saat. Mudah marah, gelisah, keringat dingin, ngga bisa konsentrasi, susah tidur, dan sebagainya. Craving bakal dateng setiap beberapa jam and it’s torturing. Selebihnya saya siasati dengan makan permen mint, minum air putih yang banyak, tarik nafas panjang dan bilang dalam hati “I can do this” berulang-ulang kali. Namun, setelah 2 minggu pertama usai, cravingnya akan berangsur-angsur melemah. But really, the first 2 weeks was hell.


🚭 Dari segi indera, ada perubahan yang signifikan di area penciuman. Setelah 2 minggu pertama, I never thought that my office smells so damn good. It’s like you have brand new nose. Narik nafas panjang jadi kegiatan favorit saya. Lalu, indera pengecap juga makin sensitif. Saya jadi betah berlama-lama di resto atau kantin untuk menikmati setiap gigitan makanan yang masuk ke dalam mulut. Rasa micin Indomie pun berbeda saat waktu saya masih aktif merokok. Ini jadi jauh lebih nikmat. Saya juga sering order dessert dan gemar makan buah untuk mengalihkan nicotine craving saya. Mungkin ini bakal jadi downside dari berhenti merokok, karena berat badan saya naik 1.5 kilogram setelah 3 bulan tidak merokok.

🚭 Setelah berhenti merokok, saya bisa bertahan di treadmill selama 45 menit dengan kecepatan konstan 6.5 mph nonstop. Ini tandanya, saya bisa cultivate more energy, nafas lebih lega dan panjang pun. Saya juga bisa mempertahankan stamina di kantor. Biasanya jam 10 pagi itu ada tiredness attack. Mata berat, nguap terus, kerasa capek, dan lain-lain. Maka itu, dulu intake kafein saya banyak sekali. Pagi bukan pagi kalau tanpa kopi. Setelah berhenti merokok, kalau ngga ada kerjaan yang bikin rempong, biasanya saya baru bikin kopi setelah makan siang. Sorenya masih bisa dilanjut lari di treadmill.

🚭 Dari fisiologis, ada satu efek berhenti merokok yang buat aku berarti banget. Dulu, telapak tangan dan kaki saya selalu berkeringat. Selalu ya. Kapan pun dimana pun. Jadi, saya selalu nggak pede tiap kali ada yang ngajakin salaman lama-lama. Pasti tangan lawan jadi ikutan basah gitu. Kaos kaki pun jadi boros karena saya harus ganti tiap hari. Setelah 2 bulanan berhenti merokok, saya baru nyadar kalo telapak tangan dan kaki berhenti berkeringat. Kadang masih sih, tapi lebih sering enggaknya. Saya ngga tahu penjelasannya gimana soal ini. But I’m really happy with this.


Walaupun jujur sampai sekarang kadang-kadang masih craving, saya berharap saya akan lanjut berhenti ngerokok sampe besok-besok. Karena, saya merasakan manfaatnya sendiri. Bukan kata si A atau kata si B. I can breathe easily, freely. Nggak masalah kalau berat badan saya naik beberapa kilo. Yang penting, saya bisa mendapatkan kuasa atas tubuh saya sendiri. Nggak diatur sama substansi asing bernama nikotin.

Saya berhenti ngerokok bukan buat Grace, bukan buat anak-anak, bukan buat siapa-siapa. Saya berhenti buat diri saya sendiri.

Mirip penggalan lirik dalam anime Captain Tsubasa:

...Demi meraih masa depan terlihat
Tak perlu ragu jadilah diri yang baru
Bukan demi tuk siapapun juga
Cukup mencoba untuk jadi lebih hebat

Dragon Screamer
Dragon Fever
No Question!

Oke, bait kedua ngga relevan.
Halah Dit, baru 3 bulan berhenti aja udah koar-koar. Belagu amat jadi orang!
Justru itu. Tulisan ini akan berkesinambungan. Mungkin kalau sudah dapat satu tahun berhenti ngerokok, saya bakal bikin tulisan baru tentang apa saja yang berubah (atau bisa pamer barang apa aja yang sudah berhasil saya beli dari berhenti merokok hehehe). Kalaupun someday somehow saya tergoda lagi untuk merokok, tulisan ini bisa jadi self reminder bahwa saya pernah menulis tentang pengalaman menyenangkan saya pasca berhenti merokok. Kalaupun saya gagal untuk berhenti, ya saya mungkin bakal bikin tulisan kenapa saya gagal padahal di awal saya punya determination yang sangat tinggi. Who knows.

Untuk para perokok, please smoke responsibly. Di mata saya, perokok bertanggungjawab seperti kalian yang aware akan sekitarnya jauh lebih keren daripada aktivis antirokok yang bisanya cuma ngejudge tanpa mau berempati.

Untuk yang lagi berjuang berhenti, hang in there bruv! I know it’s hard. But the place you’re about to go is worth every sweat. I promise you.

Untuk yang sudah berhasil, congratulations! You’ve conquered your arch-enemy: yourself. It’s the biggest win above all!

Ayo semangati saya di kolom komentar. It means a lot!

Tabik!

***

Grace:

Kalau ditanya gimana perasaan saya dengan Adit berhenti merokok, jawabannya biasa aja lol.

Nggak deng.

Bangga sih, karena dia bisa membuat keputusan dengan sadar, mengupayakan, dan mengalahkan dirinya sendiri. Ini berlaku untuk semua pencapaian Adit, bukan hanya untuk quit smoking case. Kalau terharu, nggak juga sih ya. Kan dia melakukan ini untuk dirinya sendiri, bukan untuk saya.

Terharu karena Adit melakukan sesuatu yang dia nggak sukai untuk saya itu tetep ini sih. Pas Adit bantu masukkin microlax gel ke dubur dengan berak saya udah setengah mencuat tapi gabisa keluar karena saya sembelit padahal Adit jijik terjijik sama segala hal yang berhubungan dengan pup.


HAHAHA.

Baca: Thanks for Doing This, Adit!

So I guess, congrats mailaf udah bisa berhenti 3 bulan. Tolong saving up nya jangan cuman buat Puma kamu. Kamu tahu kan aku punya sepatu inceran yang aku penginin banget.

Muah!



Love,






34 comments:

  1. Wahhh suamiku perokok berat, semoga bs berenti jg dengan kesadaran sendiri 🙏🏻 Semoga istiqomah semangat papi ubii

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Kayaknya setiap perokok kudu "kena sentil" ya biar bisa sadar. Bapak saya ngerokok dari muda baru berhenti di umur 55. Gara2nya lagi sibuk persiapan lamaran eh beliau dadanya sesak, bawa ke rs ya nasehat dokter harus berhenti merokok. Sama kakak saya dibilangin "ingat pa, kita ada agenda tahun ini (nikahan saya) ". Nggak lama kemudian beliau benar benar berhenti merokok. Entah karena omongan kakak saya, entah baru sadar kalau rokok hampir saja bikin beliau nggak berdaya.

    Semangat mas Adit semoga bertahan selamanya👍

    ReplyDelete
  4. Papi ubik hebat...
    Yap begitu ungkapku pada papi ubii.
    Cs.. Aku hidup di area rokok n rokok rokok.. Papa ku sendiri rokok 4-5 bungkus perhari.. Itu dari muda smp usia 53th sekarang ini.. Dan punya suami juga perokok cuma ga parah kek papa... Tiap di bilangi papa selalu mending cere aja sm mama drpd ga rokokan dan sekarang ini jawaban sama... Semoga dapat ilham unt berani berhenti rokok kek papi adit...

    ReplyDelete
  5. Suami gk ngerokok tp kluarga besar saya mulai dr bapa..kakak..kponakan dll merokok smua..tulisan ini perlu d forward k mereka nih..thanks mba ges dan mas adit

    ReplyDelete
  6. kl ada yang cerita ttg berhenti merokok selalu inget sama bokap yg berhenti merokok waktu sakit paru-paru krn di ancam dokter " bapak masih mau jadi wali nikah anak-anaknya ? (kita tiga bersaudara cewe semua) kalo masih mau, berhenti merokok sekarang juga!!"

    dan sampai sekarang nggak pernah merokok lagi, sebagai gantinya makan permen kopiko kalo lagi pengen ngerokok.

    selamat buat papi ubi, semoga selamanya say good bye sama rokok... SMGT !!

    ReplyDelete
  7. Standing applause!

    Semoga suami aku tergerak untuk ikut-ikutan cold turkey. Aamiin...

    fyi, sebelumnya aku silent reader and adore this blog so much. Tapi pas baca postingan tentang battlenya papi ubii berhenti merokok, jadi gatel pengen komen. hihi...


    ReplyDelete
  8. ngakaks baca paragraf terakhir. Berenti ngerokok jd saving bnyk bgt ya. :)

    ReplyDelete
  9. Kami sekeluarga sedang berduka, baru aja minggu kemarin bapak kami berpulang ke Rahmatullah karna sakit paru kronis akibat rokok.

    Gak bisa nasehatin orang lain. Tapi kenyataan ini perlu orang lain tau. 😢😢😢

    ReplyDelete
  10. Ikut senang & bangga utk Mas Adit. Suami saya bukan perokok, dmikian juga para pria di kluarga saya. Senang sekali mngetahui para pria di sekitar kita sehat tanpa rokok.

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. Saya jadi punya gambaran baru ttg perokok berat.Ternyata sukar mau berhenti 😣 Saya anti rokok sebenarnya tpiiii suami termasuk perokok berat juga 😢 Sdh disuruh berhenti tp sampai skr cuma tinggal kenangan..But Utk Adit : yakinlah anda pasti BISA 😊 krn menurut saya berhenti krn kesadaran sendiri hasilnya lebihhh memuaskan krn ada dorongan kuat drdirimu sendiri.N Ges smoga keinginanmu dikabulkan Adit ya 😂😆

    ReplyDelete
  13. Congrats Papi Ubii sudah bebas dari nikotin. Semoga bebas merdeka selamanya yaaaa.

    ReplyDelete
  14. moga bebas selamanya ya papi ubii... denger ceritanya mengalir dan inspiring banget...

    dan selalu akhir yang petjaaah...
    sepatu inceran mami ubii bikin saya ngakak sendiri di kamar :D

    ReplyDelete
  15. Congrats mas Adit.
    suamiku brenti ngerokok pas tau aku hamil n katanya sekarang hidung jd sensitif banget ama bau rokok. kl ada org yg ngerokok deket dia, dia bilang gk enak n bikin pusing

    ReplyDelete
  16. Congratulation Papi Ubii
    Suami saya juga mantan perokok berat yang memutuskan berhenti begitu aja sebelum kami menikah ��
    Congrarulation once again! Sy kok bahagia banget ya kalo ada laki yang bilang begini. Soalnya berhenti merokok itu memang BISA kok, walaupun gak mudah, tapi insyaAllah BISA. Welldone!

    ReplyDelete
  17. aku terharu banget baca bagian ini loh: And, because Dad is a gentleman with his words, he shaved his head and stopped smoking immediately. Tidak merokok sebatangpun sampai hari ini.
    waw, just waw

    Sama Adit juga ngerasa keren banget karena bener ya, motivasi terbesar ya memang datangnya dari diri sendiri, bukan untuk pasangan atau untuk siapapun, tapi ya untuk diri sendiri aja. Tetep semangaatt ya Adit berhenti ngerokoknya! :D

    ReplyDelete
  18. Congrats ya, Dit. Semoga berhenti selamanya.

    ReplyDelete
  19. Abah saya seorang perokok berat sampai detik ini. selalu diingetin utk berhenti tapi beliau belum bisa. kakak laki-laki saya sudah kurang lebih 3 tahun berhenti merokok karena waktu itu sakit dan setelah sembuh tiba2 aja ngerokok menjadi tidak senyaman dulu katanya. suami saya sudah berhenti merokok jauuhh sebelum menikah dengan saya, ditanya apa alasannya, ya katanya ngerokok itu sebenarnya gak enak, seperti kata adit nafas jadi berat, karena dia suka nge gym jadi ngerasain banget kalo ngerokok bikin tubuhnya gak enak. utk adit, congrats yaa..saya yakin kamu pasti berhasil utk berhenti ngerokok selamanya

    ReplyDelete
  20. Congrtas adit �� Anyway, Milkyway nya bagusss beuut

    ReplyDelete
  21. Percaya sih kalo berhenti ngerokok itu susah banget. Krna bapak sy perokok berat. Alhasil adek sy ikutan juga. Deh. Bete! Tp lbh bete kalo ada yg rokokan disembarang tempat.ga liat sekitarnya. Selamat ya akhirnya sudah quit smoking 👏👏👏

    ReplyDelete
  22. Wah baru kali ini tulisan papi ubi penuh semangat
    Two thumbs up buat papi ubi

    ReplyDelete
  23. KENAPA KAMU MENGGUNAKAN QOSIDAH MEME DI SITU?! KENAPA MBUAK?! KENAPAAAAAA?!

    Oke. Ini postingan ter-relate sama bapakku. Bapak dulu... ngerokok di rumah dan bahkan acuh waktu aku di deketnya. Tetep ngerokok. Padahal aku masih balita waktu itu. Mbuh bangetlah. Mulai 2012, bapak mengurangi intensitas merokok. Sama sekali nggak merokok di rumah. Tapi kayanya kalau guiding ke luar kota, bapak tetep ngerokok. Apalagi di tempat2 dingin gitu. Tapi Alhamdulillah banget lah udah sangat berkurang. Karena bapak ada hipertensi, jadi habit ini membantu supaya nggak kambuh2an. Selain itu bapak juga olahraga tiap hari, lari di sekitar Bandara.

    Pernah suatu hari Bapak naik Ijen. Karena bawa tamu cah enom2 seko amerika, bapak nggak mau keliatan lemah. Akhirnya bapak naik Ijen, lari. Sinting ncen. Sampe tamunya ngatain bapak "BUDI IS NOT HUMAAAAAAAAAAN". Berkat healthy lifestyle-nya, everything seems possible.

    So, Mas Adit, kamu pasti bisa!

    xoxo,
    honeyvha.com

    ReplyDelete
  24. Aku merokok 20 tahun, perokok berat. Sehari 2 bungkus. Udaj berkali2 mencoba berhenti kayak Adit, gagal! Tapi Pas hamil berhenti dengan mudahnya, soalnya sepanjang hamil aku sebel &mual Sama bau rokok. Makanya kalo ada temen yang nanya gimana berhenti ngerokok gak pake drama, kujawab... Hamil. �� Dan emang bener, yang agak sulit itu bertahan gak merokok. Sampai sekarang udah 2.5 tahun aku gak ngerokok sih, yang bikin bertahan adalah.. bukan, bukan anakku, ada 2 hal : (1) Aku berhenti kemarin gampang gitu, kalo mulai lagi belum tentu gampang lagi. (2) rokokku zaman dulu ternyata harganya udah 20rb++, kalo balik lagi kayak dulu sehari 2x20rb ++, gimana sebulanan? Mending buat beli diapers dan belanja sayur. :))) #mamak2banget

    ReplyDelete
  25. Wah mantap! Akhirnya denger cerita berhenti merokok langsung lagi, bukan dengan mengurangi perlahan. Kalau komitmennya kuat insya Allah bisa. Om saya dulu bertekad setelah nikah bakal berhenti merokok. Sebelum akad, dia puas2in merokok, abis akad, beneran ga merokok sampai saat ini. Efeknya beralih ke ngemil dan memang berat badannya jadi naik banyak setelah nikah. Sudah membuncit juga, hihi.

    ReplyDelete
  26. Salut buat perokok aktif macam Adit yang dengan kesadaran sendirinya berhenti merokok. Bukan atas paksaan istri, atau anak. Congrats, yah! Semoga menular ke perokok2 aktif lainnya. :))

    ReplyDelete
  27. Ceritanya inspiratif banget Mas Adit, perlu di-share sebanyak-banyaknya. This is my very first comment in this blog, just to congratulate you. Haha. #silentreadernyaMbakGesi

    ReplyDelete
  28. Papapku perokok berat dari jaman beliau kuliah. Aku jadi merasa wajar kalau laki-laki ngerokok. Di tahun 2012 aku beranikan diri minta papap berhenti ngerokok dan besoknya jeng jeng papapku berhenti ngerokok. Oh iya mungkin bisa dicoba untuk mas Adit, setiap tanggal 24 september kami sekeluarga merayakan hari papap berhenti ngerokok dengan makan bareng atau wisata bareng....good luck ��

    ReplyDelete
  29. Nah, maybe untuk dapet moment cold turkeynya yg magical itu yg susah ya.., kayak dapet hidayah gitu, hahaa..

    To be honest paksu adalah perokok aktif, pernah sih janji mau berhenti kalau punya bayi, tapi itu cm php doong (yg sebenernya sdh guwe jedhek ��..) Gak kecewa bgt juga sih, soalnya aku tau gag gampang..
    Dan sekarang sy gak pernah sama sekali paksa2 paksu buat stop, karena sadar banget itu hidup dia, gak bisa sy paksa juga. Yg ada bakalan berantem..
    Dan sy tau kalau paksu tu paham banget bahaya2 merokok, udh gak perlu dijelasin lagi.
    Kalau orang jualan sy sekarang pake metode covert selling drpd koar2 nawarin dagangan. ��
    Eh,ini☝masih nyambung kan ya.. ��

    Ibarat, sy ini istri kedua nah rokok itu istri tuanya,
    dia lebih lama ketemu rokok ketimbang ketemu sy yg baru 5 tahun ini.
    Jd bakalan susah buat sy bikin dia ceraiin rokok de
    Kalau sy pake cara jelek2in si istri tua. Hahaha..
    ((ya ampun aku kakean nonton sinetron ketoke)).
    Jadi, sekarang lemesin aja saay, smbil doain dia supaya dapet hidayah ��
    Karena sy sih masih pingin idup bareng smpe jadi kakek nenek ubanan TANPA intervensi Penyakit gegara rokok.

    Dan malahan ni, setelah berhenti kampanye anti rokok di rumah dan disamping kuping paksu, dia lebih jd perokok yg ramah lingkuhan. Halah. �� maksudku, sekarang aja aku gak inget kapan terakhir hr ini liat paksu ngerokok, analisa absurdku sih kuantitas rokoknya udh jauh berkurang. Hahaha..
    Dia juga udh gak pernah ngebul kalau lg di warung yg rame atau pasti sumingkir dulu, palingan rokokan di depan mata saya malah kalau lg kumpul keluarga sy krn om2 pada ngerokok.. Hmm.. Mereka memang sungguh tidak mendukung program sy ��
    Dan di proyek.
    Pasti dia ngerokok, bayangin aja para lelaki orang lapangan ngumpul bareng. Apalagi kalo bukan kopi dan asap. PR bgt yg ini


    At least thankyou for sharing Adit n Gesi..

    Ya ampun jebule dowo banget sy nulisnya, 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  30. Superbly written article, if only all bloggers offered the same content as you, the internet would be a far better place.. ect mico

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^