Friday, April 27, 2012

Buat Kamu, Anakku.

Hari ini usiamu tiga puluh empat minggu dan satu hari lebihnya. Kamu selalu memberikan kram dan pegal-pegal di kaki dan tangan tiap aku terbangun dini hari pukul tiga. Beberapa waktu lalu, kram dan pegal-pegalnya hanya di bagian kiri saja. Kini bagian kanan tak mau ketinggalan ikut merasa. Itu tentang kaki dan kawannya, si tangan.

Si kandung kemih atau apalah namanya tentu ingin ikut-ikutan juga. Sekarang kantung kemih ini cepat sekali penuhnya. Tiap berapa menit rasanya minta dibuang di jamban supaya lega. Kadang itu aku lakukan (kalau tidak malas dan kalau jambannya terjamin kebersihannya). Sudah mau dibuang, air seni masih ada-ada saja. Dia susah dibuang dengan posisi yang biasa wanita lakukan. Dia baru lancar keluar baru ketika aku berposisi kayaknya lelaki yang buar air seni. Awalnya, itu terasa konyol dan memalukan.

Maaf jika aku masih mengeluh kadang-kadang. Maaf jika aku menangisi tangan dan kaki yang sakit dan kram. Maaf jika aku mengomel kecil-kecilan saat terbangun pukul tiga dini hari untuk berseni dengan berdiri. Maaf jika aku kurang memberi kamu oksigen hanya karena aku memilih untuk tidur-tiduran dan nonton tivi ketimbang menarik napas panjang sambil jalan pagi.

Aku hanya manusia biasa yang masih bisa merasa letih di hari-hari yang meletihkan. Hari di mana matahari begitu menyebalkan, pekerjaan terasa melelahkan, piring dan gelas menumpuk di pojokan, atau hal kecil maupun besar yang tidak sejalan dengan yang sudah direncanakan. Tapi, anakku, walau ibumu ini merasa tidak karuan di suatu waktu, jangan pernah merasa kamu tidak diinginkan. Aku ingin kamu lebih dari apa pun. Aku mau kamu lebih dari aku ingin siapa pun. Aku menyayangimu dengan kemampuan dan ketidak mampuanku dan aku harap kamu akan lakukan itu juga padaku.

Dunia itu besar, anakku. Dan kejam. Banyak orang yang lebih senang melihat kita jatuh dan tersungkur. Tapi, kamu lihat kan? Kita selalu bangun. Lagi dan lagi. Banyak orang yang mati-matian berharap supaya kita menyerah. Namun, kamu sadar kan? Kita masih bertahan. Banyak orang yang tidak ingin kita bahagia. Tapi dan namun, kamu lihat kan? Kita selalu jeli mencari noktah bahagia yang terselip di setiap hal kecil yang kita punya. Dunia itu besar, anakku. Dan kejam. Tapi kita akan buktikan bahwa tidak akan satu pun keadaan yang membuat kita kalah dan menyerah.

Tak lama lagi kamu akan menghibur dan menggangguku dengan tangis, ulah, dan air seni (dan air besarmu juga). Kamu tau? Aku senang tapi juga setengah mati ketakutan anakku! Aku takut salah menggendongmu. Aku kuatir air susu ku tidak bisa mencukupi kebutuhanmu. Aku takut kamu tergelincir sewaktu aku memandikanmu. Aku takut akan banyak ketakutan yang menakutiku. Aku mau jadi ibu yang baik buat kamu sayang. Ibu yang selalu hadir, percaya, tapi tidak menghakimi. Ibu yang selalu mencintai namun tidak ketinggian berkekspetasi. Ibu yang tidak mungkin bisa sempurna, tapi bisa selalu mencoba untuk dekat dengan sempurna.

Banyak yang sudah terjadi di tiga puluh empat minggu satu hari ini. Banyak hal yang ibumu sudah pelajari. Tapi, banyak juga hal yang masih perlu dipelajari ibumu ini. Satu hal yang pasti, terima kasih karena kamu sudah memilih aku untuk mengandungmu dan menjadikanmu seorang pribadi. Bukan hanya kamu yang akan belajar dari aku, tapi aku juga akan belajar banyak darimu. Terima kasih, anakku, kamu tumbuh di rahimku dan bukan di rahim wanita lain. Terima kasih untuk tiap tawa dan tangis yang kita lalui bersama.

Cepat datang, anakku sayang, Aubrey-Naiym Kayacinta Suryaputra, mama menunggu kamu di sini.


minggu tiga empat hari pertama,
sejak dia ada.
4:20